Insiden

"Kau pikir bisa semudah itu mengelabuhiku?" pria itu menyeringai dan menatap remeh pada Lucas.

Lucas sungguh tidak menyangka jika identitasnya akan ketahuan secepat ini. Rupanya kaki tangan pria yang menjadi targetnya ini sudah menyelidiki siapa Lucas yang sebenarnya.

Ternyata pria itu bukanlah target yang bisa dianggap remeh. Mendengar bentakan targetnya tak membuat Lucas gentar sedikit pun, agen muda itu hanya menyeringai tipis

"Santai saja bung." ucapnya sambil mengangkat salah satu tangannya.

Lucas hanya menatap datar pada targetnya yang berdiri sekitar 7 meter di depannya, dengan kedua tangan menggenggam revolvernya. Lucas tau jika lawannya itu tidaklah main-main, bahkan dia bergerak seagresif itu padanya. Parahnya lagi Lucas datang tanpa persiapan apa pun, karena Ia tidak pernah berfikir jika hal ini akan terjadi.

"Dasar polisi bod*h. Kau pikir kau sehebat itu, hah?! Aku tidaklah sebodoh yang kau pikirkan!! Tetaplah menjadi kelinci yang baik karena nyawamu berada di tanganku. Dan tidak akan ada 1 temanmu pun yang datang untuk menyelamatkanmu. Hahahha!" seru pria itu seraya tertawa keras.

Lucas tetap diam tanpa merubah posisinya sedikit pun, salah satu tangannya tetap terangkat keatas dan tidak tampak ketakutan tercermin pada raut wajahnya yang datar.

"Sepertinya kau salah orang, bung. Karena aku bukanlah polisi."

"Aarrkkkhhh!!! Persetan dengan hal itu, aku ingin membalas kematian anak buahku yang mati di tangan komplotan mu!! Kau tau? Mereka membunuh banyak anak buahku." bentak orang itu penuh emosi.

"Kau mempersalahkan kematian anak buahmu, lalu bagaimana dengan nyawa para warga yang melayang di tangan anak buahmu?!"

"Masa bodoh dengan hal itu. Yang jelas, kau harus mati detik ini juga." bentak pria itu seraya melangkah mendekati Lucas.

Lucas hanya menyeringai , ia sudah memiliki rencana untuk mengatasi hal ini. Dan dia hanya perlu menunggu timing yang tepat dan semua akan berending seperti harapannya.

Namun belum sempat Lucas melakukan rencananya, sebuah bogem mentah mengarah tepat di pelipis kirinya hingga robek dan mengeluarkan banyak darah. Dan tak lama berselang, sebuah suara tembakan terdengar. Satu timah panas menembus bahu kanan Lucas.

'DORRR!!'

Letusan itu terdengar jelas di telinga Lucas. Ia menyadari jika sebuah timah panas kini bersarang di bahu kanannya, dan Lucas berterimakasih karena timah itu tidak sampai menembus jantungnya.

Di tengah kesadarannya, dia melihat targetnya berjalan kearah pintu sebelum tubuhnya ambruk menghantam lantai. Pelipis kirinya yang sudah terluka berbenturan dengan lantai, membuat darah mengalir semakin banyak. Matanya yang setengah terbuka menatap langit-langit ruangan dengan pandangan tak terbaca.

'Ya Tuhan! Mungkinkah ini akhir dari perjalananku!!'

.

.

Setelah Jin mengatakan kalimat yang tidak masuk akal padanya. Jessica langsung menemui Ayah dan Ibunya "Ma! Katakan, kau tidak serius bukan ingin menjodohkanmu dengan Kim Jinhyuk?" Nada bicara Jessica yang meninggi membuat Ibunya tersentak kaget. "Katakan, Ma! Jangan diam saja." bentak Jessica sekali lagi.

"Tenanglah, Sayang. Mama, sudah mengenal Jin dengan baik, dia adalah pemuda yang baik dan berasal dari keluarga terpandang. Dan Mama yakin, jika menikah dengannya pasti kau akan..."

"Astaga, Mama!! Dari sekian banyak pria baik di dunia ini, kenapa aku harus menikah dengannya?! Tidak, Ma! Pokoknya aku tidak mau." tegas Jessica menolak keputusan Ibunya.

Wajahnya memerah padam karena menahan amarah. Dan jika tidak, pasti amarahnya sudah meledak tidak karuan. Sang Ibu segera memeluk gadis itu dan berusaha menenangkannya

"Maaf, Sayang. Dengarkan Mama, Sica. Sebagai seorang Ibu, yang Mama inginkan hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Untuk itu biarkan aku memilih sendiri calon pendamping hidupku." ucapnya dan pergi begitu saja. Meninggalkan sang Ibu sendiri di ruang keluarga.

