Bab 4 Pacaran?

"Pacaran?" celetuk Hani yang terkejut mendengar pertanyaan Abhiyasa padanya.

Abhiyasa terkekeh melihat ekspresi kaget Hani yang terlihat menggemaskan baginya. Kemudian dia berkata,

"Aku tau pasti kamu gak akan mau karena kita baru saja kenal."

Hani tersenyum menanggapi perkataan Abhiyasa seolah dia membenarkan perkataan Abhiyasa.

"Kamu seperti cenayang saja," ucap Hani sambil terkekeh.

Abhiyasa pun terkekeh mendengar candaan Hani padanya. Kemudian dia berdiri dan berkata,

"Kita pindah di meja yang ada di taman saja, sepertinya lebih segar di sana."

Hani menganggukkan kepalanya dan ikut beranjak dari duduknya. Mereka berdua jalan beriringan menuju meja yang berada di taman resto tersebut.

Pesanan Abhiyasa datang terlebih dahulu, selang beberapa saat, pesanan Hani pun tiba. Mereka makan diselingi candaan yang membuat mereka semakin lama semakin akrab.

Tiba-tiba saja terdengar suara adzan yang mengalun dengan merdu di telinga setiap orang yang mendengarnya.

"Emmm… Hani, kamu tunggu sebentar ya. Aku akan shalat terlebih dahulu di mushola resto ini," ucap Abhiyasa sambil beranjak dari duduknya.

"Eh i-iya silahkan," tukas Hani sedikit gugup.

Hani melihat punggung Abhiyasa yang berjalan menjauhinya. Dalam hati dia berkata,

Ternyata kita tidak seiman. Rasanya akan semakin sulit aku mendapatkan kamu.

Hani tersenyum getir menyadari jika hatinya yang baru saja merasakan tertarik pada seorang laki-laki, kini harus mengakui jika perasaannya itu tidak akan bisa terwujud.

Di sela kegiatannya untuk menunggu Abhiyasa, seperti biasanya, dia menyempatkan diri untuk selfie di depan kamera ponselnya. Dia hanya mencoba mengalihkan rasa kecewanya dengan hal lain agar tidak kembali teringat dan merasakan kekecewaan.

Setelah beberapa saat, Abhiyasa kembali dari shalatnya. Wajahnya terlihat segar karena air wudhu yang masih membekas di wajahnya.

Hani membalas senyuman Abhiyasa yang berjalan ke arahnya seraya tersenyum padanya.

"Masih mau di sini atau pindah ke tempat lain?" tanya Abhiyasa ketika sudah duduk di hadapan Hani.

"Terserah kamu saja. Aku biasanya menghabiskan waktu liburanku di luar rumah. Karena aku kesepian di tempatku saat ini," jawab Hani sambil mengaduk-aduk minumannya.

Abhiyasa menatapnya dengan heran seraya berkata,

"Kamu tinggal sendirian?"

Hani menganggukkan kepalanya untuk membenarkan pertanyaan yang diajukan Abhiyasa padanya.

"Jarak antara rumah orang tuaku dengan kantorku kurang lebih dua jam. Terlalu jauh, jadi aku memutuskan untuk tinggal sendiri di daerah sini," jelas Hani pada Abhiyasa.

Abhiyasa mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata,

"Supaya gak telat?"

"Yup, anda benar sekali," jawab Hani sambil terkekeh.

Abhiyasa ikut terkekeh dan mereka larut dalam obrolan yang mereka buat hingga waktu terasa berjalan dengan cepat.

"Kamu yakin gak mau di antar?" tanya Abhiyasa sebelum naik di atas motornya.

Hani menggelengkan kepalanya seolah menolak keinginan Abhiyasa untuk mengantarnya pulang.

Abhiyasa menganggukkan kepalanya dan berkata,

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

Setelah mengatakan itu, Abhiyasa menaiki motornya dan segera meninggalkan tempat tersebut tanpa bertanya kembali pada Hani.

Hani hanya menatap nanar punggung Abhiyasa yang melaju dengan motornya meninggalkannya. Dia menghela nafasnya dan terlihat lesu seolah kehilangan harapan.

"Kata kamu kalau kita bertemu tiga kali tanpa disengaja, itu tandanya jodoh. Kamu bohong Abhi. Ada tembok penghalang yang sangat besar untuk kita bersatu," gumam Hani yang melihat motor Abhiyasa perlahan menghilang dari pandangannya.

Hani berjalan lesu masuk ke dalam mobilnya. Hari ini matanya terbuka lebar jika dia harus menerima kenyataan jika keinginannya tidak bisa semuanya dengan mudah didapatkannya.

Menurut Hani, Abhiyasa seorang laki-laki muslim yang taat pada agamanya. Dia bisa melihat dengan jelas tatkala dia mendengar suara adzan dan menyegerakan shalatnya.

