Mobil Jenar berhenti di depan Lovely yang masih menunggu taksi. Lovely sedikit kaget melihat Bibi Kecilnya datang, karena sebelumnya ia hanya mengirim pesan pada Jenar untuk pamit pergi hari ini, dan tidak memberitahu rencananya sebelum meninggalkan Jakarta.
“Loly!” seru Jenar berjalan cepat mendekati Lovely.
“Bibi Kecil kenapa bisa tahu aku ada di sini?” tanya Lovely penasaran.
“Bibi Kecil nggak sengaja lihat kamu. Kamu tahu sendiri kan, kalau jalan pulang dari kantor, ngelewati hotel ini. Btw, kenapa kamu tiba-tiba mau pergi hari ini Loly? Bukannya kamu perginya minggu depan?” Jenar buru-buru pulang setelah membaca pesan dari Lovely yang ingin pergi ke luar negri hari ini, dan kebetulan saja ia melihat Lovely berdiri di depan hotel sehingga ia berhenti di sana.
“Visaku udah selesai, dan izin tinggalku di Amerika, juga sudah selesai diurus sama ayah, jadi aku minta izin sama ayah untuk pergi hari ini. Lagipula, hari ini dan minggu depan sama aja, Bi.” Sebenarnya, Tuan Arman lah yang memaksa Lovely pergi hari ini tapi Lovely tidak ingin memberitahu Jenar karena takut Jenar bertengkar dengan ayahnya. Dan untuk pertama kalinya, Lovely berbohong pada Jenar karena berpikir bahwa itu lebih baik. Ia tidak ingin membuat masalah saat meninggalkan negara kelahirannya itu.
Jenar menghela nafas berat melihat Lovely sudah bertekad pergi, tapi ia penasaran dengan Lovely yang ada di depan hotel.
“Terus, kenapa kamu ada di sini?” tanyanya kemudian.
“Aku cari pria yang tidur sama aku. Ternyata orang itu Pak Qomar. Waktu aku dibawa orang masuk ke kamar Pak Qomar, aku belum sadar dan setelah sadar, aku minta tolong sama orang. Orang yang aku lihat berdiri di depan kamar itu, Pak Qomar. Aku nggak cerita ini sama Bibi Kecil karena kupikir aku salah lihat karena dalam pengaruh obat.” Sebelum dimasukkan ke kamar, Lovely memang diberikan obat tidur, dan sedikit obat perangsang hingga ia berpikir bahwa mungkin saja ia salah lihat orang gara-gara pengaruh obat itu. Dan hari ini ia tahu bahwa pria yang ia lihat di depan kamar itu memang Tuan Qomar hingga ia pun berani memberitahu Jenar.
Jenar tentu tidak terkejut karena ia memang sudah tahu tapi ia tetap menunjukkan ekspresinya yang seolah kaget mendengar penuturan Lovely. “Jadi setelah tahu kalau orang itu Pak Qomar, kamu maunya apa? Apa mau menuntut Pak Qomar atau mau bicara baik-baik sama dia supaya mau menikahimu?”
Lovely menggeleng pelan lalu berkata, “tadinya aku datang ke hotel ini karena mau cari pria itu, dan setelah tahu dia Pak Qomar, aku nggak mau lakuin apapun Bi. Aku nggak mau berurusan dengan Pak Qomar. Pak Qomar itu udah punya dua istri, dan aku nggak mau jadi istri ketiganya cuma demi anak ini. Bakal jadi masalah besar buat ayah dan keluarga kalau sampai aku nikah sama Pak Qomar. Ayah bakal tambah malu karena anaknya yang masih delapan belas tahun, malah nikah sama om-om yang seumuran sama ayah.”
Jenar menghela nafas lega karena sebenarnya ia tidak senang jika Tuan Qomar itu, jadi suami Lovely. Meski ia yang mengantar Lovely ke Tuan Qomar tapi untuk menjadikan Lovely istri Tuan Qomar, bukanlah keinginan Jenar. Seperti yang dikatakan Lovely, Keluarga Gunadawan akan semakin dipermalukan jika Lovely sampai menikah dengan pria yang punya dua istri.
