Cinta Tak Pernah Salah
Bab 1
Suara erangan kepuasan terdengar dari dua sejoli yang sedang memadu kasih. Qiana menutup matanya saat Emir memberikan kecupan di keningnya. Mereka sudah sering melakukan hal seperti ini semenjak satu setengah bulan yang lalu.
"Terima kasih, Sayang. Aku semakin mencintaimu," bisik Emir dengan mesra.
"Kenapa kamu selalu mengeluarkan benihmu di dalam setiap kali kita bercinta?" tanya Qiana dengan napas terputus-putus karena masih merasa lelah.
"Maafkan aku, Sayang. Sungguh aku lupa. Nanti kamu jangan lupa saja minum obat pencegah kehamilan, ya!" pinta Emir dengan ekspresi wajah penuh penyesalan.
Wanita itu hanya mengangguk saja, sejak dulu dia sering lupa meminum obat pil pencegah kehamilan. Mereka adalah sepasang kekasih yang baru terikat hubungan pertunangan bukan suami istri. Rencananya mereka akan menikah tahun depan.
"Ayang, besok aku diundang ke pesta pernikahan temanku, kamu antar aku, ya!" pinta Qiana yang kini sedang dalam pelukan Emir.
"Besok? Sepertinya aku nggak bisa, Yang. Aku ada acara penting yang tidak bisa ditinggal," sahut laki-laki berparas tampan dengan dagu terbelah.
"Ya, enggak apa-apa, deh. Aku bisa pergi sendiri, lagian tempatnya tidak terlalu jauh," balas perempuan bersurai panjang hitam itu dengan perasaan kecewa.
Qiana langsung terdiam dan memilih memejamkan mata. Perempuan berkulit putih mulus itu paling tidak suka jika harus berdebat dengan kekasihnya. Maka dia sering mengalah dari pada harus terjadi pertengkaran di antara mereka.
"Jangan cemberut begitu, dong. Sebagai gantinya bagaimana Minggu depan kita pergi ke pantai atau ke taman hiburan?" Emir mencolek hidung mancung milik Qiana dan membuat wanita itu tersenyum kembali.
Emir tidak mau membuat kekasih hatinya bersedih. Laki-laki itu terlalu cinta kepada perempuan yang sudah lama menjalin kasih dengannya. Mereka berpacaran semenjak duduk di bangku SMP kelas VII. Cinta monyet yang telah berubah menjadi cinta sejati, itu yang sering dikatakan oleh orang-orang yang mengenal keduanya.
Setelah lelah mengarungi surga dunia, keduanya tertidur sampai pukul 22:00 dan itu sudah menyalahi peraturan ayah Qiana, Bara. Orang tua Qiana melarang putrinya pulang lebih dari pukul 21:00 jika bepergian atau main ke luar rumah.
Begitu bangun keduanya langsung pontang-panting memakai pakaian yang berserakan di lantai. Setelah itu Emir mengantarkan Qiana pulang ke rumahnya.
***
Bara berdiri di depan pintu ketika Emir mengantarkan Qiana pulang. Terlihat jelas raut laki-laki paruh baya itu berwarna merah. Tanpa perlu di kasih tahu, Emir pun sadar kalau calon ayah mertuanya itu sedang marah kepada mereka.
"Kenapa baru pulang jam segini?" tanya Bara sambil melotot kepada dua anak manusia yang berdiri kaku.
"Maaf, Ayah. Ban mobil bocor dan kita jauh dari bengkel," jawab Emir berbohong dan Qiana hanya mengangguk.
"Sudah malam, cepat masuk!" perintah Bara kepada Qiana.
Terlihat Nana ke luar dari kamar dengan wajahnya yang seperti bangun tidur. Wanita paruh baya itu melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 22:10 dan putrinya baru pulang.
"Kenapa baru pulang jam segini?" tanya sang ibu.
"Katanya ban mobil Emir bocor," jawab Bara sambil duduk di sofa.
"Qiana, besok hari pernikahan Zeline, sahabat baikmu. Tapi, Ayah sama ibu tidak bisa datang karena bertepatan dengan 1000 hari meninggalnya nenek. Ucapkan permintaan maaf kami untuk keluarga Zeline dan calon suaminya, ya!" ucap Nana dengan tatapan sendu karena tidak bisa menghadiri pesta pernikahan anak gadis yang sering bermain ke rumahnya ini.
