Shena tersentak dari tidurnya. Ia terkejut dengan alarm yang berbunyi nyaring memenuhi seisi penjuru kamarnya. Shena menyentuh dadanya yang berdebar keras karena kaget.
Ia mengusap wajahnya berkali-kali, sedetik kemudian ia tersadar, terbangun di atas ranjangnya. Siapa yang memindahkannya? Seingat Shena, tadi malam ia tertidur di atas meja kerjanya. Apa ini ulah Zoe?
Tadi malam, Shena bekerja hingga larut. Ia menerjemahkan salah satu novel korea yang sedang digarapnya, sebab pekerjaannya sudah di ujung deadline.
Zoe memaksa menginap, dengan alasan yang didramatisir. Yakni tak ingin menyetir tengah malam dalam keadaan mengantuk. Itu cukup masuk akal, dan Shena tak lagi bisa melarang. Terlebih, selama ini Zoe memang sudah terbiasa keluar masuk apartemennya tanpa mengenal waktu.
Shena mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang. Ia mengerutkan alis, melihat sekeliling kamarnya namun tak menemukan keberadaan Zoe. Tak ada yang bisa menebak kapan pria itu akan datang dan pergi, mungkin itu adalah tekhnik terbaiknya sebagai seorang playboy.
"Aaarrhh. Siaal!" umpat Shena mengacak-acak rambutnya.
Ingatan Shena kembali pada percakapannya dengan Zoe tadi malam. Ia tak ubahnya manusia yang baru tersadar dari mabuk berat karena alkohol.
"Zoe, ramah sama mainin itu beda. Mau berapa puluh perempuan lagi kamu jadikan mangsa, ha?" tanya Shena dengan nada seriusnya.
Zoe berhenti memainkan ponselnya, dan beralih menatap Shena dengan tatapan berbahayanya. Seketika Shena membasahi bibir, ia mendadak gugup tanpa alasan.
"Tapi perempuannya mau tuh," sahut Zoe seraya kembali menundukkan wajahnya ke layar ponsel.
"Ah. Shittt!" umpat Shena.
Ya, Shena akui apa yang dikatakan Zoe ada benarnya juga. Perempuan yang sudah tahu menyukai pria brengsek namun tetap melanjutkan hingga berharap bisa bersama kemudian si pria bisa menjadi insyaf, berarti ia sudah siap untuk disakiti.
Siapakah perempuan itu? Shena adalah salah satunya. Siaal! Ingin rasanya Shena pura-pura lupa atau amnesia saja sekalian.
"Arhh! Brengsekkk!" pekik Shena mengacak-acak tempat tidurnya.
...*...
...*...
Suasana hati Shena cukup baik hari ini, walaupun ia masih sedikit kesal pada si badjingan Zoe, tetapi ia akan memaafkan pria itu. Sebab pagi tadi lagi-lagi Zoe sudah baik mau menjemput dan mengantarkannya berangakat ke kantor.
Bodoh, bukan? Mau semarah apapun dirimu pada orang yang disuka, kamu akan tetap memaafkannya tanpa syarat.
"Gak kerasa ya, ternyata udah jam 8 malam aja," keluh seorang perempuan berambut blonde yang berada di samping meja Shena. Erika Manoe. Seorang editor buku yang diterjemahkan oleh Shena.
Semua orang mulai membereskan kertas-kertas dan mematikan layar infocus pada monitor yang masih menyala. Sedang Shena merogoh ponselnya dari dalam tas, sebab sejak siang tadi ia belum mengecheck apakah ada pesan masuk atau tidak.
Zoe : "Kamu di mana? Masih lama keluarnya?"
Zoe : "Woyy!! Balas dong. Lama-lama lumutan aku nih!"
Zoe : "Aku dari tadi nunggu di depan lobi kantormu, kata pak satpam hari ini penerjemah dan editor pada lembur ya. Buruan, aku tungguin!"
Zoe : "Shenaaaaaa balas doooooong!"
Shena tersenyum samar membaca pesan Zoe, kemudian ia mengetikkan sesuatu.
Shena : "Aku udah selesai, tunggu di sana. Bentar lagi aku turun."
Dengan segera ia membereskan meja kerjanya, membuat semua orang terheran melihat Shena yang nampak terburu-buru.
"Malam Mbak Shena, mau langsung pulang ya? Gak mau ikut kami makan malam dulu?" tanya seseorang menghampiri meja Shena.
Ia adalah Nessa Pratiwi. Tubuhnya tinggi kurus, dengan rambut yang dicat biru tua. Sang primadona kantor yang sering dibicarakan banyak kaum karyawan.