Jessica berjalan lunglai meninggalkan kediamannya. Gadis itu berjalan sambil memijat keningnya yang terasa pening. Berbagai pikiran mengganggu dirinya sejak dua Minggu belakangan ini. Lebih tepatnya setelah pertemuannya dengan Kim Jinhyuk, dan pembahasan mengenai perjodohan konyol itu.

Gadis itu sedang memutar otaknya dan memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk masalahnya ini. Sempat terbesit di pikirannya untuk melarikan diri dari rumah. Keinginan itu berkali-kali merasuki dirinya. Namun segera di tepis sendiri olehnya.

Keberadaan Jessica di tengah keramaian cukup menyita perhatian banyak orang. Bukan karena kecantikan yang ia miliki, namun benda yang tersampir di pundaknya. Itu adalah sebuah tabung oksigen, entah kenapa hari ini Jessica begitu berniat untuk membawa tabung Itu bersamanya. Gadis itu melihat tatapan-tatapan aneh tersebut,namun Jessica tidak mau ambil pusing dan tetap melanjutkan langkahnya.

Jessica melewati jalanan sepi. Gadis itu menghentikan langkahnya kemudian menurunkan tabung itu dari bahunya. Ia merasa sedikit pegal. "Omo!!" gadis itu terlontar kaget saat mendengar suara mirip ledakan yang berasal dari bangunan yang berada di sisi kanannya.

Sontak Ia menoleh dan mendapati bangunan bertingkat dua itu hampir rata menjadi tanah. Dari tempatnya, Jessica melihat seorang pria berjalan sedikit terburu-buru meninggalkan bangunan itu sambil menenteng sebuah senjata api. Lututnya bergetar, matanya terbelalak 'Mungkinkah di dalam sana....' batin Jessica.

"Oh tidak!"

Jessica melihat pria berwajah bringas itu memasuki sebuah mobil seperti di kejar sesuatu. Mobil itu pun melesat jauh meninggalkan kawasan sepi tersebut. Dan entah dorongan dari mana, Jessica berlari memasuki bangunan setengah hancur itu.

Instingnya mengatakan jika seseorang sedang terluka di dalam sana dan membutuhkan sebuah pertolongan. Dari jarak 10 meter, Jessica melihat seorang pria terkapar dengan keadaan bersimbah darah.

"Tuan!! Anda bisa mendengar saya??" Jessica menepuk kedua pipi pemuda itu bergantian.

.

.

'Tiga hari kemudian'

Lucas sudah bagun dari komanya sejak 2 jam yang lalu. Saat kedua matanya terbuka, Lucas berfikir jika ia telah berada di dunia lain. Namun keberadaan seorang suster membuatnya tersadar jika Ia masih hidup, seluruh keluarganya berdatangan dan Ibunya yang berurai air mata langsung memeluknya.

Pikirannya menerawang, mencoba mengingat apa yang terjadi pada hari itu, antara sadar dan tidak sadar. Lucas seperti melihat siluet seorang gadis yang memanggil-manggil dirinya.

Lucas tidak pernah berfikir jika Ia masih bisa bertahan hidup setelah sebuah peluru bersarang di jantungnya. Dan mungkin Tuhan masih menyayangi nyawanya hingga mengirimkan seseorang untuk menyelamatkan nyawanya.

Dan sia ingat jika seseorang yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba menghampirinya hingga Ia bisa terbebas dari maut. Karna ingin bertemu dengan orang yang telah menolongnya, maka dari itu Lucas meminta bantuan suster untuk memanggil orang itu.

Decitan pintu terbuka mengalihkan perhatian Lucas dari objek yang ia pandangi sejak tadi. Pria berusia 27 tahun itu memicingkan matanya melihat sosok wanita berparas barbie bersurai panjang dalam balutan dress hitam dan jas putih kedokteran berjalan menghampirinya. Lucas berfikir, bukankah baru beberapa saat yang lalu dokter memeriksanya lalu wanita itu...??

"Maaf, Dokter. Tapi Dokter lain sudah memeriksaku!"

Gadis itu mengulum senyum tipis. "Saya bukan Dokter rumah sakit ini. Saya datang karena seseorang menghubungi saya dan mengatakan jika Anda ingin bertemu saya."

Lucas terdiam untuk sesaat. Otaknya berfikir keras, bukankah Ia ingin di pertemukan dengan penolongnya tapi kenapa malah dokter cantik itu yang datang. Matanya terbelalak

"Jangan-jangan kau...?"

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

semangat Thor. lanjut. ceritanya.
dan mampir juga kecerita pemulaku 👃👃

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!