TIGA

“Maafin aku, Ren. Maaf karena aku gagal lindungin kamu.”

“Tapi, Ren, aku janji akan cari tahu penyebab sebenarnya dari kecelakaan yang menimpa kamu. Aku tahu ada yang nggak beres, Ren.” Senyum yang redup, kini semakin pudar kala Segara mengingat kembali perihal kecelakaan yang merenggut nyawa Karenina—yang menurutnya janggal.

Polisi sudah menutup kasusnya dan menetapkan sopir mereka yang saat itu berusia akhir 40-an sebagai tersangka. Katanya, lelaki itu terbukti mengemudi dalam keadaan mengantuk sehingga menyebabkan kendaraan mereka oleng dan menabrak beberapa kendaraan lain. Empat orang meninggal dalam tragedi itu, termasuk Karenina dan sang sopir, serta dua orang penumpang mobil yang bertabrakan langsung dengan mobil mereka. Sementara 3 orang pengendara motor mengalami luka-luka berat dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Berhubung tersangka utama yang telah ditetapkan oleh polisi ikut tewas dalam kejadian naas tersebut, kasusnya otomatis ditutup begitu saja.

Tapi Segara tidak lantas percaya begitu saja. Dia yakin kecelakaan itu tidak terjadi semata-mata hanya karena sopir mereka yang mengantuk. Segara curiga ada seseorang yang telah merencanakan semuanya.

Bukan tanpa alasan mengapa Segara berpikir demikian. Sebab beberapa hari sebelum peristiwa naas itu terjadi, ada beberapa kejadian aneh yang juga nyaris merenggut nyawa anggota keluarganya yang lain. Salah satunya adalah peristiwa kebakaran di rumahnya yang hampir membuat Karenina dan asisten rumah tangga mereka tewas terpanggang. Setelah diselidiki, kebakaran itu ternyata disebabkan oleh konsleting listrik.

Beberapa kabel ditemukan mengelupas, padahal sehari sebelumnya mereka baru saja melakuka pemeriksaan terhadap sambungan listrik dan gas. Beruntung pertolongan datang tepat waktu sehingga nyawa Karenina bisa diselamatkan.

Meski sudah tahu ada yang tidak beres, Segara tidak lantas bisa dengan mudah mencari tahu siapa dalang di balik kejadian ini. Dari kejadian kebakaran itu, misalnya. Dia disuguhkan seorang tersangka yang sama sekali tidak masuk di logikanya.

Tukang kebun yang biasa Karenina panggil untuk merawat taman kecil miliknya di halaman belakang, tertangkap kamera CCTV sedang mengutak-atik beberapa kabel di rumah mereka. Kepada polisi, lelaki berusia pertengahan 30-an itu mengaku hanya ingin balas dendam pada Karenina karena sempat bersikap kasar kepadanya.

Padahal, Segara yakin seluruh dunia juga tahu kalau Karenina adalah manusia paling lemah lembut di muka bumi ini. Terlebih lagi Segara sangat mengenal istrinya itu. Bagaimana mungkin dia percaya istrinya bisa berbuat kasar kepada orang lain hingga menimbulkan dendam?

Tapi lagi-lagi Segara harus menyimpan kecurigaan itu seorang diri. Perusahaan yang waktu itu masih dipimpin oleh ayahnya masih dalam keadaan sibuk, jadi dia tidak tega untuk menambah beban pikiran ayahnya dengan berbagai spekulasi yang belum terbukti benar.

Akhirnya, selama 4 tahun, Segara bergerak sendirian untuk mencari tahu tentang kebenaran di balik kematian Karenina juga kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya.

“Siapapun itu yang udah bikin kamu menjadi seperti ini, aku janji akan kirim dia ke neraka, Ren. Aku janji.” Segara merasa dadanya semakin sesak. Seperti ada bongkahan batu besar yang menyumbat saluran pernapasannya sehingga membuat pasokan oksigen tidak dapat mengalir lancar ke paru-parunya.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya, Segara pun bangkit. Foto Karenina dia masukkan ke dalam laci, kemudian dia menyambar jas yang tersampir di bahu sofa ruang kerjanya lantas bergegas keluar setelah mematikan semua lampu.

