bab 5

Bab 5

Hengki menyadarkan satu botol minuman dingin pada Uci dan mulai mengajak gadis itu berbincang sejenak sebelum mereka pulang. Uci pun lekas menceritakan kejadian yang membuat suasana hatinya memburuk.

"Sebenarnya ...."

"Sebenarnya apa? Cerita saja!" cetus Hengki.

Uci menarik nafas dalam-dalam. Gadis itu menoleh ke arah Hengki, kemudian mengungkapkan dengan detail kejadian di cafe saat dirinya menumpahkan minuman ke celana pengunjung. Uci menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Selama beberapa hari bekerja di cafe, aku cukup senang dan betah. Teman-teman dan juga atasan di sana juga sangat baik padaku. Pekerjaannya juga tidak terlalu sulit. Hanya saja ...."

"Hanya saja apa?" tanya Hengki tak sabaran.

Uci melempar senyum kecut. "Aku baru sadar kalau ternyata melayani pelanggan tidaklah mudah."

"Pasti ada saja masanya di saat kita bertemu dengan pelanggan yang rewel, menyebalkan, dan galak," sambung Uci.

Hengki mulai menangkap cerita Uci sedikit demi sedikit. "Jadi maksud kamu ... hal yang membuat kamu murung hari ini karena pelanggan? Kamu diomeli pelanggan?"

Uci mengangguk sembari tertawa kecil. "Tadi aku tidak sengaja menumpahkan minuman ke celana seorang pengunjung. Lalu wanita yang datang dengan pengunjung itu memakiku di depan orang-orang. Kata teman-temanku, orang yang aku tumpahin minuman itu adalah kerabat dari pemilik cafe. Wanita yang bersama dengan pengunjung itu juga terus meneriakiku dan mengancam akan mengadukan ke manajer. Aku takut aku akan dipecat nantinya karena masalah ini," terang Uci panjang lebar menceritakan kegelisahan yang dialaminya.

Hengki manggut-manggut dan mendengarkan dengan seksama cerita dari gadis malang itu. "Kupikir karena apa. Ternyata karena pelanggan saja?" celetuk Hengki.

"Pelanggan saja bagaimana? Kalau banyak pelanggan yang protes, aku bisa kehilangan pekerjaan!" sahut Uci. Meskipun gadis itu sudah panik, tapi Hengki masih bisa menanggapinya dengan santai.

"Tidak perlu dipikirkan. Hal seperti ini masih wajar dan sering terjadi. Aku juga sering diomeli pelanggan yang datang mencuci mobil. Kalau memang nanti kamu mendapatkan masalah karena hal ini, aku akan membantumu mencari pekerjaan baru," sahut Hengki mencoba menghibur Uci dan menenangkan gadis itu.

"Aku benar-benar malu. Aku juga merasa bersalah pada pengunjung yang aku tumpah minuman. Pengunjung yang aku tumpah minuman itu tidak mengatakan apa pun. Dia tidak memakiku atau pun menyalahkanku. Tapi wanita yang datang bersama dengan orang itu justru malah meneriakiku sesuka hati," gerutu Uci.

Hengki mengusap lembut rambut Uci. Pria itu nampak gemas melihat Uci yang mengomel saat tengah bercerita.

"Saat kita bekerja di sektor pelayanan jasa memang seperti ini. Kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan karakter yang berbeda-beda. Nikmati saja! Kalau mereka sudah keterlaluan, jangan hanya diam saja! Kamu juga boleh memberontak," cetus Hengki.

Uci memukul bahu Hengki dengan kencang. "Mas Hengki bukannya memberikan solusi, tapi malah mengajariku hal-hal yang tidak benar!" omel Uci.

Hengki terkekeh. "Kalau ada pelanggan yang seperti itu lagi, siramkan saja minumannya ke wajahnya sekalian!" celetuk Hengki.

Uci tergelak. Keduanya tertawa di sela-sela perbincangan mereka. Suasana hati Uci perlahan mulai membaik.

"Tidak perlu cemas, Uci. Kalau kamu sampai kehilangan pekerjaan, aku akan membantumu mencari yang lain. Masih banyak pintu rezeki yang bisa kamu buka," ujar Hengki sembari menepuk lembut baju Uci.

