Lovey keluar dari ruang kepala sekolah sembari mendorong koper kecil miliknya. Hari ini, ia berencana terbang ke Amerika seperti yang diperintahkan ayahnya. Namun, sebelum pergi, Lovely datang ke sekolah untuk mengambil ijazah SMA-nya.
Beberapa anak sekolah berpapasan dengan Lovely. Mereka memandang hina pada Lovely yang menjadi topik pembicaraan satu sekolah akibat insiden tiga hari lalu ketika Lovely jatuh pingsan di sekolah, dan dinyatakan hamil oleh dokter di sekolahnya. Namun, Lovely tetap dibawa ke rumah sakit untuk mengetahui kondisinya.
Sambil berjalan menarik kopernya di lorong sekolah untuk keluar dari sekolahnya itu, Lovely mendengar beberapa hinaan dan cibiran dari para teman-teman sekolahnya.
“Ihhh, cantik-cantik kok murahan sih!” kata salah seorang gadis yang kebetulan berpapasan dengan Lovey.
Lovely melirik gadis itu tapi ia tetap melangkahkan kakinya dengan raut wajahnya yang datar seolah tidak peduli dengan ucapan gadis itu.
“Ini dia cewek murahan yang udah malu-malu’in nama sekolah kita. Udah ketahuan hamil tapi masih aja datang ke sekolah.”
“Kayaknya dia emang nggak punya malu deh!”
“Ihhh nggak nyangka banget deh kalau dia jadi pelacurr. Dia menggunakan kecantikannya untuk goda om-om di luar sana. Jijik banget sama cewek kayak gitu. Di luarnya cantik tapi dalamnya busuk banget kayak got.”
“Pantes aja dia punya banyak teman cowok, ternyata ceritanya begitu. Jadi cewek panggilan. Benar-benar jijik lihat cewek kayak gitu. Sok suci tapi ternyata selalu tidur dengan om-om. Mungkin aja sekarang dia jadi simpanan om om makanya dia diusir pergi oleh keluarganya.”
“Ternyata cantik tidak menjamin orang bisa suci. Buktinya Lovely, dia memanfaatkan kecantikannya untuk bersenang-senang dengan teman-teman prianya. Sekarang dia dapat karmanya dengan hamil luar nikah.”
Beberapa remaja yang berkumpul, menunggu kendaraan di depan sekolah, bergosip tentang Lovely seolah mereka tidak melihat keberadaan Lovely yang berdiri menunggu taksi. Bahkan para remaja perempuan itu meninggikan suaranya karena memang sengaja memperdengarkan yang mereka katakan.
Lovely masih diam, mencoba untuk menahan semua hinaan dan cibiran orang. Namun, tentu saja hatinya sakit karena itu pertama kalinya ia mendapat hinaan dari orang-orang.
‘Lovely, kamu harus tahan. Kamu tidak usah menjelaskan pada mereka satu persatu tentang dirimu yang sebenarnya. Orang yang mencintaimu tidak akan peduli semua itu, dan orang yang membencimu, akan berusaha mencari semua tentang keburukanmu.’
Lovely membatin dengan kalimat bijaknya demi membuat perasaannya yang sakit hati, menjadi lebih tenang. Sepersekian detik berikutnya, taksi yang sudah ia pesan, berhenti tepat di depannya. Supir taksi itu keluar dari mobilnya lalu mengonfirmasi pada Lovely.
“Mbak Lovely ya?”
Lovely mengangguk. “Ya Pak.”
Dengan cepat, supir taksi itu mengambil koper Lovely lalu memasukkannya ke bagasi mobil.
“Lovely!” seru seorang pria ketika Lovely membuka pintu mobil itu. Lovely menoleh melihat sosok pria yang memanggilnya. Pria itu adalah Chan-sahabat baiknya semasa sekolah. Dan ada dua pria yang datang bersama Karena. Kedua pria itu adalah Brandon dan Damar-teman-teman Lovely di sekolahnya itu.
“Kalian!” Lovely sedikit kaget melihat teman-temannya, bahkan ia terharu melihat mereka masih datang menyapanya setelah kejadian tempo hari.
“Loly, kamu benar mau pergi. Bukannya kita udah janji buat kuliah bareng di Jakarta?” tanya Chan yang akan merasa kehilangan jika Lovely pergi meninggalkan Jakarta.
Lovely mengangguk. “Maaf teman-teman! Ayahku sudah mendaftarkanku di Amerika. Dan aku harus kuliah di sana! Sekali lagi aku minta maaf karena sudah ingkar janji sama kalian!”
Lovely tidak ingin menambah kesedihannya jika terus berlama-lama bersama dengan mereka hingga ia pun masuk ke mobil setelah minta maaf pada teman-temannya.
