"Amira cantik bund, dia juga seksi.
Dan dia juga dari keluarga baik baik. Papanya seorang PNS kok." bela Boni dengan bangganya, sedangkan Amira memilih diam namun batinnya terus mencaci calon ibu mertuanya.
"Awas saja, kalau aku sudah jadi istri mas Boni, akan aku buat dia lupa keluarganya. Dasar wanita tua sombong!" batin Amira kesal namun pura pura lemah dan takut di hadapan ibu kekasihnya.
"Bunda hanya mau yang terbaik buat kamu, anaknya bunda.
Kalau dia memang mencintai kamu, dan kalian sama sama saling cinta, rubah penampilan yang pamer tubuh seperti itu.
Berpenampilan yang sopan jauh lebih di hargai orang lain. Paham kan maksud, bunda?" sahut Bu Dini menatap lekat pada kedua pasangan di hadapannya.
"Boni, kamu itu anak paling tua diantara saudara kamu, jadi tolong, bersikaplah yang baik dan jadi contoh buat adik adik kamu. Jangan sampai ayahmu tau dengan kelakuan kamu yang seperti ini. Bunda gak mau ada keributan dalam keluarga.
Kamu paham maksud bunda?" sambung Bu Dini sekali lagi dengan menarik nafasnya kasar.
"Maksudnya apa, ini?
Dan siapa wanita ini?" tiba tiba pak Wardoyo sudah berdiri tak jauh dari mereka dengan wajah mengeras.Menatap satu persatu wajah anak dan istrinya yang terlihat pias seketika.
"Jadi ini kelakuan kamu selama ini, Bon?
Apa yang ayah dengar dari orang orang itu fakta?
Astagfirullah!" pak Wardoyo mengusap wajahnya kasar, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah yang seketika membuncah.
"Dan kaku, bund!
Kamu tau kelakuan anak kamu, tapi kamu diam saja. Keterlaluan!" sambung pak Wardoyo menatap tajam istrinya yang menunduk.
"Siapa perempuan ini?" tanya pak Wardoyo sambil memasang wajah tak sukanya melihat penampilan Amira yang kelewat seksi.
"Saya, Amira, om!" sahut Amora sambil meremas kedua tangannya. Batinnya merutuk karena kedua orang tua Boni ternyata begitu ketus padanya.
"Lalu apa yang kalian perbuat di rumah ini dengan pakaian yang memalukan seperti itu?
Dan kamu Boni, apa kamu sudah lupa dengan semua nasehat nasehat yang ayah berikan?
Astagfirullah!" pak Wardoyo terlihat geram dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Anak yang dibanggakan ternyata mampu membuatnya sesak nafas dengan semua kelakuannya.
"Boni akan menikahi Amira secepatnya, Boni mohon, ayah dan bunda merestui kami." sahut Boni tanpa rasa bersalah sedikitpun, sedangkan Amira terlihat tersenyum tipis dengan batin bersorak senang, karena Boni benar benar serius dan ingin menjadikannya istri, hidupnya akan terjamin, Karen Boni adalah laki laki yang sukses di usia muda.
"Apa kamu sudah yakin dengan pilihan kamu ini?" balas pak Wardoyo dengan tatapan tajam di arahkan pada anak sulungnya.
"Sangat yakin, ayah percaya saja sama pilihan Boni. Amira dari keluarga baik baik kok, yah!
Ayahnya PNS dan kedua adiknya masih kuliah. Sedangkan Amira sendiri lulusan sarjana. Dulu satu kampus sama Boni." tanpa diminta Boni sudah menjelaskan siapa kekasihnya, namun pak Wardoyo hanya menanggapi dengan sikap dinginnya.
"Apa kamu gak risih, punya istri yang tubuhnya di ekspos seperti itu?" tanya pak Wardoyo dengan mengangkat sebelah bibirnya, tanda tak suka dengan penampilan calon istri anaknya.
'Ini jaman modern, ayah jangan kuno dan kolot seperti itu.
Justru Boni bangga punya istri seksi kayak dia. Karena akan banyak laki laki yang iri, punya istri cantik itu prestasi loh, yah!
