Bab 4
Tangisan Qiana masih belum juga reda semenjak pagi hingga kini hari sudah lewat tengah hari. Gundukan tanah bertabur bunga sedang dia ratapi. Penyesalan terbesar dalam hidupnya adalah kematian ibunya yang mendadak gara-gara kebodohan dirinya dan pengkhianatan tunangan serta sahabatnya.
"Ibu maafkan aku … ampuni aku," ucap Qiana dengan lirih menyayat hati bagi yang mendengar suaranya. Perempuan ini memeluk pusara yang bertuliskan nama ibunya.
Bara yang berjongkok di samping sang putri pun ikut menangis tergugu. Penyesalan dia adalah tidak bisa memberi kebahagiaan di akhir hidup istrinya. Wanita yang sudah menemani dirinya selama hampir 3 dekade. Perempuan yang selalu setia bersama dengannya di saat suka maupun duka.
'Sayang, maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku dulu, yang akan selalu membuat kamu bahagia,' batin Bara.
Tidak terdengar suara tangisan dari laki-laki paruh baya itu, hanya air matanya saja yang meleleh di pipi yang mulai berkerut tipis.
***
Tiga hari Qiana tidak masuk kerja. Kepergian sang ibu membuatnya down dan tidak ingin melakukan apa-apa. Hari ini mau tidak mau dirinya harus masuk ke kantor karena izin sakit sudah habis.
Wanita itu memakai kacamata untuk menyamarkan matanya yang bengkak. Selain itu penglihatan menjadi agak buram, entah karena gara-gara kebanyakan menangis, kurang darah, atau asam lambung tinggi. Qiana sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
Saat memasuki pintu kaca yang berputar, Qiana merasa tatapan orang-orang berbeda kepadanya. Perempuan itu berpikir kalau penampilan dia yang memakai kacamata menjadi pusat perhatian rekan kerja di kantor.
"Kenapa mata kamu?" tanya Ana begitu Qiana menyimpan tasnya di bawah meja.
"Bengkak," jawab Qiana singkat.
"Kamu jangan kebanyakan menangis, kasihan ibu kamu di alam sana," ucap bawahan Qiana.
Saat ini Qiana menjabat sebagai manajer keuangan di perusahaan PT. MAKMUR milik keluarga Zeline. Sementara sahabatnya itu sendiri adalah direktur di perusahaan ini. Itulah kenapa mereka berdua selalu dekat sampai hari di mana pesta pernikahan itu berlangsung.
"Qiana, sebenarnya ada yang mau aku tanyakan. Tapi, aku takut kamu tersinggung," kata Ana dengan tatapan nanar dan itu membuat Qiana malah menjadi penasaran.
"Katakan saja ada apa," ucap perempuan bersurai panjang hitam.
"Apa benar kamu sedang hamil saat ini?" tanya Ana sangat hati-hati dengan suaranya yang pelan bahkan seperti bisikan.
Pupil mata Qiana membulat tanda dia sangat terkejut. Dalam hatinya dia bertanya kenapa temannya sampai tahu kalau dia sedang hamil. Sementara yang baru tahu kalau dia sedang hamil adalah keluarnya, keluarga Emir, dan keluarga Zeline.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Qiana balik.
"Gosip kamu hamil di luar nikah dan menjadi simpanan beberapa laki-laki beredar di grup perusahaan," jawab Ana dengan pelan sambil menatap wanita yang duduk di kursi kerja di depannya.
Jantung Qiana terasa mau lepas dari tempatnya saat mendengar perkataan Ana barusan. Tiba-tiba saja dalam pikiran dia kalau pelaku penyebaran berita ini pasti ada di antara Zeline atau Emir. Mungkin saja kedua orang itu pelakunya.
"Berita itu tidak semuanya benar dan juga tidak semuanya salah," ucap Qiana dengan suaranya yang bergetar menahan tangis.
Ana sangat terkejut mendengar pengakuan dari atasannya ini. Sejak kemarin dia menduga kalau berita itu hanya gosip tidak sedap saja.
"Jadi—" Ana tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya yang ada adalah air mata gadis itu meleleh.
