Hidup Di Kota Baru

Rindu akhirnya menelpon Faisal, karena chatnya tidak juga di balas.

📱" Hello, Rindu."

📱"Aku chat kok nggak di balas, cuma di baca doang?"

📱" Maaf Rindu, baru saja aku dari toilet. Dan pada saat aku akan membalasnya, kamu malah menelpon."

📱" Bisa bantu aku, mencari Sinta?"

Sejenak Faisal diam saja, dia pun sedang memikirkan keberadaan Sinta dan ibunya.

📱"Faisal, sayang. Hello, apakah kamu masih ada di situ?"

📱"Ya, aku akan ke rumahmu sekarang."

📱" Ya sudah, cepatlah ke rumah. Aku tunggu."

Rindu langsung mematikan panggilan telepon tersebut. Dia melamun memikirkan sikap aneh, Sinta.

"Kenapa, mendadak Sinta pergi ya? aku sama sekali tidak percaya dengan semua ini. Sepertinya ada yang tidak beres, dan akhir-akhir ini Sinta juga sering murung. Apakah ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan dariku? apakah dia sedang ada masalah yang aku tak tahu ya?"

Terus saja Rindu memikirkan hal itu, karena baginya Sinta sudah selayaknya saudara.

Tak berselang lama, Faisal datang. Rindu pun mengajak Faisal pergi ke kampung kelahiran, Sinta. Tetapi setelah beberapa jam perjalanan, dan sampai di kampung tersebut. Mereka tak mendapati adanya Sinta ataupun ibunya.

"Astaghfirullah aladzim, kok di kampung nggak ada ya? padahal pamit ke mamah katanya pulang kampung karena ada hajatan,' ucap Rindu bingung.

"Coba kamu telepon lagi, siapa tahu ponselnya sudah aktif," pinta Faisal.

Rindu sejenak menelpon Sinta, tetapi sama sekali tidak aktif," nggak aktif juga. Ya sudah kita pulang saja, karena percuma jika berlama-lama di sini tetapi Sintanya tidak ada."

Rindu dan Faisal kembali ke kota dengan rasa kecewa, apa lagi Faisal.

"Sinta, aku tahu kamu sengaja pergi seperti ini supaya tidak aku ganggu. Tetapi rasa cintaku ini tidak akan pernah pudar padamu," batin Faisal.

Rindu merasa heran, karena raut wajah Faisal terlihat sangat murung," sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? kenapa kamu terlihat sedih seperti itu?"

Teguran Rindu membuat Faisal tersentak kaget," kamu ngomong apa sih, Rindu? aku sedang tidak sedih kok. Memang sudah dari sananya wajahku seperti ini."

Rindu pun tak mengatakan apapun lagi, karena tak ingin menjadi sebuah pertengkaran.

*****

Sementara saat ini, Sinta dan ibunya sudah berada di sebuah kota yang sebenarnya tak jauh dari kota dimana Rindu tinggal.

Sinta dan ibunya bertempat tinggal disebuah rumah kontrakan yang lumayan besar.

"Sinta, kita akan usaha apa di sini?" tanya ibunya bingung.

"Hem, apa sih ya bu? bagaimana kalau untuk sementara waktu kita jualan dulu. Karena belum ada modal. Nanti kalau sudah ada modal, kita beli gerobak dan jualan bubur ayam."

"Aku juga akan mencari kerja tambahan, Bu. Jadi pelayan toko atau buruh cuci seterika juga nggak apa-apa."

Ibunya merasa iba pada Sinta," maafkan ibu ya, nak. Gara-gara ibu miskin, jadi kamu harus alami penderitaan seperti ini dan bahkan putus kuliah. Jika saja ibu punya banyak uang, pasti kamu bisa melanjutkan kuliahmu."

"Bu, aku juga ada ide. Aku bisa buka jasa mengajar les untuk anak-anak. Ibu nggak usah bersedih seperti itu. Aku sama sekali tidak merasa menderita, karena masih ada yang lebih kurang beruntung di banding dengan kita. Sekarang kita fokus saja ya, Bu."

Pagi harinya, Sinta mulai belanja untuk usaha barunya berdagang keliling ibunya dan dirinya. Dia juga mencari usaha sampingan jika sepulang berjualan.

********

Tak terasa sudah satu Minggu, Sinta dan ibunya berada di kota itu. Kini Sinta punya pekerjaan tetap yakni menjadi buruh cuci seterika di sebuah rumah mewah milik sepasang suami istri paruh baya yang begitu baik pada, Sinta.

Bahkan dua anak majikan Sinta juga sangat baik padanya. Yang satu bekerja di sebuah perusahaan milik pribadi. Yang satu masih duduk di bangku SLTP.

"Mah, kesini dong," teriak Misel.

"Ada apa sih?" mamah Mira berjalan menghampirinya.

"Mah, bagaimana ini? aku nggak bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Mamah bisa nggak, bantu aku?" rengeknya seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Mamah jelas nggak bisa, Misel."

"Lantas bagaimana dong, Mah."

Pada saat ibu dan anak ini kebingungan, kebetulan Sinta melintas. Dia pun merasa penasaran hingga mendekat.

"Maaf, Non Misel. Apakah ada masalah? mungkin aku bisa bantu?" ucap Sinta.

"Memangnya, Mba Sinta bisa? aku sedang kesulitan karena tidak bisa mengerjakan tugas dari sekolah,' ucap Misel.

"Maaf, Non Misel. Boleh saya lihat sebentar."

Dengan rasa ragu, Misel menunjukkan bukunya pada, Sinta. Sejenak Sinta tersenyum," Non, jika di izinkan aku akan mengajari Non Misel bagaimana?"

"Serius, Mba Sinta bisa?" tanya Misel ragu.

Sinta pun mulai mengajari Misel mengerjakan tugas dari sekolahnya.

Mira pun terus memperhatikan Sinta dalam menjelaskan tugas sekolah tersebut pada, Misel.

Terpopuler

Comments

Eka Elisa

Eka Elisa

shinta kn pintr bu...cumn krna keadaan hrus putus kuliah bu..

2023-04-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!