Bab 2

Apartemen Louson.

Mami membuka pintu unit apartemen yang pernah aku tinggali. Ku langkahkan kaki ku memasuki unit apartemen yang pernah ku huni selama tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun yang lalu aku meninggal apartemen ini ketika aku memutuskan untuk menikah dengan Mas Doni.

Aku memang jarang tinggal di rumah, karena jarak dari rumah ke kampus cukup jauh dan memakan waktu kurang lebih dua jam, itu pun jika keadaan lalu lintas tidak padat merayap.

Ku langkahkan kakiku menuju Balkon. Mata ku jauh memandang suasana kampus tempat aku menimba ilmu dulu. Tiba-tiba ada rasa rindu ingin kembali kuliah di benakku. Mami yang terdengar sudah selesai menghubungi seseorang datang menghampiri ku.

"Lea, apa kamu mau kuliah kembali Nak?" Tanya Mami Mila sembari mengusap rambut panjang ku.

"Memang bisa Mam? Bukankah aku sudah di DO?" Tanya ku tak yakin.

"Kata siapa? Setelah kamu pergi untuk menikah dengan laki-laki tak tahu diri itu. Mami segera menghubungi teman Mami yang punya kampus ini, Mami minta sama dia, supaya kamu tidak di Drop Out. Karena Mami yakin pernikahan kalian hanya bertahan seumur jagung saja," jawab Mami yang terlihat begitu kesal dengan Mas Doni. Hingga ia tak sudi menyebut namanya.

"Kok Mami bisa seyakin itu sih? Jangan-jangan aku bercerai sama Mas Doni karena doa Mami nih?" Tuduh ku pada Mami yang seketika menyeryitkan kedua matanya.

"Lea, tak ada seorang ibu di dunia ini yang mendoakan keburukan untuk putrinya. Mami tidak pernah berdoa yang jelek-jelek untuk mu Lea, tapi feeling seorang ibu itu selalu tepat Lea dan buktinya kau lihat sendiri bukan. Ketulusan cinta mu dibalas dengan pengkhianatan oleh laki-laki gembel itu." Sangkal Mami. Ia terlihat mendengus ketika harus menyebut nama Mas Doni.

Rasa kesal, marah dan benci sepertinya sudah campur aduk di hati Mami untuk Mas Doni. Kecil kemungkinan Mas Doni akan mendapatkan maaf dari Mami yang terlanjur benci padanya.

Mami meninggalkan ku yang sedang berdiri di balkon. Ia masuk kedalam karena suara bel pintu apartemen ku berbunyi. Dari dalam ruang telvisi yang menyambung dengan balkon, Mami memanggilku.

"Lea, Mami harap kamu tidak terjun bebas dari sana. Jangan berbuat nekat hanya karena laki-laki tak tahu diri itu sayang!" Pekik Mami dari ruang televisi mengingatkan diriku.

Jujur saja, tak terlintas di benakku untuk mengakhiri hidupku hanya karena perpisahan ku dengan Mas Doni. Kenapa Mami bisa-bisanya bicara seperti itu? Mungkin karena ia kebanyakan nonton drama sinetron televisi.

Aku yang sudah masuk kedalam dan duduk di sofa televisi pun dihampiri oleh Mami dan Bi Inah, asisten rumah tangga ku yang dulu tinggal bersama ku di apartemen ini.

"Bi Inah..." Panggil ku. Aku segera berdiri dan menghampiri Bi Inah yang berdiri di samping Mami.

"Non Lea, apa kabar Non?" Tanya Bi Inah dengan senyumnya yang lebar.

"Buruk Bie," jawab ku jujur pada Bi Inah.

"Sudah-sudah! Curhatnya nanti saja. Sekarang Bi Inah duduk dulu, saya mau kasih tahu tugas untuk Bi Inah." Ucap Mami yang mempersingkat waktu.

Aku tahu Mami bicara seperti itu, karena dia adalah wanita yang super sibuk. Tak hanya menjadi seorang istri, Mami pun memimpin beberapa kantor cabang milik Papi.

"Bi Inah, rencananya Lea akan kembali meneruskan kuliah di ajaran tahun depan, masih ada waktu empat bulan lagi untuk dia berleha-leha. Terserah dia mau lakukan apa, asalkan tidak membawa laki-laki tak tahu diri itu ke sini. Saya harap Bi Inah bisa bekerja sama dengan baik, dengan saya ya." Ucap Mami dengan wajah tegas dan sangar.