Segara melangkah cepat menuju lift, tepat saat lift berhenti di lantainya dan pintunya terbuka. Langkahnya terhenti sebentar saat melihat Pamela ada di dalam lift itu sendirian. Diam-diam, dia bertanya kepada dirinya sendiri. Mengapa perempuan itu masih ada di kantor jam segini? Dan... kenapa dia datang dari lantai atas, padahal ruangan perempuan itu ada di bawah ruang kerjanya?

“Mau masuk, nggak?” suara Pamela membuyarkan lamunannya. Ia segera berlari memasuki lift sebelum pintu besi itu kembali tertutup. Tidak enak juga membiarkan Pamela terlalu lama menunggu sambil menahan agar pintu lift tidak tertutup.

Hanya ada keheningan selama beberapa saat setelah Segara berhasil masuk dan pintu lift kembali tertutup. Baik Segara maupun Pamela tampaknya masih enggan untuk membuka obrolan lebih dulu.

Sampai akhirnya, pintu lift terbuka di lantai 6, siap untuk mengangkut beberapa orang lagi menuju basement. Seorang karyawan perempuan masuk ke dalam lift, berdiri di tengah-tengah di depan Segara dan Pamela yang memilih berdiri agak di belakang. Dari kartu pengenal yang mengalung di lehernya, mereka tahu perempuan itu dari bagian logistik. Perempuan itu tampak cuek saja saat memasuki lift, hanya sibuk memainkan ponsel sehingga mungkin tidak melihat siapa yang ada di dalam lift bersamanya.

Itu sebuah keberuntungan, pikir Segara. Sebab dia masih terlalu canggung bila harus berhadapan dengan para karyawan yang terpaksa tersenyum manis di depannya, membungkuk sopan padahal Segara tahu kalau di belakangnya, mereka sering membicarakan tentang dirinya. Entah itu hal baik ataupun buruk.

Segara sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Menjadi objek gosip orang lain bukanlah sesuatu yang bisa dia kendalikan. Selama ia tidak mendengar dengan telinganya sendiri tentang apa yang orang-orang itu bicarakan tentang dirinya, maka Segara tidak akan ambil pusing.

Pintu lift kembali terbuka. Kali ini di lantai 1. Si karyawan perempuan yang masih sibuk memainkan ponsel berjalan keluar. Menyisakan keheningan antara Pamela dan Segara berlanjut sampai lift membawa keduanya turun ke basement.

Saat pintu lift terbuka di basement, Pamela dan Segara berjalan secara bersamaan sehingga membuat bahu mereka saling berbenturan. Selama beberapa detik, mereka terdiam dan saling pandang. Lalu tawa mereka pecah begitu saja.

“Aku duluan!” Pamela memukul pelan bahu Segara agar menyingkir dari pintu supaya dia bisa keluar lebih dulu.

Tapi Segara tidak mau kalah. Lelaki itu malah menarik lengan Pamela sambil berkata, “Nggak, aku dulu!”

Tubuh kurus Pamela tergeser mundur dengan mudah karena kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Segara. Dan dengan tawa yang menyebalkan, Segara berjala keluar dari lift dengan langkah mundur. Seolah-olah sengaja ingin menampakkan wajah menyebalkannya kepada Pamela.

“Apaan banget, cowok kok nggak mau ngalah!” Pamela kesal. Ia berjalan keluar dari lift dengan langkah yang mengentak-entak. Tangannya terlipat di depan dada, bibirnya mencebik—dan hal itu malah membuat tawa Segara semakin menjadi-jadi. Gelak tawa itu menggelar, memenuhi seluruh penjuru basement yang sepi. Hanya ada beberapa mobil yang terparkir di sana.

“Katanya kesetaraan gender, kok masih menuntut cowok untuk mengalah sama cewek?” Segara mencibir. Mereka kini berjalan beriringan. Suara hak sepatu yang Pamela kenakan seolah menjadi musik latar dari obrolan santai yang rasanya sudah lama tidak terjadi di antara dua teman masa kecil itu.

“Hei, itu namanya bukan menuntut. Itu disebut manner, Segara. Manner!” Pamela menekankan setiap kata yang dia ucapkan, membuat Segara kembali tergelak.

“Iya, iya. I’m so sorry.”

“Cih! Minta maaf model apa sambil nyengir begitu?” Pamela memukul keras bahu Segara, membuat si lelaki mengaduh.