Brandon langsung memegang jendela mobil yang masih terbuka. Ia menatap Lovely sembari tersenyum. “Kamu nggak usah merasa bersalah Loly. Kalau Amerika memang yang terbaik, kita akan dukung. Semoga kamu bisa meraih impianmu di sana. Selamanya kami akan selalu jadi teman baikmu!”
Lovely mengangguk. Lalu, Brandon menyuruh supir taksi untuk menjalankan mobilnya. Lalu ketiga pria itu berdiri menatap kepergian Lovely. Lovely mengeluarkan kepalanya lalu melambaikan tangannya kepada teman-temannya. Begitu juga ketiga teman baiknya itu, mereka ikut melambaikan tangan mereka pada Lovely.
Tak lama, taksi berhenti disebuah hotel. Hotel itu adalah tempat yang tidak pernah bisa dilupakan oleh Lovely sampai mati. Lovely masuk ke hotel itu. Sebelum meninggalkan Jakarta, Lovely ingin tahu siapa pria yang tidur bersamanya. Mungkin saja setelah tahu, ia bisa meminta pertanggungjawaban pria itu untuk menikahinya agar ayahnya tidak jadi mengirimnya ke luar negri. Oleh sebab itu, Lovely datang ke hotel yang ia anggap tempat mengerikan untuknya.
“Permisi Mbak!” Lovely menyapa pegawai resepsionis di hotel itu.
“Ada yang bisa kami bantu Nona?”
“Begini, kira-kira dua bulan lalu. Bibi saya, maksud saya Nona Jenar Gundawan mengadakan acara ulang tahun. Dan hari itu, saya menginap di kamar Nomor Dua. Kamar VIP, Mbak. Apa Mbak bisa kasih tahu saya, siapa yang sudah pesan kamar itu untuk saya?” kata Lovely menjelaskan pada pegawai perempuan itu.
“Aduh maaf nona! Kami tidak bisa memberitahu informasi tentang pemesan kamar itu. Hotel kami adalah tempat privasi bagi semua pelanggan, jadi untuk permintaan kecil Anda, kami tidak bisa memenuhinya.” Pegawai itu tidak ingin memberitahu pada Lovely karena mereka bisa menebak dari cara bicara Lovely bahwa Lovely tidak mengenal orang yang memesan kamar itu. Mereka takut akan meninbulkan masalah untuk pelanggannya.
“Saya nggak ada maksud apa-apa Kok. Saya cuma mau kembalikan barangnya saja, dan barangnya ini sangat mahal Mbak. Jadi saya perlu mengembalikannya secara langsung pada orangnya.” Lovely sengaja berbohong agar pegawai resepsionis itu mau memberikan informasi tentang pria itu.
“Baiklah. Kami cek dulu Nona.” Akhirnya pegawai resepsionis itu setuju dengan permintaan Lovely. Ia pun mengecek di komputernya lalu menit berikutnya, kembali melihat Lovely.
“Namanya Tuan Qomar, Nona. Beliau pengusaha pakaian. Kalau nona mau kasih barangnya, nona datang saja ke perusahaannya, dan berikan pada sekertarisnya. Ini kartu nama sekertarisnya.”
Tuan Qomar adalah pelanggan tetap di hotel itu. Oleh sebab itu, pegawai resepsionis di sana diberikan kartu nama oleh asisten Tuan Qomar. Pegawai hotel bisa menghubungi asisten Tuan Qomar jika terjadi sesuatu pada Tuan Qomar atau Kamar VIP yang selalu dipesan oleh Tuan Qomar.
Lovely yang mendengar nama Tuan Qomar, kaget. Itu karena ia sudah mengenal Tuan Qomar. Tuan Qomar pernah datang ke rumahnya sebagai rekan kerja ayahnya tapi mereka tidak pernah bertemu secara langsung. Tuan Qomar juga tidak pernah melihatnya langsung. Bahkan Lovely tahu bahwa Tuan Qomar adalah pria yang memiliki tiga istri dan empat anak yang seumuran dengannya.
“Makasih Mbak. Permisi!” Lovely buru-buru pergi setelah pamit pada pegawai itu. Di luar, Lovely berdiri diam dengan raut wajahnya yang masih terkejut mendengar pria yang sudah menidurinya. Bukan hanya tua tapi pria itu sudah memiliki tiga istri. Jika saja pria itu belum menikah, Lovely tidak peduli dengan umurnya yang seumuran dengan ayahnya. Yang penting ia bisa mendapat pertanggungjawaban dari pria itu. Namun, meminta pria yang sudah menikah untuk menikahinya juga, bukanlah keinginan Lovely. Hal itu hanya akan mendatangkan masalah untuknya dan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lina ciello
nahhh iko trus salah pahammmm 😒
2023-10-27
0
Denita Precilla
kasihan bnget nasib Lovely, udah diusir skrg mlh dibenci satu sekolah. gue klo diposisi lovely nyut nyut bnget denger omongan mereka
2023-03-03
1