Lutut Jingga berasa lemas dan tak mampu berjalan lagi. Syok dengan apa yang ada di depan mata.
Bahkan secara tak sadar, Jingga menghisap sisa sigaret menyala yang ada disampingnya. Yang mungkin itu kepunyaan Kenzo yang belum habis dia hisap.
Jingga yang balik untuk mengambil sesuatu yang tertinggal setelah memberi kado ulang tahun Kenzo, malah dia sendiri yang terkejut bukan kepalang.
Kenzo dan Rima dibuat terkejut oleh kedatangan Jingga.
Mereka dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuh polos nya. Sementara Jingga menghembuskan asap rokok yang telah dihisapnya beberapa kali.
Bulir mata bening menetes di netra Jingga yang sekarang duduk menyandar di kursi.
"Sudah saat nya kita berterus terang Kenzo" kata Rima memulai pembicaraan.
"Nggak usah mengatakan apapun. Aku sudah tahu apa yang akan kalian bicarakan. Aku akan pergi setelah rokok ini habis" bahkan Jingga sampai terbatuk karena belum pernah sekalipun dia mengenal barang itu.
Kenzo mencoba melarang, tapi tangannya keburu ditepis Jingga saat dirinya berusaha merebut puntung rokok itu.
Jingga melempar cincin tunangan yang melingkar di jarinya, tepat mengenai muka Kenzo.
"Makasih, telah membukakan mataku" kata Jingga sambil berlalu. Tepat di pintu kamar, sopir taksi online yang sedang mencarinya berpapasan dengan Jingga.
"Nona ini kemana aja sih? Lama banget. Nih Non, ponsel kamu sedari tadi bunyi terus" beritahu nya.
"Iya pak. Makasih" jawab Jingga dan berlalu ke arah mobil yang dipesannya tadi dengan pak sopir yang mengikuti langkahnya.
Bahkan Kenzo tak berusaha lari mencegah kepergian Jingga.
Kebetulan Jingga kembali berpapasan dengan Firman.
"Firman, besok kutunggu kamu di kantin ya setelah mata kuliah jam pertama. Ada yang mau kutanyakan hal yang tak kupahami padamu" ucap Jingga.
Firman mengusap tengkuknya kasar. Melihat Jingga yang sepertinya habis menangis, Firman bisa menebak kalau Jingga sudah tahu semuanya.
"Oke" jawab Firman mengiyakan permintaan Jingga.
"Siipp. Makasih ya. Bye" kata Jingga meninggalkan keberadaan Firman yang masih berada di gerbang kost-kost an.
"Lanjut ke alamat yang di aplikasi pak" kata Jingga setelah naik mobil.
"Baik" jawab pak sopir singkat, seakan tahu suasana hati penumpang nya sedang tidak baik-baik saja.
.
Keesokan hari, selepas jam mata kuliah pertama. Jingga berjalan ke arah kantin.
"Jingga, loe mau ke mana?" tanya Mega yang menjadi sahabatnya di kampus ini.
Mega adalah cewek tenar di jurusan hukum.
Meski dari keluarga terpandang, dia tak pernah tebang pilih dalam memilih teman.
Jingga dan Mega mulai akrab kala kegiatan masa orientasi mahasiswa.
Jingga yang pendatang dari kota lain, sangat dibantu akan keberadaan Mega di sampingnya.
Sering juga mereka berdua mengerjakan tugas kelompok bersama di kost Jingga yang sederhana.
"Eh, kamu Mega. Mau ke kantin nih" bilang Jingga.
"Tumben loe istirahat pertama sudah ke kantin, biasanya juga ke perpustakaan kampus" tukas Mega bercanda.
"Belum sarapan" imbuh Jingga beralesan.
Tujuan yang sebenarnya Jingga ingin bertemu dengan Firman.
"Ikut" ujar Mega manja.
"Kamu belum sarapan juga? Aneh. Apa nggak diomelin bunda Mutia?" sahut Jingga. Meski baru beberapa bulan, Jingga juga pernah bertemu dengan bunda Mega. Bunda yang sangat cantik dan keibuan menurut Jingga.
"Sudah dong. Tapi nggak tahu kenapa, denger kamu mau ke kantin kok jadi lapar lagi" kata Mega dengan gurauannya.
Di tengah jalan, Kenzo berusaha menghadang mereka.
Mega yang belum pernah ketemu tunangan Jingga itu berusaha menghalangi kala Kenzo memaksa Jingga untuk ikut dengannya.
