Tuntutan pekerjaan memaksa Lucas untuk rela terpisah jauh dari keluarganya. Tapi itu tidak masalah baginya, dan bukanlah suatu hal yang harus di sesalkan. Karena bagi Lucas, tidak ada yang lebih penting dari pekerjaannya, namun kadang ia masih meluangkan waktunya untuk menjenguk keluarga yang tinggal 1 kota dengannya.
Dan kebetulan kedua orang tua Lucas dan kakaknya 'Xi Leon' sedang bertandang ke Korea untuk mengunjungi kedua putranya dan merayakan natal bersama mereka.
Pesta natal yang di adakan di rumah berlangsung sederhana. Pesta BBQ di halaman belakang di iringi obrolan-obrolan ringan, Lucas sangat menikmati kebersamaannya bersama kakak dan kedua orang tuanya, sebelum akhirnya ia harus kembali bekerja.
Pagi hari mereka sarapan bersama , saling bertukar cerita di meja makan.
"Kau terlihat sedikit pucat, Lu! Pasti akhir-akhir ini kau mengurangi waktu tidurmu. Jangan bekerja terlalu keras, Nak!" nasehat sang Ibu yang langsung mengalihkan perhatiannya dari makan malam yang tengah ia nikmati.
"Bukankah seharusnya begitu, Ma!" sahut Lucas.
"Tapi setidaknya kau juga harus memikirkan tentang kondisi dan kesehatanmu!" lagi-lagi sang ibu memberi komentar. "Pasti makanmu juga tidak teratur, kau terlihat lebih kurusan Lu!"
"Aku berani bertaruh, Ma! Pasti bocah ini lebih menyayangi pekerjaannya, dari pada kesehatannya. Sampai-sampai dia tidak makan dan tidur dengan teratur." tak ingin kalah dari sang Ibu, Leon pun memberikan komentarnya.
"Enak saja! Jangan asal tebak dan menyimpulkan, Ge. Aku selalu makan dan tidur secara teratur!" ujar Lucas tak mau kalah.
"Tapi Lu! Tidak adakah hal lain yang kau pikirkan selain pekerjaan dan pekerjaan? Contohnya... seorang gadis!" komentar sang kakak memaksa Lucas untuk berhenti mengunyah sejenak.
Pemuda berwajah stoic dan berkepribadian sedingin kutub utara itu memutar matanya jengah, lagi-lagi Leon mengungkit tentang seorang gadis .
"Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan, Ge? Dan hal apa yang kau maksud?" tanya Lucas sedikit malas.
"Menikah contohnya!"
"Uhuk! Uhuk!" Lucas tersedak makanan di dalam mulutnya karena ucapan sang kakak.
Buru-buru Lucas meraih gelas berisi air putih lalu meneguk setengah dari isinya. Dia sedikit terkejut saat Leon tiba-tiba membahas soal pernikahan, yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Bahkan kata itu tak pernah muncul sekalipun di benaknya. Semua mata kini tertuju padanya, detik berikutnya tawa Leon pun pecah.
"Bwahaha! Lihatlah wajahmu itu, Lu. Kau terlihat sangat lucu."
Lucas mendecih dan menatap sebal kakaknya itu. Leon lagi-lagi bersikap menyebalkan. Semua orang yang satu meja ikut tertular. Ayah dan ibunya ikut menertawakan dirinya. Namun sayangnya Lucas tidak mau terlalu ambil pusing, dan dia melanjutkan sarapannya dengan tenang.
.
.
Jessica hanya bisa pasrah saat Ibunya mencoba mengenalkannya pada putra rekan bisnis sang Ayah. Awalnya sang Ayah hanya berniat membuat dirinya dan pria itu saling mengenal saja, namun Jessica memiliki keyakinan jika mereka memiliki maksud terselubung karena Ibunya begitu antusias untuk mendekatkannya dengan Jinhyuk.
Pria itu sudah beberapa kali berkunjung kerumahnya. Dan setelah beberapa kali bertemu, Jessica merasa jika pria itu memiliki niat buruk padanya.
Sejak pria bermarga Kim itu datang ke kediamannya, Jessica semakin yakin bila kedua orang tuannya memang mempersiapkan sebuah perjodohan untuknya. "Nah! Bagaimana sayang, apa kau ingin menentukan sendiri tanggal resepsinya?"
Jessica memicingkan matanya. Apa ia tidak salah dengar? Baru saja Jin mengungkit soal tanggal pernikahan "Apa-apaan ini? Memangnya resepsi apa? Memangnya siapa yang berkata akan menikah denganmu?"
