Jaring-jaring Asmara

Entah apa yang terjadi pada diri Gendhis saat itu. Dia yang selama ini tak pernah merasa tertarik dengan pria lokal, tiba-tiba saja begitu terpana saat melihat sosok Chand yang rupawan. Gendhis memperhatikan segala hal yang ada pada diri pria tampan tersebut dengan lekat.

Jika bisa, Gendhis mungkin akan menghitung berapa banyak bulu-bulu halus yang memenuhi pergelangan tangan si pria. Namun, sayang sekali karena pasti hal itu akan membutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya. Gadis itu pun menepiskan pikiran gila tersebut.

Pandangan gadis dua puluh tujuh tahun tersebut kemudian beralih pada kontur wajah Chand yang terlihat lembut, tapi tetap terlihat maskulin dengan sepasang alis hitam yang rapi dan juga janggut serta kumis tipis sebagai pelengkap. Layaknya kerupuk yang renyah dan menambah nikmat setiap makanan yang dia santap. Sesaat kemudian, pandangan mata anak tengah dari tiga bersaudara tadi beralih pada hal lain, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Gendhis lalu menggeleng pelan dan kembali menepiskan pikiran gila dalam benaknya. Gadis dengan kaos longgar tersebut kemudian berdecak pelan. Dia merasa heran, karena dirinya seperti baru kali ini melihat seorang pria setelah sekian lama hidup di pulau terpencil berisi para wanita dan mungkin waria. Hei, ke mana para lelaki? Kenapa mereka luput dari pandangan seorang Gendhis?

“Oh iya, Dhis. Kamu kerja atau ….” Kalini mengarahkan perhatian kepada Gendhis yang saat itu masih asyik memperhatikan Chand dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Ah, saya kerja. Saya sudah kerja, Tante,” sahut Gendhis menoleh sejenak kepada Kalini. Namun, tak lama kemudian ekor matanya kembali tertuju kepada sosok Chand yang tampan dan tak membuatnya merasa bosan untuk terus memandangi salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang luar biasa itu.

“Memangnya kerja di mana?” tanya Kalini lagi. Sementara Chand tak mengeluarkan sepatah kata pun, dari semenjak dirinya memperkenalkan diri kepada Susena beberapa saat yang lalu. Dia malah asyik memainkan kuku-kuku jarinya.

“Saya bekerja sebagai fotografer untuk sebuah tabloid, Tante,” jawab Gendhis yang membuat Chand mendongak dan tiba-tiba seperti merasa tertarik.

“Oh. Kalau boleh tahu tabloid apa?” tanya Kalini lagi.

“Hello Girls. Tabloid khusus yang mengulas tentang serba-serbi kehidupan wanita. Tante pasti belum berlangganan. Padahal itu isinya bagus. Sangat berfaedah.” Sebuah senyuman mengiringi ucapan gadis yang menyebut dirinya sebagai timeless single tersebut.

“Tante jarang sekali baca-baca. Tante sukanya nonton drakor sama drama dari Turki. Ah, pokoknya paling juara Nggak ada lawan,” sahut Kalini seraya menutupi mulut dengan punggung tangan, ketika dia tersenyum. Apalagi karena saat itu dia tahu bahwa Susena sedang memperhatikannya.

“Kamu kerja di Hello Girls?” Chand yang sejak tadi hanya menyimak, tiba-tiba bersuara. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Gendhis, membuat gadis itu salah tingkah.

“Iya. Begitulah,” sahut Gendhis sambil menyilangkan kaki. Dia mencoba bersikap anggun, tetapi sepertinya gagal. Gendhis justru  merasa bahwa dirinya tampak seperti seseorang yang tengah menahan kencing. Akhirnya gadis itu pun kembali bersikap biasa.

“Itu berarti kamu banyak berhubungan dengan pria-pria seksi,” celetuk Chand yang membuat Susena seketika melotot tajam.

“Sebagai seorang fotografer, tentu saja saya harus bisa bersikap profesional,” sahut Gendhis kalem.

“Berhubungan seperti apa, Dhis? Apa maksudnya? Papa tidak paham. Selama ini kamu tidak pernah menjelaskan secara detail tentang pekerjaan kamu,” cecar Susena penasaran.

“Maksudnya, Gendhis sebagai fotografer seringkali mengarahkan gaya model-model yang kebanyakan pria. Itu maksudnya, Pa,” jelas Gendhis sembari tersenyum bangga.

“Terus?” tanya Susena lagi.

“Terus apanya?” Gendhis mulai tak nyaman dengan pertanyaan sang ayah.

“Ya, setelah kamu memotret model-model itu. Lalu bagaimana?”

Kalini yang sedari tadi menyimak obrolan ayah dan anak tersebut, hanya memandang pada Susena dan Gendhis secara bergantian.

“Kalau sudah selesai bekerja, Gendhis langsung pulang, Pa. Memangnya mau ke mana lagi?” sahut gadia itu sewot.

“Yakin?” sela Chand. “Kamu tidak pernah kencan keluar dengan salah satu dari mereka?” tukasnya.

