Bab 4

Seorang Dokter menghampiri kami yang tengah asyik berbincang. Ia memberitahukan kami tentang kondisi Bi Inah yang harus mendapatkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit.

Setelah kepergian Dokter Danu, Dokter yang menangani Bi Inah tadi. Ferdy segera mengurus segala sesuatunya di pusat administrasi. Ferdy memilihkan kamar rawat VVIP untuk Bi Inah. Aku yang ikut bersama Ferdy dibuat tercengang olehnya.

"Ruang VVIP? Apa dia tidak salah memilih ruangan untuk Bi Inah?" Tanya ku dalam hati.

Aku tahu pasti dia melihat keterkejutan di wajah ku, saat ia memilih ruang rawat untuk Bi Inah, terbukti dengan senyum manis penuh artinya yang ia lempar hanya untuk ku, dan wajahnya kembali datar saat bicara dengan petugas administrasi ruang rawat yang merupakan seorang wanita cantik yang juga sedang tersenyum ramah padanya.

"Lea, ayo kita kembali ke IGD kasihan Bi Inah sendirian!" Ajaknya yang kembali membuyarkan lamunan ku. Ternyata dia sudah menyelesaikan administrasi perawatan Bi Inah dengan cepat.

Bertemu kembali dengan Ferdy, pria yang selama ini aku lupakan keberadaannya. Sungguh membuatku menjadi seseorang yang suka melamun. Banyak hal-hal yang tak terduga yang ia lakukan, sehingga membuat ku terpaksa berpikir keras dan pada ujungnya membuatku menjadi melamun.

Keseringan ku melamun sama saja dengan menjatuhkan image ku dihadapan Ferdy. Sungguh aku terlihat sangat bodoh di depannya. Jujur baru kali ini ada pria yang membuatku selalu nampak bodoh di hadapannya.

Kami pun berjalan bersama tanpa alas kaki menuju ruang IGD, hari semakin malam, suasana di luar pun hujan rintik-rintik, gemericik air hujan membasahi daratan.

Ingin rasanya aku pergi ke warung untuk membeli sendal ataupun secangkir kopi untuk menghangatkan tubuh ku yang kedinginan. Tapi apa daya, selembar uang pun aku tak punya.

Ku dengar suara ponsel Ferdy berbunyi. Entah dengan siapa dia bicara. Yang ku dengar berkali-kali dia menyebut Tante dan selalu berkata iya dan iya. Tidak pernah berkata tidak. Beberapa kali juga ia melirik wajah ku lalu tersenyum manis yang membuatku ingin melu.mat saja bibir itu yang seakan memanggilku untuk menyesapnya.

Tak lama berselang Ferdy pergi meninggalkan ku, setelah ia menyudahi panggilan telepon yang entah dari siapa itu, aku tak tahu, karena ia sama sekali tak memberitahu ku. Padahal aku sudah memasang wajah ingin tahu ku, berharap dia akan memberitahukan ku siapa yang menghubunginya. Tapi sayangnya dia diam saja dan malah pergi meninggalkan ku tanpa berpamitan atau menitipkan sebuah pesan.

Beberapa menit kemudian dia datang kembali membawa sebuah goodie bag di tangannya. Ia menyodorkannya pada ku. Aku menerimanya dan lantas membukanya. Ku lihat ada sebuah sandal dan satu buah jaket pria yang ia berikan pada ku.

"Pakailah Lea, supaya kamu tidak kedinginan. Aku baru saja mengambilnya di mobil tadi." Perintahnya dengan sebuah senyum yang lagi-lagi sungguh mudah terukir disana.

Tanpa menjawab aku segera memakai keduanya.

"Kok lama ya Fer, gak dipindah-pindahin juga?" Tanya ku pada Ferdy yang malah melirik wajah ku dengan tatapan penuh arti kembali.

"Sabar Lea, belajarlah untuk bersabar. Aku saja selalu bersabar hingga dua tahun menunggu hingga saat ini tiba." Jawab Ferdy dengan jawaban ambigu yang tak aku mengerti.

"Maksudnya?" Tanya ku yang dengan refleks menarik tangannya.

Ferdy menatap lekang tangan ku yang menarik tangan kanannya. Ia tersenyum dan malah menggenggam tangan ku.

"Katakan jika aku sedang tidak bermimpi Lea!" Ferdy berkata sembari menatap wajah ku dengan penuh arti. Ia dia sangat suka menatapku dengan tatapan penuh arti. Yang artinya aku pun sendiri tak tahu.

"Hah. Kamu kenapa Fer? Kesambet?" Tanya ku yang merasa Ferdy berubah menjadi aneh ketika tangannya aku sentuh.