“Bibi Kecil juga nggak setuju kalau kamu menikah dengan Pak Qomar itu. Dia udah tua banget Lovely. Nggak cocok banget sama kamu, karena walau kamu punya anak, masih ada pria baik yang akan cocok untuk kamu. Yang pastinya mencintai kamu. Bibi Kecil berharapnya seperti itu. Jadi, Loly, dengerin Bibi Kecil Kamu jangan menoleh ke belakang. Kamu harus menegakkan kepalamu ke depan. Oke!”
Lovely mengangguk dengan perasaannya yang sudah lebih baik karena mendengar ucapan Jenar yang memberinya semangat untuk tetap bertahan.
“Sekarang Bibi bakal anterin kamu sampai ke Bandara. Nanti setelah sampai di Amerika, bakal ada orang yang jemput kamu di Bandara. Bibi akan hubungi orang itu nanti. Dan masalah tempat tinggal. Kamu nggak usah khawatir. Bibi Kecil punya rumah yang sudah bibi sewa untukmu selama setahun di sana. Kamu bisa santai sambil memikirkan pendidikanmu,” jelas Jenar yang membuat Lovely kembali mengangguk paham.
Akhirnya Jenar membantu Lovely memasukkan kopernya ke bagasi mobil lalu kedua perempuan cantik itu, naik ke mobil. Mobil kemudian melaju meninggalkan hotel-menuju bandara.
Kini mereka sudah ada di Bandara. Sebelum masuk ke dalam, Lovely tentu mengucapkan salam perpisahannya pada Jenar. Dengan air mata yang mengalir, Lovely akhirnya melangkah semakin jauh dari Jenar, dan ia pun melambaikan tangannya pada Jenar.
“Maaf Loly! Hanya itu yang bisa kuberikan untuk membayar pengorbananmu!” Rasa bersalah Jenar sedikit berkurang setelah memberikan tempat tinggal meski hanya setahun. Setidaknya itu membantu Lovely yang pasti ketakutan di negara asing.
NewYork, Amerika Serikat.
Lovely baru saja sampai setelah menempuh perjalan selama berjam-jam. Jujur, ia baru pertama kali melakukan
perjalanan yang memakan banyak waktu. Ia begitu lelah. Semua energinya terkuras habis, padahal ia hanya duduk saja di dalam pesawat tapi tempat yang ia duduki, kelas ekonomi. Wajar saja ia kelelahan. Ayahnya memang benar-benar ingin menyiksanya, padahal ia tengah hamil.
“Dari pesan yang Bibi Kecil kirim, katanya mobilnya berwarna putih dan plat mobilnya …,” Loly bicara sembari melihat-lihat mobil yang lalu lalang di depannya, dan ia berhenti bicara ketika melihat ciri-ciri mobil yang dikatakan Jenar.
“Nona Lovely kan?” Seorang supir turun dari mobil dan langsung bertanya pada Lovely.
“Wah, Anda bisa bahasa Indonesia Pak?” Bukannya menjawab, Lovely malah balik bertanya karena berpikir bahwa orang bule itu tidak tahu pakai bahasa Indonesia.
“Bisa Nona Lovely. Bahkan saya sangat lancar. Saya juga bisa bahasa jepang, bahasa prancis dan bahasa korea. Ini karena pekerjaan yang menuntut saya harus tahu semua bahasa itu.” Supir itu malah asyik menjelaskan kepintarannya dalam berbagai jenis bahasa di depan Lovely tapi Lovely juga tidak merasa kesal, malah ia senang karena ternyata orang itu bisa diajak bicara baik-baik. Biasanya supir yang ia temui, pelit bicara dan minim senyum.
“Wah hebat ya Pak Supir. Saya aja baru bisa bahasa Inggris doang," puji Lovely.
Supir bule itu tersenyum malu karena senang mendengar pujian Lovely. "Mari Nona Lovely! Saya antar ke rumahnya!"
Lovely pun naik ke mobil, dan Pak Supir itu memasukkan koper Lovely ke bagasi mobil kemudian buru-buru naik.
'Memilih pergi memang jalan yang terbaik untukku.' Lovely membatin sembari menatap jalanan di luar di jendela pintu mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ibeth wati
orang yg paling berbahaya itu manusia berwajah malaikat tp berhati iblis serigala 🐺 berbulu domba 🐑 ialah Jenar
2023-09-17
1
Denita Precilla
orang yg paling gue benci disini si Jenar. pura2 baik tp aslinya busuk bnget
2023-03-03
3