Vanya Dengan Kenakalannya

Sepulang sekolah kali ini Vanya bukannya langsung pulang. Namun gadis tersebut kini malah berada di warung belakang sekolah yang biasa ia dijadikan untuk tempat nya nongkrong bersama dengan teman satu klub motornya.

Tak hanya dari sekolah nya, bahkan kini temannya yang dari sekolah lain juga sudah ada di ada sana. Yang bisa Vanya tebak jika teman beda sekolah nya itu bolos hingga saat baru saja pulang sekolah mereka malah sudah berada di belakang sekolah Vanya.

“Tumben gak bareng pacar lo Van?” tanya Nyok, salah satu temen klub nya yang kini duduk di depan Vanya.

“Lagi rapat osis dia,” ujar Vanya menjawab pertanyaan Nyok yang membuat laki-laki tersebut menganggukkan kepalanya.

Jika pulang sekolah memang Dipta selalu mengawasinya agar gadisnya itu bisa pulang tepat waktu.

“Vanya nih bukan anak Mama. Tapi anak pacar jadi kudu pulang tepat waktu,” canda temannya yang lain yang malah membuat Vanya menatap datar ke arah temannya itu.

“Biarin sih. Yang penting pacar gue ganteng, attitude ok. Gak kayak kalian,” puji Vanya yang disisipi dengan menghina pada teman-temannya itu. Sepertinya memang jika tidak mengejek tidak akan enak untuk Vanya.

“Jangan ngomongin attitude deh Van. Gue suka miris dengar nya kalo itu keluar dari mulut lo itu,” ucap Eva dengan tawanya. Mereka memang berteman namun jika masalah ngejek mengejek mereka seolah tak pandang bulu. Siapapun di hajar.

“Suka-suka gue lah, nyatanya begitu kan?!” Vanya tersenyum dengan begitu bangganya. Membanggakan kekasih nya yang begitu baik itu.

“Bukan apa sih Van, kalo gue mah kasian sama si Dipta nya aja. Attitude ok, muka ganteng, kaya. Kek dia tuh gak kekurangan apapun gitu, tapi dia malah nambah cacat karena punya pacar kayak lo,” ucapan  yang penuh hinaan dari Nyok itu membuat Vanya mengepalkan tangannya lalu dengan kuat memukul kepala Nyok. Nyok yang mendapatkan serangan yang begitu mendadak itu kini hanya bisa mengelus kepalanya yang terasa begitu sakit akibat ulah Vanya.

“Ngomong lagi, abis lo,” ancam Vanya sambil mengepalkan tangannya. Temannya yang lain hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bar-bar gadis satu itu.

“Van ntar malem ada balapan ikut gak lo?” tanya Satria yang merupakan ketua dari klub tersebut.

Vanya kini tanpa terdiam seolah tengah berpikir akan menerima atau tidak.

“Bentar deh, enak nya gue ikut gak ya? Pengen ikut sih gue, tapi Dipta gimana ya?” tanya Vanya pada dirinya sendiri. Teman-temannya kini terus melihat ke arah Vanya menunggu jawaban dari gadis itu.

Namun baru saja Vanya akan membuka mulut nya untuk menjawab. Ucapannya sudah lebih dulu terhenti saat ada yang memanggilnya.

“Van, ayo balik,” ajak suara tersebut yang sontak membuat Vanya menoleh dan di sana ia sudah menatapi kekasihnya yang kini berada di luar warung menunggunya. Melihat keberadaan Dipta sontak membuat senyuman Vanya mengembang.

“Nanti gue hubungin lagi,” ucap Vanya dengan begitu pelan pada teman-temannya karena tak ingin jika Dipta sampai mendengar nya.

Vanya segera keluar dari waring itu dan berjalan ke arah Dipta dengan senyumannya. Temannya yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Mereka bahkan masih bertanya-tanya bagaimana siswa yang terkenal dengan pamor nya yang baik malah bersanding dengan siswi problematik.

“Udah selesai rapatnya?” tanya Vanya pada Dipta yang menjawabnya dengan anggukan.