“Wah, belum apa-apa Anda sudah memandang rendah saya. Saya memang fotografer yang bekerja di lingkungan seperti itu, tapi tidak berarti harus terjebak dalam kehidupan dan pergaulan bebas. Kasihan mendiang mama saya, jika putrinya terjerumus dosa. Saya jadi tidak bisa mendoakan mama. Nanti beliau jadi tidak tenang di alam sana,” tegas Gendhis penuh percaya diri.

“Jangan dikira saya perempuan nakal. Saya seratus persen suci murni, seperti mata air yang baru disuling. Kalau tidak percaya, boleh dibuktikan,” tantangnya, membuat Chand hampir tersedak ludahnya sendiri. “Maksudnya dibuktikan secara medis oleh dokter yang berkompeten,” ralat Gendhis.

“Aduh, kamu keren sekali, Nak. Zaman sekarang, jarang ada lho, perempuan yang masih murni dan tersegel seperti Nak Gendhis ini,” sanjung Kalini dengan penuh kekaguman.

“Kamu bisa saja, Kalini. Memangnya anakku ini bangunan sengketa, kok tersegel segala,” kelakar Susena, lalu terbahak atas kata-katanya sendiri.

“Aku suka sekali dengan anakmu ini, Sen. Kujadikan menantu, ya,” pinta Kalini dengan enteng.

Chand yang mendengar akan hal itu, langsung melotot keberatan. “Ma,” protesnya pelan.

“Chand ini cenderung pendiam. Istilah kerennya introvert, pasti serasi dengan Gendhis yang ceria dan ramah,” ujar Kalini tanpa memedulikan putra sulungnya yang berkali-kali mencolek lengan sang ibu.

“Eh bagaimana, ya? Kalau aku sih, terserah anak-anak.” Susena meringis kecil seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal.

“Gendhis pasti mau. Ya, Gendhis, ya? Kamu mau ‘kan punya mertua seperti Tante?” rayu Kalini.

Gendhis sendiri tak berkomentar apapun. Dia masih berpikir dan menelaah. Entah apa yang dikatakan teman SMA papanya ini adalah sesuatu yang serius atau bercanda. “Tante tidak sedang PHP, ‘kan?” tanyanya kemudian.

“Apa itu PHP?” Kalini mengernyitkan kening tanda tak mengerti.

“Pemberi Harapan Palsu. Saya takut Tante sedang bercanda padahal saya menganggapnya serius.” selesai berkata demikian, Gendhis mengulum bibir sembari melirik ke arah Chand dengan sikap malu-malu.

“Oh, Tante serius. Jujur saja, setiap malam Tante tidak bisa tidur, memikirkan Chand yang seperti tidak tertarik lagi dengan wanita,” keluh Kalini yang membuat semua orang menoleh pada pria tampan itu.

“Ma, please,” desah Chand dengan sorot memohon.

“Kamu masih normal, ‘kan?” celetuk Gendhis. Sadar bahwa dirinya keceplosan bicara, Gendhis buru-buru menutup mulut dengan kedua tangan.

“Apa perlu kubuktikan?” balas Chand meniru perkataan Gendhis tadi.

“Boleh,” sahut Gendhis penuh semangat yang segera dihadiahi sebuah jitakan dari Susena.

“Deal!” seru Kalini penuh semangat.

“Apanya yang deal sih, Ma?” protes Chand setengah putus asa.

“Kalian boleh membuktikan satu sama lain,” cetus Kalini.

“Ma!”

“Asyik!”

Seru Chand dan Gendhis secara bersamaan.

Sementara Susena hanya menggeleng dan memegangi kepalanya yang mulai terasa pening.

“Susena! Ayo, kita ikat anak-anak kita sekarang juga. Selama hidup, aku tidak pernah merasa seyakin ini. Aku ingin menikahkan Chand dengan putrimu, Gendhis. Kamu harus setuju. Kalau tidak, aku tidak mau berteman denganmu lagi,” ancam Kalini setengah memaksa.

“Saranku, jangan buru-buru, Kalini. Kamu ‘kan belum mengenal Gendhis. Dia punya banyak kekurangan dibanding kelebihan. Dia … aduh!” Susena tak dapat melanjutkan kata-kata akibat meringis kesakitan. Gendhis sengaja menyenggol kakinya yang baru saja pulih.

“Namanya manusia, pasti punya kekurangan.” Kalini  tetap bertahan pada pendapatnya.

“Tapi kekurangan Gendhis terlalu banyak. Nanti kamu kecewa,” ujar Susena lagi.

“Aku tidak akan kecewa, Sen. Aku cukup menilai dari sorot matanya, sebab mata adalah jendela hati,” sahut Kalini puitis sekaligus diplomatis.

“Ya sudah. Kalau kamu memaksa.” Susena pun mengalah, meskipun dalam hati dia tidak terima.

“Bagus! Kalau begitu, tinggal menentukan hari untuk mengadakan acara lamaran ke rumahmu dan menentukan tanggal pernikahan!” putus Kalini ceria.

Sontak, Chand menepuk dahinya. Demikian pula Susena yang tersenyum kelu. Padahal dia sudah berencana hendak menebar jaring-jaring asmaranya pada Kalini, si cinta pertama dari masa SMA.

