Seketika, setelah Rozi mengklik tombol untuk mengambil misi. Sayup-sayup, pemuda berwajah tirus itu mendengar suara anak kucing. Segera, Rozi mengedarkan pandangannya. Karena, dengan hewan yang satu ini dia menyukainya. Dulu, semasa mendiang ibunya masih hidup, justru Rozi juga memelihara beberapa kucing kampung.
Semenjak, orang tuanya meninggal, hewan peliharaannya itu juga ikut pergi dari persatu. Mereka tidak menyusul kedua orang tua Rozi yang memang sangat menyayangi kucing. Pada saat itu, Rozi bahkan sempat berpikir, kenapa mama-papa tidak mengajaknya juga.
"Dimana kucing itu? Suaranya semakin dekat saja," gumam Rozi yang terus menyusuri sepanjang jalan taman di siang menuju sore itu. Kemudian, Rozi berpikir untuk menengok ke atas pohon. Benar saja, terdapat seekor kucing berwarna abu-abu sedang bertengger tak bisa turun.
Hewan tersebut tampak gemetar ketakutan, ketika Rozi semakin mendekat. Bulu-bulu halus hewan kecil itu sontak berdiri pada saat Rozi mengulurkan tangannya. "Halo, cantik. Jangan takut. Aku aja menolongmu," ucap Rozi lembut.
Dengan niat yang tulus dan kelembutan, akhirnya hewan yang biasa di sebut dengan anabul atau anak bulu itu, maju mendekat dan Rozi pun menangkapnya. Pemuda itu langsung membawa kucing berjenis Persia itu kedalam dekapannya. Mengelus bulunya perlahan dari kepala hingga punggung. Lalu menggaruk belakang telinga hingga bawah dagu. Sampai hewan tersebut merasa nyaman dan aman.
[ Misi anda telah aktif. ]
[ Bantu kucing tersebut kembali ke rumahnya. ]
Rozi langsung mendongak kala mendengar ucapan sistem melalui kepalanya.
"Jadi, hewan ini adalah misi keduaku?" tanya Rozi seraya mendekatkan wajah kucing itu ke depan wajahnya. Dan, pemuda ini tersenyum simpul. Kemudian berkata. "Aku akan mengantarmu pulang." Seolah mengerti kucing tersebut mengeong, seakan menjawab ucapan pemuda baik hati ini.
Rozi pun tertawa. " Kau mau pulang ya? Sebelum itu, aku harus tau dulu dimana kau tinggal. Aku akan mencari tau," ucap Rozi, dan lagi-lagi hewan berbulu itu mengeong dan menjilati tangan pemuda yang tengah menggendongnya ini.
"Hei, iya baiklah. Sama-sama." Rozi tau dan mengerti jika kucing ini sedang mengungkapkan rasa terimakasih padanya. Karena, itu hewan tersebut menikmatinya menggunakan lidahnya yang kasar. "Sudah-sudah, rasanya geli kau tau ...!" kekeh Rozi.
"Alzera! Aktifkan Avatar dewa binatang!" titah Rozi. Seketika, sistem pun mengaktifkan kemampuan yang telah ia beli beberapa waktu lalu.
[ Untuk mengaktifkan kemampuan ini. Anda menggunakan daya lima belas persen dari tubuh. Sementara kemampuan ini hanya memiliki waktu selama satu jam saja. ]
"Baiklah, aku harus memanfaatkan waktu dan tenaga. Semoga, kucing ini tidak pergi terlalu jauh," sahut Rozi pada sistem.
Seketika, Rozi merasa beberapa hal masuk kedalam kepalanya. Ia merasa agak pusing sedikit. Tidak seperti pertama kali menggunakannya. Rozi serasa di pentung menggunakan pemukul bola kasti.
"Hei kucing. Siapa namamu?" tanya Rozi memulai percakapan menggunakan bahasa hewan. Beberapa orang yang melewatinya sekilas menatap aneh padanya. Karena, saat ini Rozi terlihat mengeong.