“Nanti malam, mau jalan?” tanya Dipta pada Vanya dengan menaikkan sebelah alisnya. Vanya kini tampak bingung mendengar ajakan Dipta. Ia ingin menerima tawaran untuk balapan namun ia juga tak bisa untuk menolak ajakan Dipta, ia tak ingin jika Dipta malah curiga padanya.

“Mau kemana?” tanya sambil menatap Dipta dengan tatapan penuh tanya.

“Nonton? Sekalian aku temenin main di mall, atau ke tempat yang kamu suka,” jawab Dipta yang membuat Vanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia sepertinya memang tak akan bisa jika harus menolak permintaan dari Dipta.

Namun karena ia tak bisa untuk menolak tawaran balapan maka ia akan melakukan dua-dua nya. Hitung-hitung aja ia tengah membayar kompensasi atas balapannya pada Dipta.

*

Sesuai yang sudah direncanakan oleh Dipta dan Vanya. Dipta kini menggandeng tangan Vanya dengan begitu erat. Menyusuri jalanan mall untuk menuju ke arah bioskop.

“Udah ada ide mau nonton apa?” tanya Vanya pada Dipta sambil menoleh ke arah kekasih nya itu.

“Udah, nonton action aja ya?” tawar Dipta yang dijawab dengan anggukan oleh Vanya. Vanya memang penikmat semua genre film, jadi ia tak akan berkomentar film apapun yang akan mereka tonton maka Vanya akan menontonnya.

“Tunggu sini, biar aku pesen tiket nya dulu,” perintah Dipta yang lagi-;lagi dijawab dengan anggukan patuh oleh Vanya.

Selama menunggu Dipta yang membelikan tiket untuk nya, Vanya memilih untuk memainkan ponselnya untuk memberitahu teman-temannya jika ia akan ikut balapan.

Eva: Yakin mau ikutan balapan lo? Dipta gimana?

Pesan yang diterimanya membuat Vanya segera mengeceknya dan saat melihat pesan dari Eva dengan segera Vanya membalas nya.

Vanya: Aman, tenang aja.

Setelah membalas pesan sahabat nya itu singkat. Vanya dengan segera memasukkan ponselnya ke dalam tas nya lagi.

Bersamaan dengan itu kini Dipta sudah datang dengan minuman juga popcorn nya. Vanya segera mengambil alis popcorn dari tangan Dipta.

“Dapet yang jam berapa?” tanya Vanya dengan menaikkan sebelah alisnya.

“Bentar lagi doang, lima belas menit. Tunggu di sini aja ya?” tawar Dipta yang Vanya balas depan

anggukan oleh Vanya.

Dipta segera duduk di samping Vanya sambil melihat ponselnya. Tak ada pesan apapun karena selain osis dan Vanya tak ada yang berani untuk menghubunginya.

“Di sini rame banget ya?” tanya Vanya sambil melihat ke sekeliling nya yang begitu ramai.

“Namanya juga malam sabtu, besok libur juga. Dan sekarang emang lagi ada film inceran banyak orang,” ucap Dipta menjelaskan yang dijawab dengan anggukan oleh Vanya.

Setelah nya mereka segera memasuki room teater saat sudah waktunya mereka untuk menonton. Selama menonton Vanya dan Dipta begitu fokus dengan tayangan di depannya.

Setelah dari Bioskop mereka memutuskan untuk jalan-jalan di mall dan juga bermain timezone. Semua jelas ide dari Vanya. Malam sabtu kali ini memang mereka habiskan untuk memberikan mereka waktu untuk mereka berdua.

Meskipun sekarang Vanya juga memikirkan balapannya dan berharap Dipta tak mengajaknya pulang terlalu malam.

“Habis ini langsung mau pulang?” tanya Dipta saat mereka kini sudah merasa lelah dengan apa yang mereka lakukan di mall.

“Iya pulang aja yuk,” ajak Vanya pada Dipta yang kini tampak mengerutkan kening nya. Vanya yang melihat hal tersebut kini sudah gelagapan. Namun akhirnya laki-laki tersebut hanya mengangguk menuruti permintaan gadisnya itu.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!