Jingga dan Mega melangkah menuju kantin.
Jika Mega hanya berniat menemani Jingga yang katanya sedang lapar. Sementara Jingga datang ke kantin karena ingin bertemu dengan Firman.
Firman yang duduk di pojokan kantin melambaikan tangannya ke arah Jingga.
Jingga pun melakukan hal yang sama.
"Hah? Jadi loe janjian sama si sotoy itu?" tanya Mega.
"Iyah..." tukas Jingga merasa biasa aja.
"Terus apa kabar mantan tunangan loe tadi. Dia terlanjur terkapar di sana loh" imbuh Mega merasa tak senang jika sababatnya itu bermain-main dengan laki-laki lain.
"Makanya ikut aku dulu biar semua jelas" tukas Jingga menimpali.
Jingga mengajak Mega untuk duduk semeja dengan Firman.
"Lama amat sih. Keburu masuk lagi, jam istirahat aku bisa hilang loh" bilang Firman.
"Issshhhh...diam loe" Mega yang malah sewot menanggapi.
"Firman, kenapa nggak bilang sih kalau loe tahu semua" tatap Jingga serius.
"Kalau ku kasih tau apa loe akan percaya. Loe pasti nuduh gue jadi kompor kan?" celetuk Firman.
"Heemmm bener juga sih" Jingga menanggapi.
"Sejak kapan mereka berhubungan?" kejar Jingga dengan tanya.
Firman mengangkat bahu, "Sejak gue kos di situ, mereka berdua sudah begitu. Itu tandanya mereka sudah bersama kala kamu belum kuliah di sini" terang Firman.
"Heemmmmm...lama juga ya mereka ngadalin gue" sambung Jingga sembari tersenyum kecut. Ada luka tersirat di kata-kata yang diucapin oleh Jingga.
Firman diam. Sementara Mega, "Lah loe mau aja dikadalin Jingga" tukas Mega.
"Loe bisa diam nggak sih, sudah tahu teman lagi susah" olok Firman.
"Sekali-kali perlu juga ngadalin mereka. Jadi cewek jangan lugu-lugu amat Jingga" Mega terus saja jadi kompor sekarang.
Jingga nampak berpikir.
"Benar juga apa kata kamu Mega. Untuk apa meratapi kadal macam mereka" tukas Jingga.
"Nah, itu baru sahabat gue...ha...ha..." Mega terbahak.
Alhasil mata para mahasiswa yang berada di kantin menengok ke arah meja mereka bertiga.
Meja di mana dua mahasiswi cantik nan populer berada di sana.
Jingga dan Mega tak perduli atas sematan julukan buat mereka.
Tak jarang banyak para mahasiswa menggoda mereka.
Kalau Jingga menjaga hati untuk Kenzo sebelumnya, tapi kalau Mega takut akan tatapan tajam kak Langit yang selalu mengawasinya bagai elang selama di kampus.
Hanya Jingga yang tak pernah diusik oleh kak Langit. Jadi wajar saja persahabatan mereka menjadi dekat.
Firman beranjak, "Gue duluan, sudah jam masuk nih. Dosen killer jadwal gue" pamit Firman.
"Loe nggak masuk Jingga?" sambungnya.
"Males gue" jawab Jingga.
"Jangan karena putus loe jadi patah semangat. Harusnya itu jadi motivasi loe. Buktiin dong, kalau loe bisa hebat tanpa kak Kenzo" saran Firman.
"Harusnya sih. Tapi loe pernah nggak sih berada di posisi aku sekarang?" sela Jingga.
"He...he...amit-amit. Mendingan jadi posisi kak Kenzo aja gue" canda Firman.
"Sialan" umpat Jingga dan sebuah box tisu di meja tepat mengenai kepala Firman. Lemparan Mega sungguh tepat sasaran.
"Kalian mau nganiaya gue ya? Awas saja" sungut Firman meninggalkan Jingga dan Mega.
"Beneran loe nggak masuk di jam mata kuliah nih?" tanya Mega sepeninggal Firman.
Jingga mengangguk pasti. Rona sedih masih nampak di wajah Jingga.
"Gue ikutan ah" celetuk Mega menimpali.
Tapi Mega merasa ada yang menyentil bahu nya dari belakang.
Mega menoleh, dan didapatinya Langit dan Bintang sudah berdiri tegak menjulang di belakangnya.
"Ngapain kalian di sini?" sungut Mega.
Kalau mereka berdua di sini pasti tak akan berujung baik.
"Jingga ayo pindah aja" ajak Mega.
"Heemmmm, mau ke mana kalian? Ngapain jam segini masih di kantin. Bukannya ada jam kuliah sekarang?" telisik Bintang.