"Siapa loe? Beraninya cuman sama wanita" kata Mega mencelos.
"Nggak usah ikut campur, ini urusan gue sama tunangan gue" kata Kenzo kasar.
Jingga menepis pegangan erat Kenzo.
"Siapa bilang aku tunangan loe? Apa kurang jelas kata-kataku semalam?" ucap Jingga sengit.
Jadi bener dia tunangan Jingga? Pikir Mega.
"Aku tak mau, kita tetap akan melanjutkan tunangan kita" kata Kenzo ngotot.
"Cih, tak sudi aku dengan penjahat kelamin macam kamu" nada suara Jingga pun mulai naik.
Kalau tak ingat ini kampus, Jingga sudah menampar laki-laki tak tahu malu di depannya ini.
Kenzo kembali memegang erat tangan Jingga dan memaksa Jingga untuk ikut dengannya.
"Jika aku tak mendapatkan kamu, laki-laki lain pun tak akan kubiarkan mendekatimu Jingga" kata Kenzo. Bahkan tindakan Kenzo kali ini cenderung brutal.
Mega yang melihat tindakan anarkis di depannya, dan kebetulan melihat Langit dan Bintang melintas berteriak.
"Kakak...kakak...tolong" teriak Mega sekuat tenaga.
Sementara Langit dan Bintang yang terburu hendak menemui dosen pembimbing sama-sama menengok ke arah suara yang sangat dikenalnya. Apalagi kalau bukan suara cempreng sang adik.
"Ngapain tuh Mega teriak minta tolong?" ujar Langit dengan wajah cool nya.
"Kita ke sana aja" tukas Bintang.
"Heemmm" Langit menyetujui usulan sepupu yang usianya sebaya dengannya.
"Kak, tolongin teman Mega" harap Mega ke sang kakak.
Langit dan Bintang menoleh ke arah Jingga yang ditarik paksa oleh Kenzo.
"Hei, beraninya jangan sama wanita dong" olok Bintang yang biasanya memang banyak bicara daripada Langit.
"Jangan ikut campur. Ini urusan gue sama tunangan gue" kata Kenzo.
"Cih, masih tunangan aja kelakuan loe sudah seperti itu. Gimana kalau sudah menikah bung? Kejadian KDRT pasti meningkat" Bintang meneruskan oloknya.
"Jangan salahin gue, kalau loe kuhajar karena mulut lamis kamu" ujar Kenzo mulai emosi.
Kenzo melepas pegangan Jingga dan mulai menyerang Bintang.
Dengan sekali tepis Bintang menghindar. Serangan Kenzo mengenai tempat kosong. Bintang yang juga jago taekwondo seakan mendapatkan lawan yang tak seimbang.
"Kak, bantuin kak Bintang dong" suruh Mega ke Langit yang malah menyilangkan tangan dan tak bergerak dari tempatnya.
"Untuk apa, tuh lihat" tukas Langit dengan mata ke arah Bintang.
Dilihatnya Kenzo jatuh tersungkur dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah.
"Lain kali hati-hati lah pilih lawan" kata Bintang dengan posisi jongkok menghadap telinga Kenzo.
Sementara Kenzo diam tak berkutik sembari mengepalkan tangannya erat.
"Makasih kak Bintang" dan seperti biasa gadis manja anak tuan Sebastian itu merangkul kakak sepupunya tersayang, sementara Jingga hanya menunduk.
"Issshhh lebay" seloroh Langit dan berlalu meninggalkan mereka semua.
"Langit, tungguin" Bintang pun berlalu mengejar Langit yang terlebih dulu meninggalkannya.
"Sudah jangan dipikirin kedua lelaki dingin itu. Jadi nggak nih ke kantin?" kata Mega.
Sejenak Jingga melirik Kenzo yang babak belur melawan Bintang tadi. Ada rasa kasihan terselip di hati Jingga.
"Jangan buang energi untuk memikirkan laki-laki kasar macam dia" ucap Mega yang seakan tahu akan arah pemikiran Jingga.
"Heemmmm, makasih ya" ulas Jingga.
"Sama-sama. Itu lah gunanya bestie macam aku" ujar Mega menimpali. Sesungging senyum tampak terlihat di sudut bibir Jingga.
Sampai di kantin Firman telah menunggu kedatangan Jingga.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
to be continued, happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Feronika Wela
pasti Mega adiknya langit.
2023-09-03
2
suharti
lanjut thor
2023-03-03
2