Pipi Uci perlahan mulai memerah. Perhatian Hengki benar-benar membuat gadis itu mulai lupa diri. Wanita mana yang tidak akan terbawa perasaan saya mendapatkan kebaikan dari pria seperti Hengki.

Hengki sendiri juga mulai memperlihatkan gelagat aneh di depan Uci. Nampaknya pria itu benar-benar telah jatuh hati pada Uci.

"Kalau ada apa-apa, bilang saja! Aku akan selalu siap untuk membantu!"

****

Hari berlalu dan terus berganti. Kegiatan Uci masih sama seperti biasanya. Pergi bekerja di pabrik PT Scender, kemudian mencari uang tambahan di Cafe Skylar.

Pada hari ini, para pegawai akan menyambut kedatangan anak dari bos PT Scender. Nampaknya, kepemimpinan perusahaan akan digantikan oleh putra dari pemilik PT.

"Hari ini ada acara apa?" tanya Uci pada sang teman begitu ia melihat para manajer yang nampak sibuk mempersiapkan acara penyambutan.

"Katanya hari ini anaknya bos pemilik PT akan datang. Sejak tadi para manajer meminta kita untuk berbenah, karena nanti bos baru akan berkeliling ke semua area pabrik sampai ke area produksi," terang teman Uci.

"Oh, begitu. Pantas saja semua orang sudah heboh sejak tadi," komentar Uci.

"Kamu tidak mendengar pengumuman atasan kemarin, ya?" omel teman Uci.

Uci hanya bisa memperlihatkan cengiran kuda. "Terus mana orangnya? Belum datang, ya?" tanya Uci.

"Belum!" sahut teman Uci.

Sementara, anak sulung dari pemilik PT saat ini tengah sibuk berkeliling di area kantor. Pria tampan dengan tubuh tegap bernama Arifin terlihat sibuk melihat-lihat keadaan perusahaan yang akan ia pimpin.

"Selamat datang, Tuan Arifin!" Seluruh jajaran atasan PT Scender memberikan sambutan pada bos baru yang akan menjadi atasan mereka.

Sebagai putra sulung sekaligus pewaris dari PT tersebut, Arifin ikut menyambut baik para pegawai yang akan bekerja bersama dengan ia nantinya. "Terima kasih banyak atas sambutannya. Saya harap, ke depannya kita bisa membangun kerja sama yang baik dalam memajukan perusahaan kita."

Tepuk tangan riuh pun mulai memenuhi tempat acara penyambutan. Arifin segera turun ke lapangan untuk memeriksa seluruh keadaan perusahaan yang akan ia kelola.

"Silakan, Tuan! Kami akan menemani Tuan berkeliling!" ucap salah seorang manajer di PT Scender. Ditemani oleh beberapa atasan, Arifin pun mulai memeriksa setiap departemen di perusahaan, hingga ke area produksi.

Orang-orang produksi pun mulai bersiap begitu mereka mendengar berita mengenai Arifin yang akan segera datang. "Bos akan segera datang! Segera bersiap!" ujar para manajer mulai mempersiapkan diri.

Uci dan teman-temannya pun juga ikut sibuk mempersiapkan diri menyambut bos baru. Tak lama kemudian, Arifin pun muncul dari balik pintu. Semua pegawai menyambut pria itu dengan ramah, tak terkecuali Uci.

Namun, sepertinya Uci memberikan reaksi lain saat melihat pria muda itu. Uci mematung sembari menatap Arifin dengan mata membulat lebar.

'Itu bukannya ... pengunjung cafe yang waktu itu aku tumpahi minuman?' batin Uci terkejut bukan main saat ia melihat Arifin.

Ternyata Arifin adalah pengunjung Cafe Skylar yang sempat bermasalah dengan Uci sebelumnya. Gadis itu benar-benar tidak menyangka akan kembali berjumpa dengan pengunjung cafe itu, terlebih lagi melihat pria itu berdiri di depan matanya sebagai atasannya saat ini.

Arifin mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang produksi dan ikut melihat Uci. Nampaknya pria itu masih mengingat Uci.

'Kenapa dunia sempit sekali?' gerutu Uci dalam hati.

Arifin melempar senyum pada Uci. 'Gadis itu ternyata bekerja di sini?' batin Arifin.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!