episode 4

"Boni mencinta Amira, Boni akan menikahinya.

Dan keputusan Boni sudah bulat, maaf!" sahut Boni tegas dan tak mau lagi mendengar ketidak setujuan orang tuanya pada wanita pilihannya.

"Terserah kamu, kami sebagai orang tua sudah mengingatkan kamu. Kalau ada apa apa jangan menyesal dan menyalahkan orang lain. Kamu memang sudah dibutakan oleh cinta wanita itu. Sehingga tidak bisa melihat tulus dan tidaknya." balas pak Wardoyo menahan rasa kesalnya.

"Boni akan menanggung semua biaya pernikahan dengan uang Boni sendiri. Ayah sama bunda tidak usah khawatir. Boni tidak akan merepotkan kalian. Cukup restui kami!" balas Boni dengan wajah datarnya, meskipun kesal dengan sikap orang tuanya, Boni masih bisa menahan diri untuk tidak bicara kasar pada mereka.

"Terserah kamu saja, kamu sudah besar. Pilihan ada di tanganmu, pun dengan konsekuensi yang nanti akan kamu hadapi. Percayalah tak ada orang tua yang tega menghancurkan anaknya.

Kami hanya ingin mengutarakan apa yang kamu rasakan dan lihat dari gadis itu." sambung pak Wardoyo dengan mata memerah, wajahnya datar menahan kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.

"Boni tau, ayah tidak perlu khawatir.

Boni akan jalani hidup Boni sesuai dengan keinginan Boni." sahut Boni lalu pamitan untuk kembali kerumahnya, tak dipedulikannya permintaan sang ibu yang memintanya untuk menginap dirumahnya.

"Sudahlah, bund!

Biar dia melangkah sesuai dengan apa yang dia inginkan.

Tapi feeling ku buruk, perempuan itu hanya ingin memanfaatkan anak kita. Ah entahlah!" ucap pak Wardoyo menatap lekat pada istrinya yang terlihat sangat kecewa dengan sikap anak kesayangannya.

"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu, mas!

Tapi anak kita sudah terlanjur tergila gila dengan perempuan itu. Kita bisa apa selain mengikuti maunya." balas Bu dini dengan wajah sendu.

"Aku sudah nyuruh orang untuk mencari tau seperti apa keluarga perempuan itu. Kita tunggu saja kabar dari orang suruhan kita. Semoga dia dari keluarga baik baik seperti yang Boni katakan." pak Wardoyo menggenggam jemari istrinya, memberikan kekuatan dan memintanya untuk tetap bersabar.

"Anita dimana?" tanya pak Boni mengalihkan obrolan, agar istrinya tidak terus memikirkan Boni.

"Tadi ada di ruang tengah, nonton televisi.

Kalau Geri sepertinya baru saja masuk, mungkin di kamarnya." balas Bu Dini lembut dan menghirup udara sebanyak mungkin.

"Aku akan menemui Geri, ada yang ingin aku bicarakan padanya." pak Wardoyo beranjak meninggalkan istrinya di ruang tamu.

Berjalan menuju kamar anak keduanya.

"Geri, ini ayah nak. Ayah mau bicara!" pak Wardoyo mengetuk pintu kamar sang anak, dan terdengar sahutan dari dalam lalu pintu terbuka, dan terlihat Geri dengan wajah basahnya, Geri baru saja selesai mandi.

"Masuk, Yah!

Ada apa? kok tumben!" Geri menggoda ayahnya, karena pak Wardoyo jarang sekali masuk ke dalam kamarnya setelah Geri dewasa.

"Ayah mau bicara, duduk sini!" sahut pak Wardoyo dan menyuruh Geri duduk disebelahnya.

" Ayah dengar kamu punya bisnis sampingan dengan teman teman kamu, apa itu benar?" pak Wardoyo langsung pada inti persoalan yang ingin ia bicarakan dengan sang anak.

Geri menatap tak percaya, secepat itu ayahnya tau, padahal Geri ingin menjadikan itu kejutan untuk orang tuanya nanti, saat dia sudah lulus kuliah dan sudah memiliki usaha sendiri.

"Kok ayah tau, dari mana?" tatap Geri dengan wajah penasaran.

"Apa yang ayah tidak tau dengan kehidupan anak anak ayah, hmm?

Apalagi kamu adalah anak kesayangan ayah, ayah itu bangga sama kamu.