.

.

.

Mampir dulu, yuk di karya keren yang satu ini

Terpopuler

Comments

Mawar Putih

Mawar Putih

wkwk gagal deh mau Clbk si bapak2 😆
novelnya bgus ringan di bca

2023-03-08

2

lihat semua
Episodes
1 Reuni SMA
2 Salah Tempat
3 Timeless Single
4 Jaring-jaring Asmara
5 Paksaan Cinta
6 Hati Yang Patah
7 Gamis Keramat
8 Drama Sambal Terasi
9 Cincin Pengikat
10 Prahara Kartu Undangan
11 Penghibur Hati
12 Gagal Pamer
13 Patah Hati Berjamaah
14 Melarikan Diri
15 Obat Hati
16 Kenalan Baru
17 Curhatan Kosong
18 Tawaran Menggiurkan
19 Kode Rahasia
20 Minggu Ceria
21 Ojol Baper
22 Layu Sebelum Berkembang
23 Tawaran Balas Dendam
24 Permen Karet Ajaib
25 Raja Segala Raja
26 Wawancara Cinta
27 Sumpah Gendhis
28 Tatapan Mata
29 Visual Kece
30 Retaknya Cinta
31 Tekad Membara
32 Penampilan Baru
33 Galau
34 Ciuman Pertama
35 Retaknya Hati Sinta
36 Menuju Kencan Pertama
37 Pesona Manggala
38 Malam Di Kota Kembang
39 Gayung Keramat
40 Perkenalan Keluarga
41 Bayangan Chand
42 Langsung Menikah Saja
43 Tak Seindah Parasnya
44 Marah Berujung Manis
45 Kecewa
46 Pria Istimewa
47 Gelisah
48 Saling menjodohkan
49 Ajakan Kalini
50 Gamang
51 Pie Nanas Bikin Panas
52 Reuni Mantan Kawan
53 Teman Perjalanan
54 Setitik Cemburu
55 Siang Yang Mengejutkan
56 Teka-teki Silang
57 Rencana Sempurna
58 Kebenaran Itu Pahit
59 Putus
60 Malam Pilu
61 Menenangkan Jiwa
62 Tertawa Sendiri
63 Di Tepi Tebing
64 Nomor Baru
65 Rasa Yang Sama
66 Seperti Kucing
67 Terlambat
68 Jalan Takdir Yang Berbeda
69 Buaya Darat
70 Penyesalan Dan Cinta
71 Tak Bisa Berpaling
72 Terpana
73 Sweet Pine
74 Ungkapan Hati
75 All You Can Eat
76 Whipped Cream
77 Hati Yang Bimbang
78 Mimisan
79 End Is The New Beginning
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Reuni SMA
2
Salah Tempat
3
Timeless Single
4
Jaring-jaring Asmara
5
Paksaan Cinta
6
Hati Yang Patah
7
Gamis Keramat
8
Drama Sambal Terasi
9
Cincin Pengikat
10
Prahara Kartu Undangan
11
Penghibur Hati
12
Gagal Pamer
13
Patah Hati Berjamaah
14
Melarikan Diri
15
Obat Hati
16
Kenalan Baru
17
Curhatan Kosong
18
Tawaran Menggiurkan
19
Kode Rahasia
20
Minggu Ceria
21
Ojol Baper
22
Layu Sebelum Berkembang
23
Tawaran Balas Dendam
24
Permen Karet Ajaib
25
Raja Segala Raja
26
Wawancara Cinta
27
Sumpah Gendhis
28
Tatapan Mata
29
Visual Kece
30
Retaknya Cinta
31
Tekad Membara
32
Penampilan Baru
33
Galau
34
Ciuman Pertama
35
Retaknya Hati Sinta
36
Menuju Kencan Pertama
37
Pesona Manggala
38
Malam Di Kota Kembang
39
Gayung Keramat
40
Perkenalan Keluarga
41
Bayangan Chand
42
Langsung Menikah Saja
43
Tak Seindah Parasnya
44
Marah Berujung Manis
45
Kecewa
46
Pria Istimewa
47
Gelisah
48
Saling menjodohkan
49
Ajakan Kalini
50
Gamang
51
Pie Nanas Bikin Panas
52
Reuni Mantan Kawan
53
Teman Perjalanan
54
Setitik Cemburu
55
Siang Yang Mengejutkan
56
Teka-teki Silang
57
Rencana Sempurna
58
Kebenaran Itu Pahit
59
Putus
60
Malam Pilu
61
Menenangkan Jiwa
62
Tertawa Sendiri
63
Di Tepi Tebing
64
Nomor Baru
65
Rasa Yang Sama
66
Seperti Kucing
67
Terlambat
68
Jalan Takdir Yang Berbeda
69
Buaya Darat
70
Penyesalan Dan Cinta
71
Tak Bisa Berpaling
72
Terpana
73
Sweet Pine
74
Ungkapan Hati
75
All You Can Eat
76
Whipped Cream
77
Hati Yang Bimbang
78
Mimisan
79
End Is The New Beginning

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!