Iya gak, bund?" sahut Boni dengan bangganya dan membuat Bu Dini dan pak Wardoyo pusing seketika.
"Prestasi itu tidak hanya cantik, tapi shalihah dan tau bagaimana menjaga kehormatan suami.
Kalau cuma cantik, banyak diluaran sana!" sahut Bu Dini dengan menghembuskan nafasnya dalam.
"Astagfirullah!
Kamu memang sudah dibuatkan nafsu, ayah tak lagi mau tau, silahkan urus hidupmu sendiri." pak Wardoyo beranjak pergi meminggalKan rumah Boni dengan perasaan marah sekaligus sedih.
Dan tak lama setelahnya, Bu Dini juga ikut menyusul dan ikut pergi bersama suaminya dengan perasaan cemas.
"Boni, bunda harap kamu pikirkan baik baik keputusan kamu menikahi Amira, kecuali dia mau merubah cara berpakaiannya itu." sungut Bu dini sebelum pergi menyusul suaminya yang terlebih dulu keluar.
"Mas, bagaimana ini, orang tua kamu gak setuju sama hubungan kita?
Aku gak mau tau ya, mas!
Kamu sudah meniduri aku berkali kali, aku mau kamu tanggung jawab, titik!" sungut Amira dengan wajah cemberut, pura pura merajuk, jangan sampai Boni lepas dari incarannya.
"Kamu tanang saja sayang, orang tuaku pasti akan merestui hubungan kita kok. Mereka itu sangat sayang sama aku. Terutama bunda, aku anak yang paling dia sayangi.
Tapi kamu juga harus mau bantu aku ya, kamu jangan lagi pakai baju yang seksi seksi begini pas di luar, cukup di depan ku saja, oke?" sahut Boni dengan tatapan penuh cintanya, harinya sudah benar benar dibutakan oleh pesona Amira.
"Tapi bajuku, hampir semuanya begini loh, mas!
Aku harus gimana dong, mau beli lagi, kan kamu tau aku gak kerja." sahut Akira dengan memajukan bibirnya manja, mulai memainkan triknya untuk mendapatkan uang dari Boni.
"Nanti kita belanja, kamu bisa beli baju baju baru yang lebih tertutup, oke?" balas Boni tanpa beban dan begitu ingin memanjakan wanita yang dia cintai itu.
"Beneran, mas?
Aduuuh makasih banget ya sayang, aku beruntung punya kamu, mas!" jerit Amira senang dan membayangkan akan memborong baju baju mahal tanpa harus memikirkan uang.
"Ini yang membuatku tak mau melepaskan kamu, begitu saja, mas! Kamu itu baik tapi bodoh!" batin Amira menyeringai dengan pikiran liciknya.
"Kalau begitu kita mandi dulu, habis itu jalan.
Tapi aku mau mampir dulu ke kantor. Gak papa kan?" sambung Boni serius dan berjalan ke kamarnya lalu membersihkan diri ke kamar mandi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Kenapa kamu diam saja, tidak pernah bilang kalau Boni sudah bersikap diluar batas?
Aku tau kamu sangat menyayangi anak itu, tapi harusnya kamu bisa bijak dalam meluruskan sikap anakmu yang keliru." pak Wardoyo kecewa dengan sikap istrinya, seolah membiarkan dan terkesan melindungi kesalahan anaknya dengan diam tanpa mau mengatakan semua padanya.
"Maafkan aku, mas! Maaf!
Aku pikir, aku bisa mengatasi kenakalan Boni, aku sudah berkali kali menegurnya , tapi sepertinya dia samasekali tak menghiraukan nya." sahut Bu Dini dengan wajah bersalah nya.
"Apa kamu sadar, jika sikap Boni sudah mencoreng nama baik keluarga kita?
Apa lagi dia harus memiliki teman wanita yang seperti itu, jujur aku sangat kecewa. Entahlah, aku punya feeling tidak baik dengan perempuan itu!" sahut pak Wardoyo d Ngan tatapan menerawang jauh. Dan Bu Dini juga membenarkan apa yang dikatakan suaminya, feeling nya menangkap sesuatu yang buruk dari sorot mata gadis itu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments