Pergi Menjauh

Di saat waktu luang, kembali lagi Faisal menghampiri Sinta.

"Sinta, aku bersedia menikah dengan Rindu. Tetapi jika kamu juga menikah dengan pria lain. Aku ingin pernikahan kita serentak."

Perkataan Faisal membuat Sinta kesal," itu nggak mungkin! mana mungkin aku tiba-tiba menjalin hubungan dengan pria yang tak aku cinta, yang benar saja kalau bicara!"

"Aku juga tidak bisa menikah dengan wanita yang tidak aku cinta, kamu juga asal dalam berucap," Faisal kesal.

Tolong jangan seperti ini, Faisal. Bukankah kamu sudah berjanji padaku jika kamu akan move on dariku dan membuka hatimu untuk, Rindu? kenapa sekarang kamu ingkari janjimu sendiri?"

Faisal diam saja, dia bingung dengan semua ini. Di satu sisi, dia juga tidak ingin mengingkari amanah dari almarhum Papahnya Rindu. Di sisi lain, dia juda tak ingin menyakiti, Sinta.

"Ya Allah, aku harus bagaimana? dan apa yang harus aku lakukan, supaya aku tidak menyakiti semua pihak?" batin Faisal benar-benar dilema.

Dia pun berlalu pergi begitu saja dari hadapan Sinta. Tak sengaja ibunya Sinta mendengar pembicaraan tersebut.

"Sinta, sejak kapan kamu saling cinta dengan Faisal?"

Sinta terhenyak kaget pada saat mendapatkan teguran dari ibunya," Astaghfirullah aladzim, ibu. Bikin kaget aku saja."

"Bu, aku dan Faisal sudah saling mencintai dari awal kami kenal. Hanya saja, Rindu salah paham mengira Faisal cinta padanya. Dan situasi semakin rumit pada saat Almarhum Papahnya meninggal."

Ibunya menghela napas panjang," Sinta, kamu nggak boleh menyakiti hati, Non Rindu. Ingatlah kebaikan akan orang tuanya pada kita berdua. Apa salahnya jika kamu berkorban sedikit untuk, Non Rindu?"

Sinta pun menjelaskan pada ibunya jika dia sudah meminta pada Faisal, untuk tidak mendekatinya lagi. Tetapi sampai detik ini Faisal masih saja keras kepala.

"Aku juga bingung, Bu? bagaimana ya caranya supaya Faisal bisa melupakanku?" tanya Sinta.

"Apakah sebaiknya kita pindah kampung saja? supaya Faisal tidak lagi mendekatimu. Karena ibu khawatir, jika suatu saat Non Rindu atau Nyonya Besar mengetahui akan hal ini," ucap Ibunya.

Hingga pada akhirnya, ibu dan anak ini sepakat untuk pulang kampung saja.

"Bu, tetapi bagaimana cara berpamitannya?"

"Nah, ini yang sedang ibu pikirkan. Ibu juga bingung tentang hal ini. Bagaimana cara penyampaiannya dan beralasan apa?"

Sejenak Sinta tersenyum," Bu, kita ngomong saja jika ada hajatan di kampung dan kita diminta datang. Tetapi nanti kita nggak usah ke kampung tetapi pindah ke kota lain, cari kontrakan dan cari kerja," saran Sinta.

Sejenak ibunya terdiam, ia merasa tak tak tega jika Sinta harus putus kuliah," lantas bagaimana dengan kuliahmu?"

"Bu, nggak apa-apa jika aku terpaksa berhenti kuliah. Dari pada aku tetap di sini, tetapi lama-lama, Nyonya Besar dan Rindu tahu segalanya. Nanti yang ada salah paham, dan mengira aku yang menggoda, Faisal."

Hingga pada akhirnya, ibu dan anak ini lekas berpamitan pada Rindu dan Mamahnya.

"Nyonya Besar, kami minta izin untuk beberapa hari ke kampung karena ada hajatan dari saudara,' ucap ibunya Sinta.

"Kok mendadak sekali? biasanya jika bibi ada acara selalu mengatakan jauh-jauh hari. Ya sudah nggak apa-apa, nanti pak sopir suruh antar kalian ya?" ucap Mamahnya Rindu.

"Nggak usah, Nyoya Besar. Selama ini kami sudah begitu banyak merepotkan. Biarkan kami naik transportasi umum saja," ucap Sinta.

"Apakah kamu nggak berpamitan dulu dengan, Rindu? pasti dia akan kehilangan jika kamu pergi tidak pamitan dulu kepadanya."