Jin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya tersenyum canggung "Maaf, Sica. Aku tidak bermaksud untuk mempercepat rencana pernikahan kita. Aku.... hanya terlalu bersemangat saja."
"Lagi pula aku sudah membicarakan hal ini dengan Paman dan Bibi. Dan mereka berdua sangat menyetujui rencanaku untuk mempersunting dirimu. Aku... akan segera melamarmu secara resmi. Kau tidak perlu cemas, dan kau pasti setuju, aku tau itu. Kau... juga tertarik padaku kan?"
Jessica mendengus panjang. Lagi-lagi Ibunya ikut campur soal kehidupan pribadinya dan Jessica benci hal itu "Setuju katamu? Kalau orang tuaku tidak perlu kau tanya lagi, karena memang mereka yang menginginkan hal itu, tapi tidak denganku. Aku yang akan menikah bukan mereka, dan aku berhak untuk menentukan siapa calonku nantinya. Dan yang terpenting harus ada persetujuan dariku." ujar Jessica menegaskan.
Jinhyuk menatap Jessica dengan seringai andalannya. "Memangnya hal itu di perlukan? Aku rasa tidak."
.
.
Setelah bertemu dan berkumpul bersama keluarganya. Hari ini Lucas kembali di sibukkan dengan pekerjaannya, pemuda bermarga Xi itu berjalan menaiki tangga menuju sebuah ruangan di mana targetnya berada.
Bukan pekerjaan yang menguras tenaga, karena dia hanya perlu menyelipkan camera pengawas di salah satu sudut ruangan. Bukan sebagai seorang agen melainkan sebagai petugas penghantar pizza.
Lucas mengetuk pintu di depannya dengan tenang, dari dalam ia mendengar derap langkah kaki yang berjalan mendekati pintu. Tak lama pintu berpelitur elegan itu pun terbuka, dan tampaklah sosok pria bertubuh tinggi dan tegap berdiri di depannya dengan tatapan datarnya.
"Oh kau petugas pizza? Masuklah."
Lucas melangkah masuk, pandangannya menelisik ke segala penjuru arah. Meskipun hanya sekilas, namun ia melihat senjata api milik target yang terselip di antara tumpukan dokumen di atas meja '
Dia benar-benar bersenjata' pikirnya.
Lucas meletakkan kotak pizza itu di atas meja yang berada di tengah ruangan. Baru saja Lucas hendak beranjak, namun suara aneh terdengar dari arah atas. Pemuda itu menyeringai tipis '
Sudah masuk perangkap rupanya!' simpulnya.
Lucas kemudian menghampiri pria yang memesan pizza, yang hanya menatap bingung pada listriknya yang berbunyi nyaring sebelum akhirnya listrik di ruangan itu seluruhnya padam.
"Tuan! Saya rasa listrik Anda dalam masalah. Boleh saya melihatnya?" tawar Lucas penuh keyakinan. Pria itu tidak langsung menjawab dan hanya menatap datar padanya.
"Memangnya kau bisa?" ragu-ragu pria itu bertanya.
"Ya! Sebelumnya saya bekerja di bidang itu. Saya juga mahir membenahi listrik yang mengalami konsleting." ujarnya meyakinkan.
"Baiklah. Aku ijinkan, jika kau berhasil. Aku akan membayarmu lebih."
Lucas mendekati stabilisator yang ada di pojok atas ruangan. Hatinya bersorak kegirangan, agen muda itu menyeringai penuh kemenangan karena jika meletakkan camera pengawasnya di sana, itu akan menjadi angel yang sangat bagus. Seluruh ruangan akan terlihat dari sana, Lucas membuka penutup stabilisator lalu bergumam.
"Rupanya ada kabel yang terbakar."
Sang target mendesah panjang, pria itu beranjak saat mendengar dering pada ponselnya, dan hal itu tidak di sia-siakan oleh Lucas untuk melakukan tugasnya
"Maaf Tuan. Saya membutuhkan perkakas untuk membetulkan stabilisator itu. Tanpa alat, saya tidak bisa melakukan apa pun." ujar Lucas, dan saat dia telah berbalik, sebuah moncong pistol mengarah padanya.
"Kau pikir bisa semudah itu mengelabuhiku?"
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Be___Mei
masih setia sama sica, the real fans sejati 🤩🤩
2023-03-05
1
վմղíα | HV💕
semangat terus menulis nya ya sai.
dan mampir juga kecerita ku AYU YANG MALANG.👃👃👃
2023-03-02
0