"Iya Nyonya, tapi seperti yang saya ucapkan tadi di telepon, jika setiap pagi dan menjelang sore, saya harus bekerja di unit sebelah, saya tidak bisa berhenti begitu saja seperti keinginan Nyonya." Jawab Bi Inah apa adanya.

"Ya sudah tak apa Bi. Asal Bibi bisa membagi waktu Lea tak masalah." Jawab ku yang mewakili Mami.

"Jangan jadikan kesempatan saat Bi Inah tak ada untuk Kamu berhubungan kembali dengan dia, Lea!" Tuduh Mami pada ku.

"Itu tak akan pernah terjadi Mam, aku tak akan mau merasakan sakit untuk kedua kalinya dengan orang yang sama." Jawab ku yang tak terima dengan tuduhan Mami terhadapku.

Mami seakan benar-benar menganggap ku seperti wanita yang mencintai pria tanpa logika. Meskipun aku sangat mencintai Mas Doni tapi logika dan nalarku tetap berjalan. Aku tak mau terlihat bodoh mengemis cinta dengan orang yang sudah membuangku, bahkan melupakan perjuangan ku membuatnya hingga menjadi seperti saat ini.

Ya. Dia yang hanya seorang anak tukang jamu, sekarang sudah menjadi pengusaha jamu tradisional yang sukses di kota besar. Meskipun brand yang ia miliki masih di kenal sampai di pulau jawa saja, tapi keuntungan bersih yang ia dapatkan dalam satu bulan bisa mencapai satu milyar rupiah.

Perjalanan bisnis yang ia miliki bisa maju seperti saat ini karena berkat usaha keras ku. Menawarkan jamu-jamu buatan mantan ibu mertuaku ke pabrik-pabrik milik sahabat kedua orang tua ku.

Aku akui, rasa jamu buatan mantan ibu mertuaku itu sangatlah enak dan pas. Pantas saja jika sangat laku di pasaran. Namun sampai sekarang pembuatan jamu ini masih terkendala dengan daya tahannya.

Berbagai eksperimen sudah dilakukan dan hasilnya malah mengubah rasa, sehingga dikompline para pelanggan. Pelanggan yang tak mau rugi pun selalu menuntut uang ganti rugi. Disaat inilah Mas Doni dan diriku yang tak punya dana talangan menjadi kesulitan keuangan, karena harus membayar uang ganti rugi dari uang modal yang berputar.

"Baguslah kalau begitu Lea, Mami harap kamu akan terus seperti ini dan tak berubah pikiran untuk kembali pada Pria tak tahu di untung itu." Sahut Mami yang kembali sibuk dengan ponselnya.

"Bi sepertinya hanya itu saja yang ingin saya bicarakan, Bibi bisa letakkan barang-barang Bibi di kamar Bibi yang dulu ya. Untuk gaji, sebutkan saja angkanya. Saya akan bayar sesuai keinginan Bibi, asal Bibi bisa menjaga putri saya dengan baik." Sambung Mami yang mulai merapikan penselnya ke dalam tas brandednya yang bernilai ratusan juta.

"Mami mau kemana?" Tanya ku pada Mami yang sudah bersiap mau pergi.

"Maafkan Mami Lea, sepertinya Mami harus pergi. Mami ada janji meeting dengan Papi mu sore ini. Kamu peganglah ini, pinnya masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah." Jawab Mami yang menyodorkan kartu Blackcard milikku yang sudah ditarik kedua orang tua ku dulu.

Ya. Saat aku menikah dengan Mas Doni semua fasilitas ku di cabut, tak ada fasilitas dari kedua orang tuaku yang aku bawa. Aku memulai semuanya dari nol. Mami mulai mendatangi ku, setelah pernikahan ku jalan dua bulan lamanya.

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

BNR,mnding kuliah LG aj sapa tau ad pcr br yg bersedia nrima kekurangan mu dgn tulus dn sambil menimba ilmu makin dlm makin sukses dn buktikn KPD mntan dn kluarga mntan suamimu

2023-05-18

0

Nm@

Nm@

Lanjutkan hidupmu, Lea

2023-03-26

0

🍃⃝⃟𝟰🫦🔵𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀

🍃⃝⃟𝟰🫦🔵𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀

Semangat Lea
Semoga harimu semakin lebih baik ya

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!