Flashback ON
Lain di bibir, lain pula di hati. Benci itu tidak ada, marah itu pun rasanya percuma. Yang ada hanya rasa kecewa, sebab luka basah ini terus saja menganga.
"Aku suka sama kamu, Zoe. Aku gak tahu gimana awalnya tapi aku beneran suka sama kamu," akunya jujur.
Shena berdiri di hadapan pria yang hampir satu tahun ini dikenalnya. Dengan rintik hujan yang turun dari atas langit, malam ini terasa lebih dingin dan sepi.
Sejujurnya, ada rasa sesal di hati Shena. Harusnya ia tak mengungkapan perasaannya, harusnya ia tak mengakuinya. Karena nyatanya, sekalipun ia dijadikan pusat perhatian bahkan diperlakukan selalu jadi yang utama, tetap saja perasaan mereka berbeda. Shena merasa tak seistimewa itu di mata Zoe.
Bukan karena Shena tidak cukup cantik bagi Zoe, hanya saja pria itu memandang sebuah romansa dari sudut pandang yang berbeda.
Saat mendengar pengakuan Shena, Zoe nampak tak terkejut. Ia bahkan menatap Shena tanpa ekspresi. Hal itu menambah debar jantung Shena semakin tak menentu.
"Kamu suka sama aku, Na?" tanya Zoe datar.
"Kamu tahu kamusku kan, Na. Setiap perempuan yang jatuh cinta sama aku, berarti udah siap aku permainkan. Tapi kasusmu ini lain, Na. Kamu sahabat aku. Dan gak seharusnya perasaan ecek-ecek kayak gini tuh terjadi di antara kita. Kamu bisa terluka karena aku, Shena."
Shena menunduk, mendengar penolakan dari Zoe. Gadis itu menatap sepatu ketsnya yang basah karena terkena air yang menggenang di depan gedung apartemen Zoe. Hujan masih berlangsung dan hawa semakin dingin menambah dramatis situasi kala itu.
"Emangnya kenapa? Gak boleh?"
Ah, itu kebodohan Shena. Untuk apa ia menanyakan sesuatu yang tak seharusnya ia lontarkan. Harusnya saat itu Shena langsung saja tertawa ketika mendengar penolakan Zoe. Dengan begitu ia akan dianggap sedang bercanda dan suasana kembali mencair. Bukan malah bertanya dan pada akhirnya terlihat semakin menyedihkan.
"Terus? Kamu bersedia gitu jadi salah satu perempuan yang aku mainin, aku sakitin?" tanya Zoe dengan menautkan salah satu alisnya.
Shena menghela napas pelan, sesak kini mulai merayapi dadanya.
"Bukannya itu memang resiko orang jatuh cinta ya? Kasmaran, bahagia, kemudian sakit hati. Kalau udah begitu kan tinggal berusaha menata hati lagi aja. Jadi ya aku rasa itu bukan masalah besar." Jawab Shena seraya tersenyum samar.
"Gak bisa begitu dong, Na. Cara kerjanya gak kayak gitu. Sakit hati itu berpola, gak bisa disesuaikan dengan apa yang kamu harapkan."
Itu adalah penolakan kedua dari Zoe, Shena benar-benar takjub pada Zoe yang tetap memepertahankan prinsipnya dengan baik.
"Kamu bilang asal itu perempuan, kamu pasti akan suka. Aku juga perempuan. Ini gak adil."
"Iya, asalkan bukan kamu, Na," jawab Zoe dengan entengnya.
"Aku gak mungkin jadikan kamu sama seperti mereka. Kamu tahu aku belum siap membuka lembaran baru dengan embel-embel serius di dalamnya. Aku masih trauma. Aku dikhianati oleh perempuan yang selama ini aku jadikan ratu di hidupku. Tapi pada akhirnya, dia memilih pergi sama pria lain. Cinta itu cuma omong kosong, Shena."
Flashback Off
...*...
...*...
Air mata Shena masih berjatuhan setelah pertengkarannya dengan Zoe di depan tadi. Ia berdiri di dekat jendela kamar apartemennya memandang rembulan serta bintang yang ada di atas sana.
Entahlah, jika terus seperti ini lama kelamaan Shena bisa menjadi seorang Astrophilia. Seseorang yang menyukai memandang langit dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Seperti bintang, bulan, dan benda langit lainnya.
Tetapi itu lebih baik, jika menikmati keindahan alam yang Sang Pencipta suguhkan bisa membuat suasana hatimu lebih tenang dan damai, maka lanjutkan saja. Kenyataan memang tak melulu harus sesuai dengan harapan, ada banyak hal yang patutnya kita syukuri.
Ponsel Shena sejak tadi terus berdering, sebab Zoe tak henti-hentinya menelepon dan mengirimkan pesan berkali-berkali. Tetapi tak sedikitpun Shena berniat untuk menggubrisnya. Ia lebih memilih memfokuskan matanya pada hal yang jauh lebih indah ketimbang menghadapi seorang pria yang sikapnya selalu menggoreskan luka di hatinya.
Di tempat lain, Zoe menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Pria itu terus menatap ponselnya yang sejak tadi tidak ada tanda-tanda Shena kembali menghubunginya. Atau setidaknya membalas pesan singkatnya yang sudah terkirim berpuluh-puluh kali.
Zoe menghela napas lelah. Mengapa semuanya menjadi serumit ini, mengapa perasaan Shena harus jadi seperti ini. Semua membuat hubungan keduanya jadi merenggang dan Zoe sama sekali tak menginginkan ini.
Shena adalah sosok paling berharga untuknya. Ia tak ingin melepas atau kehilangan Shena hanya karena perasaan konyol gadis itu. Kenapa Shena tak paham? Kenapa perempuan itu seolah semakin meminta lebih. Zoe tak ingin seperti ini.
Keesokan harinya. Shena sudah bersiap untuk berangkat bekerja, ia menghabiskan hampir 30 menit lamanya hanya untuk mengatasi matanya yang bengkak akibat terlalu banyak menangis. Kepalanya pening bukan main, ia bahkan harus berkali-kali mengompres matanya itu agar segar kembali.
"Ayo berangkat kerja bareng!" tawar Zoe tiba-tiba.
Jantung Shena serasa mau copot. Gadis itu benar-benar tersentak kaget akibat kedatangan Zoe yang tiba-tiba. Pria itu ternyata sudah berada di depan gedung Shena sejak satu jam lalu. Terniat.
Pria itu berpenampilan sangat menawan dengan jas formal yang semakin menambah daya tarik para gadis, ditambah senyum manis yang ia berikan pagi ini pada Shena seolah tanpa dosa.
Shena sendiri tak menanggapi, gadis itu terus berjalan kaki melewati kendaraan milik Zoe.
"Shenaaaaaaa ...." rengek Zoe meminta perhatian gadis itu.
Zoe benar-benar dibuat kalut setiap kali Shena menunjukkan kemarahannya seperti ini. Sebab jika Shena sudah marah seperti ini, Zoe akan didiamkan, dianggap tidak ada seolah tidak terlihat. Dan itu sangat membuat Zoe frustasi.
"Kamu kalau udah ngambek begini dada aku nyesek tahu gak, Na. Jangan begini ih!" ucap Zoe terus berusaha mengajak Shena berbicara.
"Shenaaa ...." Panggil Zoe sekali lagi.
"Shena sayang!" seru Zoe setengah berteriak.
Shena merapatkan matanya. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Shena menoleh ke arah Zoe, menatap pria itu dengan penuh emosi.
"Jangan ganggu aku, dan jangan ngikutin aku! Please, aku butuh waktu untuk sendiri. Kamu bisa kan gak munculin muka kamu di depan mata aku hari ini?" ucap Shena pelan namun juga tegas.
Gadis itu menahan nada suaranya agar tidak pecah yang kemudian akan terdengar aneh sebab saat ini ia sedang kembali menahan tangisan. Ya, entah kenapa jika sudah begini Shena rasanya lemah, ia cukup kesusahan mengontrol diri jika sudah dihadapkan dengan si badjingan Zoe. Pria itu benar-benar sialan dan menyebalkan!.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🏘⃝AⁿᵘBoy🔰🍒⃞⃟🦅ᴳᴿ🐅
Klo nyesek gitu ya Kamu udah cinta dan sayang yang dalam sama Shena, Zoe. tapi kamu menolak dan menyangkal perasaan Itu..semoga ada yang suka sama Shena biar kamu tau gimana rasanya cemburu Zoe 🚶♂️🚶♂️🚶♂️
2023-08-30
1
@🐊⃝⃟ ⃟🍒🎀 MeuYing𝐀⃝🥀🍟
buaya darat sih, jadi berakhir menyesal
Shena kuatkan imanmu. cowok itu emang kerjaannya merayu
2023-08-30
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
orang yg suka memandangi langit namanya astrolhilia
2023-07-11
1