“Kamu tuh makannya apa sih, Mel? Badan kamu kecil, tapi kali mukul sakit banget.” Segara mengusap bahunya yang terasa panas karena pukulan. Tapi si pelaku malah mengendikkan bahu, berjalan lebih cepat menuju Honda Civic hitam miliknya yang terparkir di sebelah Pajero milik Segara.

Segara tidak berusaha mengejar. Dia juga tidak benar-benar kesal karena Pamela memukul bahunya. Malahan, saat perempuan itu melongokkan kepala dari jendela mobil yang dibuka sebelum melajukan kendaraannya, Segara tersenyum.

“Aku duluan. Bye!” Pamela melambaikan tangan, lalu mobilnya melaju meninggalkan basement. Menyisakan Segara yang terdiam cukup lama di samping mobilnya dengan pikiran yang kembali melayang-layang. Perlahan, senyumnya kembali pudar.

Setelah menghabiskan waktu bermenit-menit dengan menyelami pikirannya sendiri, Segara cepat-cepat masuk ke dalam mobil. Dia ingin segera sampai di rumah untuk tidur bersama Mikha. Karena sungguh, dia merindukan anak itu.

Segara mungkin tidak akan pernah tahu, bahwa selepas kepergiannya, seseorang muncul dari balik badan mobil dengan senyum sinis yang terpatri di bibirnya. Ia telah melihat dan mendengar semua percakapan yang terjadi antara Segara dan Pamela, membuatnya merasa memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan itu.

“Segara yang katanya misterius itu rupanya berteman dengan salah satu karyawannya? Terlebih orang itu adalah Pamela, si Queen of Ice? Oh, what a big news!” seru seseorang itu sebelum masuk ke dalam mobil dengan senyum miring yang tampak mengerikan.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Zenun

Zenun

sepertinya... orang itu sejujurnya ngincer segara. Tapi malah kena Karenina. Iya nggak sih?hehe

2023-04-11

1

neng ade

neng ade

Siapa si penguntit itu .. Sagara dan Pamela sama2 sosok yg misterius .. mungkinkah Pamela yg melakukan pada istri nya Sagara .. karena mereka bersahabat dari kecil tapi Sagara tak menyadari sikap Pamela yg mencintainya

2023-04-03

1

Dewi Payang

Dewi Payang

ini nih si jahatnya

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH ENAM
56 LIMA PULUH TUJUH
57 LIMA PULUH DELAPAN
58 LIMA PULUH SEMBILAN
59 ENAM PULUH
60 ENAM PULUH SATU
61 ENAM PULUH DUA
62 ENAM PULUH TIGA
63 ENAM PULUH EMPAT
64 ENAM PULUH LIMA
65 ENAM PULUH ENAM
66 ENAM PULUH TUJUH
67 ENAM PULUH DELAPAN
68 ENAM PULUH SEMBILAN
69 TUJUH PULUH
70 TUJUH PULUH SATU
71 TUJUH PULUH DUA
72 TUJUH PULUH TIGA
73 TUJUH PULUH EMPAT
74 TUJUH PULUH LIMA
75 TUJUH PULUH ENAM
76 TUJUH PULUH TUJUH
77 TUJUH PULUH DELAPAN
78 TUJUH PULUH SEMBILAN
79 DELAPAN PULUH
80 DELAPAN PULUH SATU
81 DELAPAN PULUH DUA
82 DELAPAN PULUH TIGA
Episodes

Updated 82 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH ENAM
56
LIMA PULUH TUJUH
57
LIMA PULUH DELAPAN
58
LIMA PULUH SEMBILAN
59
ENAM PULUH
60
ENAM PULUH SATU
61
ENAM PULUH DUA
62
ENAM PULUH TIGA
63
ENAM PULUH EMPAT
64
ENAM PULUH LIMA
65
ENAM PULUH ENAM
66
ENAM PULUH TUJUH
67
ENAM PULUH DELAPAN
68
ENAM PULUH SEMBILAN
69
TUJUH PULUH
70
TUJUH PULUH SATU
71
TUJUH PULUH DUA
72
TUJUH PULUH TIGA
73
TUJUH PULUH EMPAT
74
TUJUH PULUH LIMA
75
TUJUH PULUH ENAM
76
TUJUH PULUH TUJUH
77
TUJUH PULUH DELAPAN
78
TUJUH PULUH SEMBILAN
79
DELAPAN PULUH
80
DELAPAN PULUH SATU
81
DELAPAN PULUH DUA
82
DELAPAN PULUH TIGA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!