"Miaw! Pi–lo ...," jawab kucing berbulu abu-abu gelap itu. Matanya biru dan bulat bagaikan biji kelereng.
"Oh, jadi namamu Pilo. Unik sekali. Sekarang, katakan dimana kau tinggal?" tanya Rozi lagi, seraya menatap serius mata hewan tersebut.
"Mi–aww ...," Pilo menjawab lirih pertanyaan Rozi selanjutnya.
"Apa? Kau lupa jalan menuju rumahmu dan lupa dimana kau tinggal?" cecar Rozi yang sudah membawa hewan itu duduk di pinggir trotoar.
"Miaww!"
"Haihh, bisa-bisanya kau lupa. Dasar kucing nakal. Kau ini jangan atau betina sih?" tahu Rozi lagi. Tapi, kucing itulah diam dan hanya melihatnya saja.
"Kau ... mau aku mengintipnya? Atau menjawab sendiri?" ancam Rozi.
"Miawwww!" jawab Pulo ketus. Tak mungkin membiarkan pemuda ini mengintip alat kelaminnya.
"Miauuu ... ."
"Haish! Susah kuduga, kau tersesat karena mengejar betina. Dan, dia meninggalkanmu begitu saja. Setelah pengorbanan dan perjuanganmu untuknya begitu besar. Iya kan? Sangat mirip dan ironis! Nasibmu sial sekali!" ledek Rozi sambil menahan tawanya.
Orang-orang yang melewatinya hanya menggelengkan kepala. Mungkin, mereka mengira bahwa Rozi adalah pemuda gila.
"Baiklah. Aku akan menggunakan ini!" Rozi pun mengeluarkan kacamata Spy yang telah ia beli dari Wardrobe menu sistem. Alat yang akan membantunya menemukan lokasi tempat tinggal Pilo.
Sementara itu, di tempat lain.
Ada anak laki-laki yang tengah memasang wajah sedihnya sambil memegangi mangkuk tempat makan kucing.
"Sabarlah. Dia pasti baik-baik saja di luar sana," ucap pria lain yang merupakan kakak dari anak laki-laki itu berupaya menghibur.
"Ya, Kak. Tapi, Pilo adalah satu-satunya, kenangan yang di tinggalkan oleh mendiang ibu," ucap Arya kepada Arga sang kakak. Kedua anak laki-laki ini, seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah. Tapi, keadaan ayah mereka yang lumpuh membuat keduanya putus sekolah dan memilih kerja serabutan.
Kembali lagi kepada, Rozi dan Pilo.
Rozi mulai memindai tubuh kucing tersebut. Dan berfokus membaca memorinya. Sehingga, pada saat ini ... gambar demi gambar sedang berkelebat cepat di depan mata Rozi.
"Perjuanganmu ternyata benar-benar, berat untuk sampai kesini. Ayo, aku antar kau ke rumah. Pemilikmu pasti sedang kebingungan saat ini." Mendengar kata Rozi pada kalimat terakhirnya, Pilo langsung menundukkan kepalanya. Hewan itu, sedang menyesali tindakannya.
Setelah mengetahui beberapa tempat yang di lalui hewan berbulu awal itu. Pemuda ini pun kembali menyusuri jalan yang sebelumnya. Mereka melewati pasar, jalan raya, lokasi penggalian saluran air. Kemudian berakhir di sebuah kampung perumahan warga biasa.
Pilo sempat mengeong kencang saat mereka melewati gang. "Jadi, kau sempat di kejar anjing liar ketika lewat tempat ini dua hari yang lalu? Kasian," decak Rozi. Hingga, tiba-tiba langkahnya terhenti karena Pilo telah melompat dari gendongannya dan berlari menuju rumah di ujung sana.
Sebuah rumah sederhana dengan pekarangan yang tak seberapa luas. Nampak, seorang pemuda yang sedang mengelap etalase kecil, kedua matanya berbinar ketika mendapati Pilo berlari ke arahnya.
"Pilo! Kucing nakal! Kau kemana saja, hah!" pekik Arya terlihat marah campur khawatir.