Sontak pertanyaan ku ini, membuat Ferdy seakan tersadar dan kembali tersenyum sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Iya kesambet jin iprit," jawab Ferdy setelah menghentikan pergerakan kepalanya.

"KELUARGA IBU INAH SUTINAH," Pekik seorang perawat yang menghentikan perbincangan kami.

"Iya saya Sus, ada apa?" Ferdy menyahut dan berjalan menghampiri seorang perawat wanita yang tersenyum mendapati Ferdy menghampirinya.

Tiba-tiba saja aku merasa cemburu, melihat seorang wanita tersenyum pada Ferdy.

"Gila, jangan bilang aku sudah jatuh cinta sama dia! Secepat inikah aku jatuh cinta dan melupakan Mas Doni hanya dalam kurun waktu dua minggu saja? Ini benar-benar amazing banget buat aku. Duh kaya ngerasa di pelet aja nih sama pesonanya Ferdy." Ucap ku dalam hati.

Mata ku terus menatap interaksi keduanya. Tanpa ku sadari Ferdy memperhatikan raut wajahku yang muram, melihat kedekatannya dengan suster perawat itu.

"Kenapa kok cemberut?" Tanya Ferdy saat ia menghampiri ku kembali.

"Nggak, biasa aja gak cemberut. Tadi suster itu ngapain manggil kamu?" Jawab ku yang langsung saja menanyakan tujuan suster itu memanggil Ferdy. Aku seperti seorang kekasih yang begitu posesif dengan pasangannya.

"Oh, dia tanya, siapa yang nanti jagain Bi Inah, karena ada beberapa cairan infus yang harus di tungguin alias di begadangin." Jawab Ferdy yang kembali tersenyum pada ku.

"Kok senyum-senyum gitu sih kamu Fer? Gak jelas deh." Imbuh ku yang tiba-tiba kesal dengan senyum Ferdy, setelah Ferdy menghampiri suster yang tersenyum begitu ramah pada Ferdy barusan.

"Kok, aku ngerasa kamu kaya lagi marah sama aku sih, Lea. Apa aku punya salah sama kamu?" Tanya Ferdy yang seakan bisa membaca apa yang aku rasakan padanya kini.

Ia kembali tersenyum penuh arti dan kemudian menarik tanganku begitu saja.

"Ayo ikut aku!" Ajaknya pada ku seraya menggenggam tangan ku.

"Kemana??" Tanya ku dengan bodohnya.

"Ke KUA belum tentu kamu mau kan?" Jawabnya yang meledekku.

"Kata siapa gak mau," balas ku tanpa rasa malu. Aku seperti orang yang lupa diri. Lupa jika aku masih dalam masa idah ku.

"Oh, mau ya. Ok lah kalau begitu. Segera ya setelah ini kita ke KUA." Balas Ferdy yang kemudian diam tanpa kata selama perjalanan kami yang entah kemana aku tak tahu. Meskipun mulutnya diam tapi tangannya tetap menggenggam erat tanganku.

Nyaman dan damai yang kini aku rasakan, ketika tangan kekar ini memberikan kehangatan di dinginnya malam ini. Langkah kami terhenti disebuah ruang rawat yang bertuliskan VVIP 301.

"Kamar siapa ini Fer?" Lagi-lagi aku bertanya dengan bodohnya.

"Kamar kita," jawab Ferdy asal yang membuatku memukul lengannya.

"Aduh... sakit juga pukulan mu, Lea." Keluhnya sembari mengusap lengan kiri nya dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya seperti enggan melepas genggaman tangannya pada tangan kananku.

"Sakit ya? Maaf ya tadi aku sengaja." Timpal ku yang kemudian menertawakannya.

"Cantik," ucapnya pada ku.

"Siapa?" Tanya ku padanya yang tengah menatap wajah ku.

"Tuh, suster itu cantik," jawabnya yang membuatku kembali menekuk wajah ku.

"Sial. Aku kira dia memujiku ternyata suster itu." Ucapku dalam hati dengan wajah yang aku tekuk seketika itu juga.

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

Hem Hem Lea.. mulai ad rasa ma Ferdi..jngn biarkn ad cewek yg mnyukainya lho...

2023-05-18

0

🍁𝐂𝐋𝐈𝐅𝐅💃🅺🅰🆃🆁🅸🅽❣️

🍁𝐂𝐋𝐈𝐅𝐅💃🅺🅰🆃🆁🅸🅽❣️

tunggu dlu lea..sabar🤣

2023-04-18

0

Nm@

Nm@

Ke KUA yuk

2023-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!