Dirasa Fathia hanya kelelahan, ia membiarkan sang istri kembali terlelap menikmati alam mimpi. Meski hatinya cemas karena wajah gadis itu begitu pucat, ia berusaha berpikir positif. Mungkin saja sebentar lagi memasuki masa palang merah seorang wanita hingga terlihat tidak baik-baik saja.
Niat hati ingin mengajak Fathia untuk makan malam di luar, akhirnya gagal sebelum tersampaikan. Meski begitu rencana tidak bisa ditunda. Setelah memastikan sang istri tertidur pulas, baru ia beranjak dari tempat duduknya. Ragil menghubungi beberapa orang untuk mengantarkan pesanan persiapan dinner dadakan.
Selama satu jam lebih kesibukan menyita waktu Rahil. Pria itu sampai tidak sadar jika Fathia sudah bangun, lalu bergegas membersihkan diri dengan rasa sakit yang menyapa punggungnya. Perih, panas dan nyeri akibat luka cambuk yang menghiasi tubuh bagian belakang. Dari pantulan cermin terlihat jelas stempel siksaaan dari ibu mertua.
"Auuw," Perlahan mengoleskan salep ke luka yang pasti akan membekas, "Apa aku terlalu buruk rupa hingga ibu mertua tidak sudi melihat diriku sebagai manusia?"
"Tangannya dengan mudah melayangkan cambuk, tetapi dibalik sikapnya itu hanya ada cinta untuk suamiku. Aku tahu, kebenciannya tak sebesar cintaku untuk Mas Rahil. Ya Allah kuatkan hamba untuk menyadarkan hati ibu mertua, ikhlaskan dan lapangkanlah hati beliau agar menerima pernikahan kami.
"Aamiin, sekarang aku harus melakukan sesuatu agar sementara waktu Mas Rahil tidak meminta haknya sebagai suami. Akan tetapi bagaimana?" Fathia bertanya pada dirinya dengan mencari akal, meski bisa melayani suaminya tapi tidak dengan luka di tubuh yang bisa memicu pertengkaran di antara ibu dan anak.
Tiba-tiba ia merasakan bagian bawah basah, sontak saja memeriksa celana yang baru saja ia pakai. Tatapan mata bersyukur begitu melihat noda merah yang mewarnai celananya. Lega dengan alasan yang tidak harus berbohong, kini tidak ada kecemasan tentang kewajibannya untuk melayani hasrat sang suami.
Langkah kaki berjalan keluar meninggalkan kamar mandi, belum sempat melepaskan handuk di kepala. Ia dikejutkan dengan tangan yang melingkari perutnya, "Mas, mau apa?"
Melihat istrinya yang segar dengan aroma wangi yang menyeruak ke hidung. Seketika niat ingin mengajak dinner hilang ntah kemana. Sebagai pria normal wajar langsung terkena sengatan hasrat yang membangkitkan keinginan untuk memiliki.
"Mau kamu, De." Bisiknya seraya mengecup leher jenjang istrinya yang merinding mencoba melarikan diri. "Mas kangen kamu, De. Boleh ya."
Suara lembut nan menggoyahkan iman membuat Fathia lupa akan kondisinya. Perlahan membalikkan tubuh hingga memposisikan keduanya saling berhadapan. Sapuan lembut menyergap bibir natural yang menyatu bermain. Tangan nakal mulai menikmati penjelajah alam liar. Rahil tak bisa menahan diri jatuh dalam kehangatan ranjang.
"Mas, hentikan! Aku tidak bisa membantu melepaskan hasratmu ...," Fathia berusaha menghentikan tangan yang kian tak terkendali dan hampir menanggalkan pakaiannya. "Sayang, aku kedatangan tamu. Eempptt,"
Dibungkamnya bibir yang terus merajuk menolak keinginan hati, meski sudah mendengar tetap dilanjutkan. Beruntung lampu kamar temaram membuat Rahil tidak sadar akan luka yang ada di punggung sang istri. Sentuhan demi sentuhan menyatukan keduanya hingga jatuh menempati ranjang yang bersedia menahan beban tubuh mereka berdua.
Fathia khawatir akan perlakuan Rahil, tetapi pria itu menghentikan pergerakannya ketika hampir menyentuh area lembah yang seharusnya menjadi tujuan terakhir perjalanan. "Sayang, Aku akan ajarkan bagaimana melayani suami di saat kamu berhalangan. Jadi tidak ada tempat untuk wanita lain selama kamu berhalangan."
Diraihnya tangan Fathia secara perlahan lalu membimbing agar menggenggam Junior yang terus meronta. Gerakan pelan yang membuat Fathia harus memejamkan mata. Wanita itu pasrah dengan pelajaran yang suaminya ajarkan hingga beralih posisi. Tiba-tiba isyarat tangan memintanya memainkan junior menggunakan mulut kecilnya. ''Mas, Aku ...,"
"Cobalah, Aku tidak mau wanita lain melakukan tugas seorang istri. Bukankah ini tugasmu melepaskan hasratku yang seharusnya menikmati rumah barunya." Ujar Rahil memaksa Fathia melakukan yang ia inginkan.
