Pelayan Seksi

Paginya, seperti perjanjian, Rara dan Miko sudah tiba di rumah itu. Rara hanya membawa satu tas berisi pakaiannya dan juga Miko, selebihnya barang-barang mereka dititipkan di gudang Bude tetangga sebelah.

"Ini kamar kalian, aku rasa ini cukup untuk berdua. Ingat, aku tidak mau ada kegaduhan di rumah ini, jadi ingatkan pada putramu!" ucap Tamara menekankan peraturan di rumah itu.

"Baik, Nona," jawabnya singkat.

Tugas pertama yang diminta Tamara adalah membuat sarapan hanya untuk Ken, karena gadis itu memang tidak pernah mau sarapan pagi dengan karbohidrat, dia juga masih memilih tidur hingga pukul 10 pagi nanti kalau tidak ada panggilan syuting.

Menurut Tamara, rahasia kecantikan dirinya adalah dengan bangun siang, meremajakan kulitnya dengan tidur, dari mana dia dapat pengetahuan itu, hanya dia yang tahu.

"Berapa hari kau akan berada di Lombok?" tanya Tamara bergelayut manja di lengan Ken, yang sudah bersiap-siap untuk berangkat. Tangan kanannya menyeret koper berukuran sedang, yang akan dibawanya bepergian.

"Selamat pagi, Tuan, Nyonya," sapa Rara menyajikan sarapan di atas meja makan kaca. Sebisa mungkin dia memahami semua tugas dan juga perilaku yang sudah dibuat list oleh Tamara, termasuk menyapa majikannya dengan sopan.

"Selamat pagi, Ra. Tolong, hanya Nona. Apa kau lihat aku setua itu?" protes Tamara menyapukan tangannya di permukaan kulit pipinya, menunjukkan betapa kencang dan awet nya kulit wajah itu.

"Maafkan aku, Nyo- Nona," sambar Rara. Pagi ini Rara membuat nasi goreng, yang menurutnya cepat dan semoga saja enak disukai majikannya.

Kalau Tamara menjawab sapaan Rara, beda hal dengan Ken, pria itu hanya diam, seolah tidak suatu keharusan membalas sapaan pelayannya itu.

Dia sudah memilih untuk duduk, untuk segera menikmati sarapannya, dan bergegas pergi. Aroma nikmat yang menyeruak masuk dalam hidungnya, membuat Ken untuk pertama kalinya melirik ke arah Rara yang berdiri tidak jauh dari posisinya, sedang menunggu air putih ke dalam gelasnya.

Dia terperangah, karena gadis belia itu ternyata bisa masak. Walau belum menyicipi nasi goreng buatan Rara, tapi Ken yakin rasanya pasti enak. Dia pikir Rara hanya bisa asal saja melamar pekerjaan jadi pelayan, karena masih muda dan juga... cantik.

Tamara yang sejak tadi mengamati suaminya, ikut melihat ke arah tatapan Ken kini yang jatuh pada Rara. Ada rasa tidak senang akan hal itu. Wanita itu pikir, seragam pelayan yang kini dikenakan Rara membuat Ken terpesona karena sejujurnya, pakaian itu terlalu sempit untuk Rara. Seragam milik pelayannya terdahulu, yang memang postur tubuhnya lebih kecil dan pendek dari Rara yang punya bentuk tubuh berisi dan tinggi, hingga membuat roknya terlihat kependekan dan bagian dada bajunya sangat sempit hingga kedua benda yang bersembunyi di dalamnya tampak sesak ingin menyembul.

Sejak dulu, Tamara memang sudah membiasakan agar semua pelayannya menggunakan seragam, selain karena terlihat lebih rapi, bagi Tamara, seragam itu sebagai pengingat pelayannya, dimana tempat mereka berada, yaitu dibawah perintahnya.

"Kenapa? Kok kamu ngelihatin Rara kayak gitu?" Kalimat Tamara menarik perhatian Ken kembali yang sejak tadi terpaku mati pada wajah cantik Rara.

"Oh, aku hanya terkesan, ternyata dia bisa masak. Aku pikir hanya modal nekat aja melamar jadi pelayan di sini," jawab Ken yang terdengar mendiskreditkan kemampuan serta ketulusan Rara yang ingin bekerja, mencari duit halal.

Barulah Tamara bisa bernapas lega, dia pikir suaminya tadi sempat terpesona pada Rara.

Segera dia hempaskan pikiran buruk itu dari isi kepalanya. Mana mungkin suami dinginnya itu tertarik pada pelayan. Dibandingkan Rara, dirinya jauh lebih dari segalanya. Tamara gadis cantik, punya karir dan juga sangat mempesona, dan yang terpenting dia kaya dan bukan seorang pelayan.