"Zeline akan menikah sama siapa? Kok, terkesan mendadak begini," tanya Bara yang baru tahu hari kemarin tentang pernikahan sahabat baik putrinya.
"Aku juga tidak tahu, Ayah. Soalnya Zeline hanya kasih undangan lewat chat. Itu juga alamat gedung resepsi dan jam diselenggarakan acara," sahut Qiana dengan nada kecewa karena Zeline seakan sedang menutupi sesuatu darinya.
"Bukannya kalian berteman baik? Masa kamu tidak tahu siapa calon suami teman kamu," tukas Nana merasa heran.
"Aku juga sudah tanya sama Zeline, siapa laki-laki yang akan menikah dengannya. Dia malah jawab putra dari teman orang tuanya," kata Qiana yang kini beranjak masuk ke kamarnya.
"Tidak terasa mereka sekarang sudah dewasa. Qiana juga tahun depan akan menikah dengan Emir," kata Bara dengan lirih.
"Benar, semoga saja hubungan mereka langgeng sampai akhir hayat," lanjut Nana sambil menatap foto Qiana dan Emir yang diletakan di atas bufet.
***
Keesokan harinya Qiana mempersiapkan diri untuk pergi ke pesta pernikahan temannya yang akan diadakan mulai pukul 20:00. Perempuan itu pergi seorang diri karena Emir tidak bisa mengantarnya. Begitu juga kedua orang tuanya yang memilih menginap di rumah kerabat setelah acara 1000 hari mengenang sang nenek.
Senyum cantik Qiana terukir saat turun dari mobil dan melihat betapa megah dan mewahnya pernikahan Zeline. Sahabatnya sejak kecil yang sempat terpisah semenjak mereka masuk SMP dan kembali bertemu setelah lulus kuliah.
Banyak sekali tamu undangan dari kalangan kelas atas. Maklum, karena keluarga Zeline adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Qiana juga bekerja di perusahaan milik keluarganya.
"Lak-laki seperti apa yang bisa mencuri hati Zeline, ya?" tanya Qiana bermonolog.
Selama ini Zeline tidak pernah memberi tahu siapa kekasihnya. Jika ditanya sering bilang tidak punya. Namun, dua hari yang lalu tiba-tiba memberi kabar kalau dirinya akan menikah dan menyuruhnya untuk datang ke gedung Gloria, tempat diadakannya pesta pernikahan dia.
"Mempelai prianya tampan sekali, beruntung sekali Zeline bisa menikah dengannya," bisik salah seorang tamu undangan yang berpapasan dengan Qiana.
Mendengar ucapan mereka membuat perempuan itu semakin penasaran seperti apa suami dari sahabatnya itu. Banyaknya tamu undangan membuat Qiana kesulitan melihat dengan jelas wajah laki-laki yang sudah menjadi suami Zeline.
"Mami … Papi? Ke–napa mereka ada di sini?" tanya Qiana kepada kedua calon mertuanya yang berdiri di depan kursi yang biasa ditempati oleh orang tua mempelai laki-laki.
Seperti terkena sambaran petir, Qiana diam mematung saat melihat Emir yang menjadi mempelai pengantin laki-laki. Tunangannya itu berdiri di samping Zeline yang begitu cantik hari ini dengan balutan gaun pengantin yang terlihat sangat mahal.
Dengan langkah lebar Qiana menaiki panggung, di mana pasangan pengantin dan keluarganya sedang tersenyum manis kepada para tamu undangan yang datang dan mengucapkan selamat untuk mereka.
"Emir … Zeline, apa maksudnya ini? Kenapa kalian bisa menikah?" teriak Qiana penuh emosi.
Kulit wajah perempuan itu terlihat memerah. Qiana tidak memedulikan orang-orang yang menatap ke arah mereka.
"Qi–ana, bagaimana bisa kamu datang ke sini?" tanya Emir heran dengan wajahnya yang pucat, karena tidak menyangka kalau kekasihnya itu akan datang ke pesta pernikahannya dengan Zeline.
"Zeline, kenapa kamu menikah dengan Emir? Bukannya kamu sudah tahu kalau aku dan Emir itu sudah tunangan sejak tiga tahun lalu!" bentak wanita bertubuh tinggi semampai.
"Kalian baru tunangan, bukan suami istri. Jadi, bebas aku dan Emir kalau mau menikah," balas Zeline dengan nada sombong.