Diantara rasa percaya dan kekecewaan, Fathia mengikuti apapun perintah Rahil. Sehingga pria itu bisa menikmati sentuhan yang memuaskan, ia tidak memungkiri harus bertindak lebih agresif agar pelayanan istrinya tembus mencapai kenikmatan yang sesungguhnya.
"Aaarrgghh," gumaman Rahil setelah melepaskan cairan yang membebaskan hasratnya, kini giliran ia melakukan tugas seorang suami. "Kemarilah! Berbaringlah dengan tenang, Aku akan mengobati dengan cara yang berbeda."
Apa yang dimaksud Rahil? Jujur tidak paham akan apapun itu, pemahamannya masih sangat awam hingga satu sergapan menghentakkan kesadarannya yang sempat melayang. Rasa sakit yang bercampur aduk tiba-tiba menyerangnya. Suara rintihan yang tertahan dengan kedua tangan menggenggam ujung sprei yang menjadi pegangan.
"M-a-s," Permainan panas yang begitu liar menguasai tubuhnya seakan tidak ingin berhenti sebelum mendapatkan jarahan, "S-a-y-a-n-g ...,"
Rahil tidak mau mendengar penolakan dari Fathia atas sentuhan paksaan darinya. Perbuatan pria itu bukan memberi kenikmatan, tetapi mengajarkan sentuhan ketidakberdayaan. Seakan akal sehat hilang berganti hawa napsu saja, sedangkan di luar sana hanya ada keheningan.
Tiga puluh menit berlalu, tubuh lemas jatuh tak mampu lagi untuk bangun karena puas dengan treatment yang dia lakukan tanpa jeda. "Bagaimana istriku? Apa kamu mau lagi?"
Tawaran gila yang pasti akan dihindari oleh Fathia. Wanita itu memilih berpura-pura tidur agar bisa menyelamatkan diri. Entah kenapa sikap suaminya seperti kesetanan yang tidak mau bersabar menunggu esok untuk mendapatkan hak sebagai seorang suami. Sakit di punggung, lebih menyiksa hati yang terluka.
Isak tangis tertahan menikmati nyeri di kedua puncak gunung kembar dengan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Fatih memperlakukan dia sebagai pemuas napsu, bukan sebagai seorang istri. Pria itu begitu liar dan seperti dikuasai rasa tidak sabaran. Sakit hati semakin tertahan mengendap ke dalam sanubarinya.
Teganya kamu, Mas. Apakah keinginanku tidak penting untukmu? Tubuh ku sakit akibat ulah ibu, dan kamu menambah goresan hingga aku tidak mampu menatap wajahmu dalam kekecewaan yang kini menguasai hati.~batin Fathia mengabaikan semua ocehan Rahil atas kepuasan kerja sama mereka berdua.
Selama ini hanya ada kasih sayang tanpa pemaksaan, tapi setelah menikah? Mungkin saja suaminya tengah mendapatkan masalah hingga membutuhkan tempat untuk melepaskan beban pikiran. Bisa jadi seperti itu, sebagai seorang istri harus belajar menahan diri agar rumah tangga yang baru hitungan hari tetap baik-baik saja.
Rasa sakit yang Fathia rasakan, justru berbanding terbalik dengan kepuasan yang Rahil dapatkan. Pria itu benar-benar menikmati surga dunia yang berbeda. Tidak memungkiri bahwa treatment sang istri masih kurang bertenaga, tapi untuk pertama kalinya sudah cukup mengesankan. Biarlah semua itu semakin mahir setelah dicoba beberapa kali.
Semilir angin malam berhembus menerobos masuk menyapa tubuh yang berdiri menatap langit malam di depan jendela. Pikiran terbang melayang menantikan pertemuan yang selalu menjadi kerinduan hati terdalam, "Kenapa kamu pergi tanpa membawaku? Lihatlah kehidupan ku berubah menjadi apa karena kepergianmu."
Suara derap langkah kaki terdengar semakin mendekat, bahkan dari jarak kejauhan tercium aroma bedak bayi begitu familiar. "Tuan, Nona muda masih menolak untuk makan."
Baby sister yang merawat gadis kecil nan kekurangan kasih sayang selalu datang kepadanya di jam dan tempat yang sama. Ini alasannya tidak lagi bekerja lembur, apalagi keluar kota tanpa ada persiapan yang pasti. Semua harus direncanakan agar tidak ada kendala baik dari luar, apalagi dari dalam. Ia hanya mengibaskan tangan mengusir si baby sister dari hadapannya.
"Kita bertemu besok malam, selamat istirahat Cintaku. Tuhan ada bersamamu untuk menjaga dan mengasihi mu di atas sana." ucapnya lalu
pergi meninggalkan tempatnya memuja malam tak berbintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
𝐀𝗋ƶ𝖾ᥣα
egois itulah yg pantas disematkan untuk Rahil
2023-04-02
0
Yem
Semangat ya Fathia 🥺
2023-03-23
0