"Jangan-jangan kau...?"
"Betul sekali Tuan, saya orang yang membawa anda ke rumah sakit ini. Dan kebetulan pada saat itu saat saya berada di sekitar bangunan itu." ucap Jessica memberikan penjelasan.
Dia melihat Lucas yang tampak kebingungan dengan keberadaannya di ruang inap detektif muda itu.
Lucas pun terkejut mendengar pernyataan dokter cantik itu. Bibirnya terkatup rapat, kedua matanya menatap Jessica tak percaya. Dan pertanyaan bagaimana Ia bisa selamat kini terjawab sudah.
"Dokter. Entah bagaimana saya harus mengucapkan terimakasih pada, Anda. Karena berkat bantuan Anda, nyawa saya bisa terselamatkan. Tapi saya heran, apa pada saat itu Anda tidak merasa takut? Orang yang membuat saya sekarat dan menghancurkan gedung itu adalah penjahat berdarah dingin." ujar Lucas memaparkan.
Dokter muda itu menggeleng. "Kebetulan saat saya menolong Anda, pria itu sudah pergi. Lagi pula menolong sesama adalah sebuah kewajiban, bukan keharusan." Jawabnya.
Dokter muda itu mengamati wajah Lucas. Mulai dari mata, hidung sampai bibir. Meskipun ada perban yang membalut luka di pelipis kirinya, namun hal itu tak mengurangi ketampanan Lucas sedikit pun.
Lalu pandangan Jessica beralih pada layar elektrokardiograf di samping Lucas. "Tuhan masih menyayangi Anda, Tuan. Pada saat itu Anda tertembak tepat di jantung. Dan itu membuat saya menjadi sangat panik. Anda mengalami pendarahan hebat dan untung saja pada saat itu saya membawa tabung oksigen hingga saya dapat memberikan pertolongan pertama pada, Anda."
"Sekali lagi terimakasih dokter, berkata Anda nyawa saya terselamatkan. Oya perkenalkan, nama saya, Lucas Xi."
Jessica menatap tangan kiri Lucas yang terulur padanya, lalu beralih pada wajah datarnya, gadis itu mengulum senyum tipis
"Aku Jessica,"
Lucas kembali terdiam. Mata hitam dan dinginnya mengunci manik Hazel milik Jessica. Saling menatap dalam diam seperti ada magnet yang memaksa mata mereka untuk tetap saling menatap.
Dan setelah hampir 60 detik, Luca pun segera mengakhiri tatapan itu. Tangan kirinya meraih dompetnya yang ada di atas meja kemudian menyerahkan sebuah kartu nama padanya.
"Ini adalah kartu namaku, jika Anda membutuhkan bodyguard dan sejenisnya, Anda bisa menghubungi saya. Dengan senang hati saya akan membantu, Anda."
Jessica mengambil kartu nama itu kemudian membacanya dengan serius. "Apa Anda seorang polisi atau mungkin seorang...??"
"Detektif!" Lucas menyahut cepat, Jessica tersenyum seraya mengangguk paham.
Setelah perbincangan singkat itu. Tidak ada lagi perbincangan antara mereka berdua sampai akhirnya Jessica berpamitan pada Lucas karena Ia harus kembali bekerja.
.
.
Setelah beristirahat total selama satu minggu. Lucas memutuskan untuk kembali bekerja. Keadaannya juga sudah semakin membaik, luka jahit di pelipisnya juga sudah mulai kering meskipun perban masih enggan beranjak dari pelipis kirinya yang terkoyak.
Lucas pun langsung mendapatkan misi-misi yang berbahaya, meskipun nyawanya hampir melayang namun sedikit pun dia tidak merasa trauma apalagi jerah. Semua insiden yang menimpa dirinya mengajarkan pada Lucas jika tidak selamanya semua akan baik-baik saja.
Dering pada ponselnya mengalihkan perhatian Lucas. Pemuda itu mendapatkan satu pesan masuk dari nomor yang tak ia kenal berupa sebuah gambar. Lucas memicingkan matanya melihat tanda pada leher seseorang pada foto tersebut.
'Maaf, Tuan Xi. Apakah Anda mengenali tatto ini? Atau mungkin pernah melihatnya?'
"Jessica,"
Seketika ingatan Lucas kembali pada satu Minggu yang lalu. Saat itu dia memberikan kartu namanya pada dokter cantik yang telah menyelamatkan nyawanya. Hingga tanpa ragu Lucas memberi tau identitasnya pada Jessica, entah apa alasannya tapi Lucas memiliki keyakinan bila gadis itu bisa di percaya.
Tentu saja Lucas sangat mengenali tatto itu. Itu adalah lambang besar dari perkumpulan sebuah kelompok mafia yang paling mengerikan dan berbahaya di Korea. Dan jika menyangkut soal mafia, sudah dapat di pastikan jika orang itu sangatlah berbahaya. Dan segera Lucas menghubungi Jessica.
"Maaf, sudah mengganggu waktumu! Tapi bisakah kita bertemu??"
.
.
Jessica membekap mulutnya setelah mendengar sepotong kalimat yang baru saja terlontar dari bibir Lucas.
Ternyata dugaan Jessica benar. Jika lambang itu memang berhubungan dengan kelompok mafia yang cukup berbahaya. Padahal dia hanya mengatakan jika lambang itu adalah lambang dari sebuah organisasi besar yang berbahaya.
"Baiklah! Apa kau ingin memberitahu siapa orang yang memiliki lambang itu?"
Alih-alih menjawab. Jessica malah menundukkan wajahnya, sepasang mutiara Hazel-nya memancarkan cahaya redup. "Dia adalah pria yang ingin Ibu jodohkan denganku." ucapnya lirih.
Kali ini giliran Lucas yang terkejut. "Dan kau menerima perjodohan itu?"
Jessica menggeleng. "Tentu saja tidak. Tapi masalahnya, aku bingung harus bagaimana sekarang,"
Lucas menatap datar raut wajah sendu di depannya. Sorot matanya memancarkan kepiluan dan dia dapat merasakan bagaimana tertekannya gadis itu. Karena Lucas merasa memiliki hutang budi pada gadis ini, maka muncul sebuah pertanyaan untuk Jessica
"Lalu apakah ada cara lain untuk mencegah agar hal itu tidak sampai terjadi? Cara agar kau bisa terlepas dari orang itu?"
"Ada! Jika aku bisa memperkenalkan pria lain sebagai calon suamiku."
Terbesit sebuah ide di benak Lucas, namun ia segera menepisnya karena itu terlalu beresiko."Dia sudah melamar mu?" Jessica menggeleng. "Lalu rencananya kapan??"
"Hari ini,"
Lucas tertegun. Itu artinya hidup Jessica benar-benar berada dalam bahaya, masalah akan mengiringi setiap langkah gadis itu jika dia benar-benar menikah dengan pria bermarga Kim tersebut. Dan Lucas telah membulatkan tekatnya untuk membantu Jessica demi membalas kebaikan gadis itu padanya.
"Baiklah! Jika memang hanya ini satu-satunya cara. Maka perkenalkan aku pada orang tuamu sebagai calon suamimu."
"APA?!"
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
up
2023-03-03
0