"Malam, Ness." Sahut Shena memberikan senyum yang tak sampai ke mata. Ia mematikan komputer, lalu menarik diska lepasnya dan dimasukkan ke dalam tas kecil miliknya.
"Sorry, kayaknya kali ini aku gak bisa deh. Udah ditungguin teman soalnya. Lain waktu aja ya," kata Shena lagi.
Nessa masih berdiri di samping kursi Shena, ia mengukir senyum tipis di wajah menawannya. Nessa sudah lama bekerja di sana sebagai editor senior romansa-remaja, dan memang seringkali bergabung, juga menghampiri meja penerjemah yang belum memiliki ruangan pribadi.
"Teman? Maksud Mbak ... sahabat Mbak yang ganteng itu ya? Bang Zoe?" tanya Nessa memastikan rasa ingin tahunya, sekaligus memulai pembicaraan.
"Bang Zoe siapa?" tanya Erika pada Nessa.
"Itu lho, yang ganteng itu. Yang suka antar jemput Mbak Shena," jawab Nessa antusias.
Seketika Shena mengerutkan dahinya. "Huh, si ganteng?" dengus Shena pelan. "Biasa aja tuh," imbuhnya seraya menarik sudut bibir, namun nampak acuh tak acuh.
"Kok, Mbak bilang kayak gitu? Bang Zoe tuh ganteng banget tahu," balas Nessa menggebu-gebu.
"By the way, Bang Zoe lagi cari pacar baru enggak ya?" tanya Nessa lagi sembari tersenyum malu-malu.
Shena menghentikan pergerakan tangannya, kemudian mengangkat bahunya acuh. "Kamu mau jadi salah satu pacarnya? Bisa aja sih, tapi entah yang ke berapa," jawab Shena terlihat tak peduli.
"Masa Bang Zoe begitu sih, Mbak. Yang aku lihat dia pria yang baik, sopan, dan juga lucu, plus ganteng banget. Bikin gak nahan buat natap lebih dari 5 detik," ucap Nessa tersipu.
"Pria baik?" dengus Shena tidak percaya mendengar pujian yang dilantunkan Nessa untuk si badjingan Zoe.
"Gak ada pria baik yang menghancurkan banyak hati perempuan, Ness. Aku udah kenal dia dari lama, dan dia gak pernah betah hanya dengan satu wanita. Maklum lah, otaknya udah pindah ke tengkuk!" lanjut Shena sinis.
"Jangan ngomong begitu, Mbak. Biarpun kalian udah sahabatan lama aku yakin banyak hal yang gak Mbak Shena ketahui tentang Bang Zoe," balas Nessa dengan senyuman manisnya yang penuh makna.
Shena mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia tersinggung dengan perkataan Nessa. Apa maksudnya? Perempuan itu berbicara seolah sudah mengenal Zoe lebih dari dirinya. Seakan setengah hidup Nessa sudah dihabiskan dengan pria brengsek itu.
Shena berdeham tertahan, "Apalagi yang harus dicari tahu. Zoe memang sebrengsek itu kok," jawab Shena seraya mengeraskan rahangnya.
"Entahlah yaaa, tapi aku rasa Bang Zoe gak kayak gitu tuh." Nessa mengangkat bahu dan menipiskan bibirnya. Ia begitu percaya serta yakin dengan penilaiannya.
Shena membasahi bibirnya, ia menarik napas dan membuangnya sedikit kasar. Gadis itu bahkan sampai lupa akan janjinya yang akan segera turun menemui manusia kardus yang sejak tadi menunggunya di depan kantor. Mungkin saja saat ini Zoe sudah berubah jadi lumut betulan?
"Rata-rata pria brengsek itu emang pada ganteng sih, Mbak Nessa. Tapi kalau pria brengseknya modelan Bang Zoe sahabat Mbak Shena sih bisa lah dibicarakan baik-baik," timpal Erika dengan sisa kekehannya.
"Iya, kamu benar, Erika," kata Nessa dengan riang.
Shena tak lagi menanggapi obrolan absurd keduanya. Ia segera pergi dari sana dengan suasana hatinya yang berubah jadi buruk. Padahal sebelumnya ia baik-baik saja. Entahlah, semua yang bersangkutan dengan si badjingan Zoe selalu mampu memporak-porandakan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🏘⃝AⁿᵘBoy🔰🍒⃞⃟🦅ᴳᴿ🐅
waduh keluar masuk apartemen nya, ngga anuu kan??ehhh🚶♂️🚶♂️🚶♂️
2023-08-30
0
@🎻ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻
Zoe kelebihan sangat memukau wanita . sampai banyak yang menginginkan jadi pacar mu 🤣🤣🤣
2023-08-30
0
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
bener bener zoe jadi incaran para wanita
2023-08-30
0