Dan tolong jangan ikuti jejak kakakmu yang hidupnya dihabiskan dengan wanita." sahut pak Wardoyo serius dan membuat Geri tersenyum, menatap penuh kagum pada sosok yang selama ini selalu jadi inspirasinya.

"Berapa modal yang kamu butuhkan, biar ayah yang tambahi. Ayah yakin usaha kamu akan sangat maju, karena kamu itu pekerja keras dan pantang mundur."

"Untuk kali ini, biarkan Geri berusaha dengan kemampuan Geri sendiri. Ayah cukup dukung dan doakan Geri saja. Lagian ini bisnis gabungan antara Geri sama Ridho. Insyaallah Geri mampu. Geri akan sangat bangga jika nanti usaha Geri bisa sukses. Maaf kalau Geri bikin ayah tersinggung, tapi sekali lagi, Geri hanya ingin buktikan jika Geri mampu. Geri harap ayah mengerti dan mendukung niat Geri!" Geri menatap ayahnya penuh harap dan sangat tulus. Geri begitu menghormati dan menyayangi ayahnya, meskipun Geri memiliki sifat pendiam dan terkesan cuek, tapi Geri begitu menjaga kehormatan keluarganya.

Bahkan Geri tidak pernah mengenal perempuan, baginya pacaran adalah perbuatan yang sia sia saja.

"Ayah bangga sama kamu, nak!

Ayah akan selalu mendukung dan mendoakan kebaikan untuk semua anak anak ayah. Tapi kalau kamu butuh sesuatu dan butuh tambahan modal, bilang saja sama ayahmu ini, pasti ayah akan bantu dengan senang hati." balas pak Wardoyo tegas dan terlihat begitu menyayangi anak keduanya itu.

"Kamu belum makan kan, sana makan dulu, tadi adikmu yang masak, kamu harus coba masakannya, lumayan enak." pak Wardoyo tertawa saat mengingat rasa masakan putrinya, meskipun anak orang kaya, Anita tipe anak yang tidak manja. Bahkan dia terlihat begitu mandiri dan lebih bersikap sederhana. Anita tidak setan membantu pekerjaan rumah, seperti memasak, cuci piring dan mengepel.

"Anita yang masak, benarkah?" tanya Geri menahan tawa, tidak percaya kalau adiknya itu tidak pantang menyerah, berkali kali mencoba memasak tetapi selalu gagal karena rasanya tidak karuan, tapi ya karena sifat Anita yang tidak mudah menyerah, Anita terus belajar dan belajar.

"Iya, rasanya lumayan enak kali ini. Pasti dia sangat senang kalau kamu juga mau makan masakannya. Beri semangat adikmu!" jawab pak Wardoyo sambil menepuk pundak anak keduanya.

"Oke, yah!

Habis ini Geri akan makan masakan si centil. Jadi penasaran seperti apa rasanya." hahahaaaa Geri dan pak Wardoyo tertawa mengingat seperti apa rasa masakan Anita selama ini, tapi mereka salut dan menghargai usaha Anita.

Geri keluar kamar dan menyapa adiknya yang tengah asik nonton drama Korea sendirian, di depannya sudah ada bermacam cemilan.

"Duh, anak gadis sukanya makan mulu, gimana gak gendut!" ledek Geri menatap adiknya dengan wajah mengejek.

"Buktinya aku gak gendut kan, nih lihat, aku tetap langsing kok." sahut Anita percaya diri dan menjulurkan lidahnya mengejek sang kakak.

"Dasar bocah. hahahaaa!" Geri tertawa dan melanjutkan niatnya pergi ke dapur untuk merasakan masakan sang adik.

Sebelum mengambil makanan yang terhidang di meja, Geri mencicipi satu persatu rasa masakan adiknya. "Hmmm lumayan enak, tumben!" gumam Geri, lalu menyendok kan nasi ke dalam piring lengkap dengan sayur dan lauk nya.

Geri membawa piringnya ke ruang keluarga, duduk di sisi adiknya, memperlihatkan makanan yang dibawanya dan membuat Anita tersenyum senang, antusias ingin melihat reaksi kakaknya setelah merasakan masakannya.

"Gimana, kak?

Enak kan?

Kata ayah sama bunda enak kok!" Anita dengan wajah penasaran terus menatap kakaknya yang tengah mengunyah makanan hasil olahannya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!