"Huh, banyak omong" ujar Mega sewot.
"Dad...." suara Langit terdengar sembari memegang ponsel.
Mega langsung menggandeng Jingga untuk menjauh dari keberadaan dua laki-laki itu.
"Siapa sih mereka? Belagu banget" umpat Jingga.
Mega langsung menutup mulut Jingga agar semakin tak banyak bicara.
Jingga menarik tangan Mega yang berada di mulutnya. "Apaan sih?"
"Husssttt...jangan keras-keras. Telinga mereka berdua ada di mana-mana" suara Mega pelan.
"Siapa sih mereka? Seperti hantu cenayang saja buat kamu" Jingga masih saja berceloteh.
"Mereka kakak-kakak gue. Kak Langit kakak kandung, kak Bintang kakak sepupu gue" bisik Mega.
"Owwwhhh, bisa kena masalah kamu sekarang?" Jingga menutup mulutnya karena tersadar setelah mengajak Mega bolos mata kuliah yang ini.
"Makanya, ayo masuk aja. Daripada kena omelan Dad Tian, lebih baik kena omelan dosen killer itu" ujar Mega.
"Wah, daddy kamu ngeri banget dech Mega" ujar Jingga.
"Banget. Jangan keras-keras" suruh Mega.
"Takut sama kak Langit?" seloroh Jingga.
"Pasti lah" Mega tengok kanan tengok kiri melihat situasi.
Di bawah pohon dilihatnya Langit tengah bersedekap menyilangkan lengannya di dada dengan fokus mata ke arah Mega dan Jingga.
"Ayo buruan. Bismillah, semoga dosen killer itu belum datang" kata Mega sambil mulutnya komat kamit baca doa dan menarik lengan Jingga untuk masuk ke kelas.
Situasi sedih yang dirasa Jingga hilang sudah, karena ulah konyol Mega.
Dan mereka berdua telah berdiri di depan kelas, karena telat datang. Bahkan dengan teganya dosen itu menghukum mereka berdiri di depan kelas dengan berdiri satu kaki dan tangan memegang daun telinga.
"Ini hukuman pertama buat kalian. Saya pastikan kalau tak ada efek jera, hukuman kalian pasti akan lebih berat" ujar dosen senior itu.
"Oh ya, sebutkan nama lengkap kalian" suruh dosen yang bernama pak Hakam itu.
"Jingga Ariana" sebut Jingga.
"Heemmmm...Kamu!" tatap pak Hakam ke arah Mega.
"Mega, kalau bapak nama lengkapnya?" tanya Mega konyol.
"Sebutkan nama lengkap kamu?" suruh pak Hakam lagi dan tatapan mata nya tetap ke arah Mega.
Firman yang sedang duduk dengan posisi di belakang pak Hakam sedang mengolok membuat Mega melotot ke arahnya.
"Ngapain kamu melotot? Nama lengkap kamu!" tutur pak Hakam dengan nada mulai menaik.
"Mega Putri Ramadhani Baskoro" jawab Mega lengkap.
"Sekarang duduk kalian. Nama lengkap kalian sudah kucatat, jika ada telat-telat lagi. Tak ada ampun buat kalian" kata pak Hakam tegas.
Jingga dan Mega mengambil duduk paling depan, karena hanya itu kursi yang tersisa.
"Sial...sial...duduk depan lagi" umpat Mega.
"Berasa mahasiswa teladan kalau seperti ini" imbuh Jingga.
Dengan duduk di depan, maka berulang kali Jingga dan Mega tak bisa mengelak dari soal-soal yang diberikan oleh pak Hakam.
Jingga dan Mega menghela nafas panjang setelah dosen killer itu keluar ruangan, "Huh...akhirnya. Selesai juga"
"Jingga selesai kuliah, ikut aku yuk" ajak Mega.
"Ke mana?" tanya Jingga.
"Ke tempat bunda" bilang Mega.
Jingga mengiyakan aja, daripada mikir nyari alesan buat orang tuanya kenapa putus dengan Kenzo.
.
"Hhhhmmmm enak juga ya punya kakak yang selalu perhatian" gumam Jingga kala sudah berada dalam mobil Mega menuju Mutia Bakery.
"Kata siapa? Gue malah berasa dikuntitin kemana-mana" seru Mega.
"Oh ya, cerita juga dong tentang loe?" sambung Mega.
***🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued, happy reading***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
muthia
akhirx ketemu Mutia lagi 🥰🥰
2023-03-11
1
suharti
dari awal baca sinopsis nya dh suka..ni makin kesini makin syuka..😘🥰🥰..lanjut thor
2023-03-04
3