"Ya, aku memang bodoh sudah memberikan kehormatanku kepada tunanganku bulan lalu. Aku tidak menyangka kalau perbuatan kami saat itu langsung membuahkan hasil. Aku sungguh sangat menyesal, Ana. Jangan sampai apa yang aku perbuat ini terjadi kepadamu. Kamu harus menjaga kesucian itu untuk suamimu kelak. Meski laki-laki itu sudah berstatus tunangan dan akan menikah denganmu, jangan biarkan dia merenggutnya sebelum waktunya," tutur Qiana memberi nasehat kepada perempuan yang usianya terpaut 2 tahun lebih muda darinya.
"Jadi, janin itu milik tunangan kamu?" tanya Ana sambil memegang tangan Qiana.
"Ya," jawab Qiana yang menundukkan kepala.
"Kalau begitu kalian secepatnya menikah saja," kata Ana dengan semangat.
"Tidak bisa. Karena laki-laki itu beberapa hari yang lalu sudah menikah dengan wanita lain," tukas Qiana menahan emosi karena teringat akan kejadian di pagi itu.
"Apa!" pekik gadis berambut pendek sebahu ini tidak percaya.
"Ya. Dan apa kamu tahu siapa wanita yang dinikahi oleh tunangan aku itu?" Kini Qiana menatap ke arah Ana dan gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Zeline, sahabat baik aku sendiri," lanjut Qiana dan itu sukses membuat mata Anda terbelalak dengan mulut menganga.
"Bu Ze–line a–tasan kita?" Ana tergagap karena kesulitan bicara.
"Ya, benar. Pelakor itu adalah Zeline," tukas Qiana.
Pembicaraan mereka terhenti karena sudah waktunya bekerja. Meski Qiana sekarang benci kepada Zeline, tetapi dia tetap bekerja dengan baik seperti biasanya. Wanita itu selalu bertanggung jawab atas apa yang sudah diembankan kepadanya.
Saat jam istirahat, Qiana dan beberapa teman satu divisi dengannya makan di kantin. Saat mereka sedang antri terdengar selentingan dari beberapa orang wanita yang tidak jauh darinya.
"Hei, dengar-dengar ada gosip yang sedang hamil di luar nikah," kata wanita berbaju putih.
"Oh, iya. Dasar sudah tidak punya urat malu, tetap saja dia berani masuk kerja. Kalau aku mending mengundurkan diri. Mau ditaruh di mana muka aku," balas temannya yang berbaju merah dengan nada menyindir.
"Karena dia tidak punya malu, makanya masuk kerja," timpal wanita berbaju hitam.
"A, bener juga. Kalau dia punya rasa malu tidak mungkin mau tidur dengan banyak pria. Pantas saja suka pakai barang-barang bermerk. Ternyata hasil menguras dari laki-laki yang butuh belaian," ucap wanita berbaju putih lagi.
"Jangan dengar omongan mereka. Itu malah membuat mereka jadi punya bahan gosip baru," bisik Ana dan Qiana pun mengangguk.
Qiana tahu kalau dirinya yang mereka maksud. Namun, dia memilih diam dan tidak berbuat kekacauan. Sebab, saat ini dia tahu posisinya sedang terancam di perusahaan. Setelah tadi dia bertengkar hebat dengan Zeline saat berpapasan di koridor lantai atas.
***
"Qiana dipanggil sama Bu Bos, tuh!" seru Budi begitu masuk ruang kerja divisi keuangan.
Qiana pun menarik napasnya dan mulai berjalan ke arah ruangan paling ujung. Perempuan itu tidak menyangka kalau pengantin baru itu langsung masuk kerja setelah berbulan madu yang hanya beberapa hari saja.
Pertengkaran tadi pun Zeline tiba-tiba saja menarik rambut Qiana dan memakinya. Alasannya karena gara-gara kematian Nana, kedua mertuanya menyuruh Emir untuk segera pulang dan melayat. Walau pada akhirnya tidak ada seorang pun dari mereka yang datang ke rumah duka.
Qiana mengetuk pintu dan masuk setelah disuruh oleh orang yang ada di dalam. Begitu dia masuk sebuah laporan melayang ke arahnya, meski tidak sampai mengenainya.