Sinta tersenyum," nanti saya pamitan lewat ponsel saja, Nyonya Besar."

Dengan sangat terpaksa, Mamahnya Rindu melepas kepergian Sinta dan ibunya. Tanpa lupa memberi uang untuk transportasi.

Mamahnya Rindu, sama sekali tidak melihat bahwa Sinta dan ibunya membawa semua pakaiannya. Karena setelah ibu dan anak ini berpamitan kepadanya, ia lekas masuk ke dalam kamarnya.

"Sinta, rencana kita akan pindah ke kota mana? karena itu juga tidak tahu tujuan kita akan ke mana?" tanyanya pada saat sedang menunggu transportasi umum.

Ibu dan anak ini pergi tanpa tujuan yang pasti, tanpa tujuan yang jelas karena mereka pergi mendadak dan tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.

Hingga akhirnya Sinta memutuskan untuk pergi ke sebuah kota yang padat penduduknya dan kota yang ramai. Di mana ia telah mempunyai rencana untuk membuka sebuah usaha bersama ibunya.

********

Sore menjelang, Rindu celingukan mencari keberadaan Sinta.

"Aneh sekali, kenapa aku tidak menemukan Sinta dan ibunya. Kenapa juga tadi Sinta tidak berangkat kuliah?"

Untuk mengusir rasa penasaran dan kegelisahannya tentang, Sinta. Rindu pun menanyakan hal tersebut kepada Mamahnya," mah, apa tahu di mana keberadaan Sinta saat ini?'

"Tadi pagi Sinta dan ibunya berpamitan pulang ke kampung untuk beberapa hari, karena ada hajatan saudara. Katanya Sinta akan memberitahumu sendiri lewat ponsel. Memangnya sampai sore ini dia tidak menelpon atau mengirim chat pesan padamu?"

"Nggak, Mah. Makanya aku tanya sama mamah. Padahal aku ada tugas dari kampus yang aku tidak bisa mengerjakannya hanya Sinta yang mampu," ucapnya sedih.

"Tinggal kamu hubungi lewat ponsel kan bisa, kenapa harus bingung seperti itu."

Rindu mencoba menghubungi Sinta melalui panggilan telepon, tetapi tak kunjung tersambung. Hingga ia memutuskan untuk mengirimkan chat pesan kepada nomor ponsel Sinta tetapi juga tak aktif.

Satu jam...

Dua jam....

Tidak ada kabar dari, Sinta sama sekali. Membuat Rindu semakin gelisah. Bahkan hingga pagi menjelang, tidak ada kabar dari Sinta juga.

"Aneh, kenapa nomor ponsel Sinta masih tidak aktif juga ya? tidak seperti biasanya Sinta bersikap seperti ini? walaupun dia pergi ke kampung, biasanya nomor ponsel juga aktif. Ada apa sebenarnya ya? kok aku jadi curiga pada, Sinta ya?" batinnya heran.

Akhirnya Rindu menghubungi Faisal, dia menceritakan tentang perginya Sinta lewat chat pesan.

[Sayang, apakah Sinta menghubungi dirimu? karena dia pergi tadi pagi bersama dengan ibunya. Tetapi tidak pamit sama sekali padaku. Bahkan nomor ponsel tidak bisa aku hubungi.]

Drt drt drt drt drt

Ponsel Faisal bergetar tanda ada satu chat pesan masuk. Ia lekas membacanya dan ia sempat kaget.

"Astagaa..Sinta pergi? lantas bagaimana aku bisa menghubungi dirinya jika seperti ini? apakah aku berkata jujur saja pada, Rindu ya?"

"Supaya Rindu tahu jika aku tidak pernah cinta padanya tetapi aku cinta pada Sinta. Supaya Sinta tidak terlalu berkorban untuk Rindu karena aku pun sebenarnya ingin hidup bersama dengan Sinta."

"Aku yakin sekali jika Sinta pergi karena untuk menjauhiku. Kasihan sekali dia, mengorbankan perasaannya demi, Rindu."

Faisal hanya membaca chat pesan dari Rindu tanpa membalasnya. Dia malah asik melamun sendiri.

Terpopuler

Comments

Eka Elisa

Eka Elisa

rindu ko gtu..msk tugs yg gk bisa yg kerjain sinta bukn y minta ajarin... wah gk bner kmu...ini...gimna lok kmu tau faisal nksir y ma sinta wah bisa murka kmu😱🙈

2023-04-04

2

Eka Elisa

Eka Elisa

monggo di lnjooot...

2023-04-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!