Qiana mengerutkan kening seperti tidak mengenali sosok perempuan yang kini sedang berdiri di depannya. Zeline yang dia kenal itu adalah orang yang sangat baik dan murah senyum. Namun, yang kini sedang berdiri di depannya adalah wanita sombong dengan tatapan angkuh.
"Ada apa ini?" tanya laki-laki paruh baya yang Qiana kenal sebagai ayahnya Zeline.
"Om, tahu enggak kalau laki-laki yang dinikahi oleh Zeline itu adalah tunangan aku dan kami akan menikah tahun depan," jawab Qiana.
"Bukannya kalian sudah putus?" Kali ini papinya Emir yang bicara.
"Putus? Sejak kapan kami putus. Semalam kami masih pergi berkencan," balas Qiana dan membuat kedua orang tua Emir menatap tajam ke arah putra mereka.
"Pi, Qiana masih mencintaiku. Jadi, dia tidak terima saat aku meminta putus hubungan pertunangan itu. Padahal kedua orang tuanya sudah setuju," aku Emir dengan meyakinkan.
"Apa? Kapan kamu bilang pertunangan kita putus. Bukannya bulan lalu keluarga kita masih liburan bersama," bantah Qiana.
Para tamu undangan saling berbisik-bisik membicarakan keributan di panggung pelaminan.
Orang-orang di atas panggung saling menatap satu sama lain. Kedua orang Emir minta penjelasan kepada putranya, begitu juga dengan kedua mertua dia.
"Mami dan Papi jangan cemas. Sebenarnya Qiana dan Emir itu sudah putus, hanya saja dia ingin kembali lagi merajut cinta mereka. Namun, Emir menolaknya karena sudah tidak mencintainya. Makanya aku meminta pernikahan ini secepatnya di gelar agar suami ini terbebas dari kejaran Qiana. Dia itu 'kan, wanita gatal yang suka gonta-ganti pasangan," ucap Zeline dengan suaranya yang nyaring agar bisa didengar oleh para tamu undangan.
"Gonta-ganti pasangan? Sejak 12 tahun yang lalu, hanya Emir yang menjadi kekasihku!" balas Qiana tidak kalah nyaring dan itu malah membuat orang-orang menjadi penasaran.
"Qiana, bukannya aku sudah bilang beberapa bulan yang lalu kalau hubungan kita tidak bisa diteruskan lagi. Sifat kamu yang keras kepala dan kekanak-kanakan sering membuat aku muak. Begitu juga dengan keluarga kamu yang suka mengatur," aku Emir dan itu membuat hati Qiana sangat sakit.
"Jadi, begitu. Aku baru tahu nilai diriku di matamu. Oke, aku terima keputusan kamu. Semoga saja kebahagiaan segera menghampiriku dan kehancuran menimpa kalian!" Sumpah Qiana yang membuat orang-orang langsung terdiam.
Kenyataan yang baru dia ketahui terasa sangat berat untuk diterima. Kepala Qiana terasa berputar dan dadanya sesak. Sampai dia tidak bisa lagi menjaga keseimbangan tubuhnya.
Saat tubuh perempuan itu jatuh dari panggung pelaminan, dengan sigap seseorang dibawah menangkapnya. Orang itu panik saat tahu Qiana tidak sadarkan diri.
"Hei, sadarlah!" Laki-laki itu menepuk muka Qiana dengan dengan pelan.
"Jangan-jangan dia mati!" pekik salah seorang tamu undangan dan itu membuat keadaan di aula itu semakin kacau.
***
Assalamualaikum, teman-teman. Kali ini aku buat karya bergenre perselingkuhan 😁. Tema yang baru pertama kali aku buat, semoga kalian suka. Ambilah nilai kebaikan dalam karya ini dan jangan ikuti keburukan yang ada di dalamnya. Jangan lupa dukungannya untuk aku biar semangat terus dalam berkarya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eva Karmita
mampir dikarya otor yg ini
2024-07-22
1
Imas Ratnasari
Makanya waktu pacaran jgn terlalu bebas. melakuian hubungan layaknya suami istri. gak tahu takdir besok bgmn, tapi sdh terlanjur terima nasib deh..
laki- laki gak ada bekasnya, tapi perempuan sdh tdk virgin lg..😭😭
2024-07-03
1
martina melati
br kmrn melakukn hubungan intim...
lupaaaaa...kannnnn
2024-05-31
1