"Laporan apa itu? Kamu berani-beraninya menggelapkan uang perusahaan sebanyak 100 juta, hah!" hardik Zeline kepada Qiana.
Selama ini Qiana merasa sudah mengerjakan dengan benar dan tidak ada yang salah. Semua sudah cocok dengan laporan pemasukan dari beberapa anak cabang.
"Itu pasti ada kesalahan. Bukannya kamu tahu sendiri kalau aku sangat teliti dalam mengerjakan apa pun," tukas Qiana berusaha tenang dan tidak terpancing emosi.
"Lalu itu apa? Bukti sudah jelas dan kamu sudah merugikan perusahaan. Kamu ganti uang itu atau angkat kaki dari sini," ucap wanita berparas cantik tapi tidak memiliki daya tarik.
Qiana tersenyum miring, tanda dia mengejek wanita yang menjadi atasan selama hampir 5 tahun bekerja di perusahaan ini. Ini adalah cara paling jitu untuk mengusir atau memecat dirinya.
"Tentu saja aku memilih pergi dari sini," kata Qiana.
"Bagus, karena kamu dipecat dengan tidak hormat maka tidak ada pesangon untuk dirimu," balas Zeline dengan alis terangkat sebelah.
"Tidak masalah. Setidaknya kamu sudah jadi teman berengsek, atasan dzalim, dan wanita penyebar fitnah. Tunggu saja kehancuran dalam hidupmu!" balas Qiana sangat menohok hati Zeline.
***
Qiana pamitan kepada teman-teman kerja satu divisi dengannya. Setelah itu dia pun pergi dari kantor yang selama ini tempat mencari rezeki.
"Hari ini langit cerah, apa sebaiknya aku pergi jalan-jalan ke taman, ya?" gumam Qiana sambil membawa kotak barang miliknya.
Di pusat kota ada sebuah taman yang asri dan sejuk udaranya jika dibandingkan dengan pinggir jalan raya. Maka dia pun duduk sambil memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya.
"Qiana?" panggil seseorang saat wanita itu duduk di bangku taman.
"Siapa?" tanya Qiana pada pemuda tampan berseragam yang bertuliskan cleaning servis.
"Aku, Keenan. Mungkin kamu lupa aku yang dulu membawa kamu ke rumah sakit," jawab pemuda itu dengan senyum manisnya.
"A, iya. Aku ucapkan terima kasih karena sudah membawa aku ke sana," balas Qiana dan Keenan pun minta izin untuk duduk di bangku itu.
"Ini apa?" tanya Keenan.
"Barang-barang aku. Hari ini aku dipecat," jawab Qiana.
"Apa hanya karena atasanmu tidak bisa menikmati masa bulan madunya?" tanya Keenan langsung menutup mulutnya.
Qiana tertawa lepas mendengar candaan pemuda itu. Lalu dia berkata, "Dari mana kamu tahu itu?"
"Tuh, kotak kamu ada label PT. MAKMUR dan putri pemilik perusahaan itu baru menikah beberapa hari yang lalu. Lalu, kamu juga membuat kehebohan di acara pesta pernikahannya," jelas Keenan dan Qiana akhirnya membenarkan itu.
"Kalau kamu mau kerja, tinggal kirim saja ke perusahaan yang ada di depan perusahaan kamu dulu itu," kata Keenan.
"PT. SUKSES?" tanya Qiana.
"Iya. Aku dengar ada lowongan pekerjaan. Kebetulan aku pegawai bagian kebersihan di sana jadi tahu," balas Keenan.
'Lihatlah Zeline, kamu lepaskan aku. Aku datang ke tempat suamimu!' batin Qiana.
***
Bagaimana perasaan Zeline saat tahu Qiana kini melamar pekerjaan ke perusahaan tempat Emir bekerja? Lalu, apa yang akan Emir lakukan saat tahu Qiana akan bekerja di perusahaan tempat dia bekerja sebagai karyawan kontrak? Tunggu kelanjutannya, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
martina melati
kalo resign?
2024-05-31
1
novi 99
siapa keanan sebenernya ya .
penyesalan datang pada emir ...
trus klo zeline sampai mampus pun gak bakal menyesal
2024-01-04
2
Eny Hidayati
Seru Thor, ceritanya...
2023-09-06
1