Tamara jenis gadis yang impulsif, ingin selalu diperhatikan, dan tidak mau dinomorduakan dalam segala hal. Hanya dia yang utama, hanya dia bintang. Begitupun dengan perhatian. Dia tidak ingin perhatian Ken terpecah, hanya padanya.

Berkutat dengan pikirannya, Tamara tidak menyadari kalau ternyata nasi goreng yang ada di piring pria itu sudah ludes tak bersisa. Tidak pernah seperti ini selama mereka punya pelayan. "Apa benar, masakan Rara seenak itu?" batin Tamara penasaran, mengamati butiran sisa nasi yang ada di piring. Dia ingin mencomotnya, guna menikmati rasanya.

Namun, gengsinya lebih besar. Lagi pula ini salahnya, mengapa dia minta Rara hanya membuat satu piring saja?

"Apa seenak itu? Kau belum pernah memakan masakan pelayan kita terdahulu lebih dari dua sendok makan, ini sampai habis?" pekik Tamara dengan ekspresi berlebih. Terlalu banyak memainkan peran, membuat aksi Tamara selalu berlebihan setiap berekspresi.

"Ada masalah, Sayang? Nyatanya memang enak," jawab Ken, membersihkan sudut bibirnya dengan serbet putih yang ada di dekatnya.

Ken sudah berdiri, dia ingin mengucapkan terima kasih pada Rara karena membuat masakan seenak itu. Masakan rumahan yang kaya rempah, sederhana tapi sangat nikmat, tapi sayangnya, gadis itu sudah beranjak ke dapur, jadi Ken mengurungkan niatnya.

Dia rindu masakan ibunya. Dulu dia sering dimasakin oleh ibunya, dulu, sangat lama. Dengan langkah gontai, Ken menyeret koper itu. "Kau tidak akan mengantarku?" tanya Ken sesaat sebelum masuk mobil. Riko, asistennya yang mengantar ke bandara jadi Ken masih bisa membahas pekerjaan saat diperjalanan nanti.

"Oh, aku minta maaf, Sayang, tapi aku ada syuting pagi ini. Belum juga mandi, riasan, dan juga milih gaun yang sangat membuat ku bingung," jawab Tamara mencari alibi. Dia hanya akan tidur lalu siang nanti dia akan bertemu dengan teman geng arisannya.

Sejak dipersunting pria kaya raya, Tamara yang awalnya hanya artis karbitan dan juga kurang bertalenta, menjadi malas-malasan .

"Baiklah. Aku berangkat. Jaga dirimu. Ingat, Sayang. Selama aku pergi, kamu jangan nakal. Jangan patahkan hatiku lagi," bisik Ken yang takut kedengaran orang lain.

Tamara hanya mengangguk lemah. Dia tahu tujuan kalimat Ken. Ucapan itu pasti ada kaitannya dengan peristiwa satu tahun lalu, ketika Ken mendapati Tamara yang berselingkuh dengan seorang produser.

Lalu gadis itu memohon di kaki Ken, mengatakan tidak akan pernah berselingkuh lagi, hingga pria itu terlena dan memaafkan Tamara.

Kejadian itu sangat memalukan, dan untung nya, Tamara dimaafkan oleh Ken, dan setelahnya mereka hidup bersama hingga hari ini. Namun, sayangnya, Tamara tidak pernah berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.

Dengan uangnya yang banyak, Ken menutupi peristiwa perselingkuhan istrinya itu agar berita yang sempat diliput media segera diturunkan. Hanya dua Minggu kabar itu wara-wiri di televisi, setelah disiram oleh banyaknya uang Ken saat itu.

Mobil sudah melaju kencang, meninggalkan pekarangan rumah. Tamara masih berdiri di sana, memandangi buntut mobil itu hingga tidak terlihat berbelok di persimpangan jalan.

Senyum Tamara mengembang. Momen seperti inilah yang dia tunggu. Suaminya akan pergi ke luar kota ingin waktu yang cukup, antara tiga sampai seminggu, yang artinya dia bisa melakukannya sesuka hati.

*

*

*

Mampir dong, please.... makasih

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-04-07

0

Daily Farsya

Daily Farsya

ini kenapa banyak laki milih pelakor yang wajahnya tidak secantik istri sah. 🤣🤣. yg sah songong yang pelakor manut aee. jadi lah si laki2 imannya cetek selingkuh dan akhirnya milih pelakor.

2023-04-07

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Duh Tamara juga asli pemain tangguh eee

2023-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!