"Sudah jangan dimarahi, yang penting dia sudah kembali," ucap Arga ikutan mengelus punggung Pilo. Hewan berbulu tersebut pun memejamkan matanya menikmati kasih datang tulus dari kedua manusia yang tidak memiliki orang tua lengkap ini.
[ Selamat. ]
[ Anda berhasil mengerjakan misi, dan mendapatkan hadiah lima ribu koin, Tuan. ]
[ Silakan terima hadiah anda. Dengan mengklik gambar koin. ]
Rozi langsung menekan tombol yang terpampang dari layar biru transparan di hadapan.
Rozi langsung menekan tanda tukar, agar koin koin itu berubah menjadi uang senilai lima puluh juta dan langsung masuk ke saldonya. Senyum, Rozi lantas mengembang karena saldonya bertambah lagi.
[ Saldo anda bertambah kini menjadi 162. 500. 000. ]
[ Kekuatan anda juga bertambah lima belas persen. ]
Rozi makin tersenyum karena ia telah bertambah kuat. Tenaganya yang terkuras ketika menggunakan Avatar dewa binatang telah kembali.
"Jadi benar, ini rumah kau, Pilo?" tanya Rozi, seraya melangkah mendekat. Hal itu membuat kedua remaja yang asik mengusap bulu halus kucing tersebut menoleh cepat ke arah sumber suara.
"Jadi, Abang yang sudah menemukan kucing kami?" tanya Arga sopan seraya mendekat dan menjabat tangan Rozi.
Karena, Rozi masih mengenakan kaca mata Spy. Maka dia tau jika di dalam rumah itu terdapat pria tua yang tergeletak lemah di atas kasur. Di dapur mereka juga hanya terdapat sedikit sekali makanan. Hal, itu membuat Rozi teringat akan nasib dirinya dulu.
Rozi juga memindai memory dua remaja di hadapannya. Dan, hanya kesedihan dan luka yang ia dapat. "Sial! Ternyata bukan hanya aku yang nasibnya menyedihkan. Setidaknya mereka masih memiliki satu sama lain, untuk saling menguatkan," gumam Rozi pelan.
"Kenalkan namaku Rozi Dekheel. Apa kalian butuh pekerjaan?" tanya Rozi langsung pada Arga, sambil melirik ke arah Arya. Hingga, remaja itu juga maju dan menyalaminya.
"Aku Arya, Bang. Benar kaki membutuhkan pekerjaan. Karena jualan kami setiap hari semakin sepi," jelas Arya remaja yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas satu SMU saja. Sementara Arga, sempat naik ke kelas tiga dan terpaksa berhenti juga.
"Kebetulan, saya sedang membutuhkan karyawan yang bisa membantu usaha franchise saya. Satu lagi, jangan panggil Abang. Aku masih remaja seperti kalian," jelas Rozi. Kedua kakak beradik tersebut saling pandang dan langsung menjawab bersamaan.
"Kami mau!"
"Baiklah, tapi saya belum bisa memberikan gaji yang besar atau sesuai dengan upah minimum regional. Tapi itu bukan tidak akan. Karena, usaha ini juga baru merintis sejak awal. Bagaimana? Kalian masih tertarik?" tawar Rozi serius dan penuh harap.
Kedua remaja laki-laki di hadapannya langsung mengangguk dengan senyum lebar di wajah mereka.
Rozi pun ikut masuk kedalam rumah, untuk membantu keduanya meminta ijin dan restu dari sang ayah.
Rozi tersenyum lega, ketika pria yang tengah duduk di atas kursi roda itu menyetujui keinginan kedua putranya. Setidaknya pria pria itu masih bisa melakukan kegiatannya sendirian meski tak bisa lagi berjalan.
"Kita deal!"
"Deal!" ucap Arga dan Arya bersamaan.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nurmiahana Nana
Thor 🙏 ya perhatikan tulisan banyak ejaan yg Salah 🤗
2023-09-07
0
Inyoman Raka
kan punya dew obat sembuhkan lah bapakny dulu
2023-08-27
0
Ra dhiraemon
*Jantan
2023-06-06
0