Hani yakin jika mereka bersatu, Abhiyasa tidak akan mau berpindah agama mengikutinya. Begitu pula dengan Hani, dia tidak mungkin keluar dari agamanya karena papanya seorang pemuka agama.

Benar-benar susah menurutnya jika mereka memutuskan untuk bersama. Apabila mereka akan melanjutkan ke jenjang pernikahan, harus ada yang bisa mengalah. Artinya salah satu dari mereka harus merubah keyakinan mereka untuk mengikuti pasangannya. Dan itu sangat sulit sekali.

Sedangkan jika hanya sekedar berpacaran saja, Hani yakin dia tidak bisa jika merasakan sakit hati. Dia tidak siap akan hal itu.

Kini Hani hanya pasrah dengan keadaan. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia menoleh ke arah kursi belakang mobilnya dan melihat jaket serta payung milik Abhiyasa yang diberikan padanya saat itu.

"Aku lupa untuk mengembalikannya. Apa aku harus menghubunginya kembali untuk mengembalikannya?" gumam Hani yang masih menatap jaket serta payung milik Abhiyasa.

"Ck, gara-gara mobil ini masih di bengkel sih waktu itu, jadi aku harus berteduh dan bertemu dengan Abhiyasa," gumam Hani kembali disertai helaan nafasnya yang lesu.

Hani menggeleng-gelengkan kepalanya dan dia berkata,

"Sudahlah Hani. Jalani hari-hari mu seperti sebelumnya tanpa ada rasa suka atau pun cinta pada lawan jenismu, agar aman dari rasa sakit hati."

Dilajukannya mobil itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Antara rasa sedih, kesal dan kecewa.

Sesampainya di rumah, Ada sebuah notifikasi pesan yang menyebutkan jika rumah milik Hani sudah selesai dan siap dihuni.

Bibir Hani melengkung ke atas membaca pesan tersebut. Pandangan matanya menyusuri ruangan yang sedang dihuninya saat ini dan berkata,

"Sepertinya sudah saatnya aku meninggalkan kontrakan ini dan menempati rumahku sendiri."

Hani segera merapikan semua barangnya ke dalam box barang dan menumpuknya di pojok ruangan agar bisa dengan mudah diambil tukang pindah barang yang akan disewanya. 

Setelah merapikan semuanya, Hani mencari jasa pindah barang untuk membantunya mengangkut semua barang pindahannya.

Dia tersenyum lega setelah mendapatkan balasan dari pemilik jasa layanan perpindahan rumah atau barang itu. 

Setelah itu dia berbaring di tempat tidurnya dan mencoba memejamkan matanya berharap agar semua kekhawatirannya bisa hilang dari pikirannya.

Keesokan harinya, Hani sudah bersiap untuk kepindahannya. Dia menunggu orang dari jasa pindah barang yang semalam telah dihubunginya.

Lama dia menunggu, tapi tidak ada seorang pun yang datang dari pihak jasa pindah barang tersebut.

Bahkan Hani sudah berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. 

"Sudah dua jam. Harus berapa lama lagi aku menunggunya?" Hani menggerutu sambil berkali-kali keluar dari rumahnya untuk melihat kedatangan dari pihak jasa barang yang dihubunginya kemarin.

Hani melihat sekitar depan rumahnya dan dia tidak mendapati siapa pun di sana. Diambilnya ponsel dari dalam tasnya untuk menghubungi pihak dari jasa perpindahan barang.

"Apa? Bagaimana bisa Bapak tidak menghubungi saya? Saya tidak bisa menunggu besok Pak. Besok saya harus kerja dan sekarang saya sedang libur Pak," omel Hani pada seseorang di balik telepon itu.

Terdengar suara laki-laki yang sedang memberikan alasannya pada Hani. Pihak dari jasa perpindahan barang itu masih saja membela dirinya.

"Apa Bapak pikir hanya Bapak yang mempunyai keperluan? Saya juga Pak. Saya tidak bisa menunggu lagi. Saya batalkan pesanan saya!" ucap Hani dengan tegas dan terkesan marah.

Hani mengacak-acak rambutnya dan terlihat sangat frustasi seraya berkata,

"Lalu siapa yang akan menolongku memindahkan semua barang-barang ini?"

Tiba-tiba saja ada suara dering dari ponsel Hani. Dia melihat ke arah ponselnya yang tadi dilemparkannya ke tempat tidurnya karena sedang kesal.

Kini dia berjalan mendekati tempat tidurnya seraya berkata,

"Siapa yang menghubungiku di saat seperti ini?"

Episodes
1 Bab 1 Hujan perkenalan
2 Bab 2 Sengaja?
3 Bab 3 Tidak sengaja
4 Bab 4 Pacaran?
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Pencuri
7 Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8 Bab 8 Tolong aku
9 Bab 9 Makan siang spesial
10 Bab 10 Kejutan
11 Bab 11 Bertemu dengannya
12 Bab 12 Malu
13 Bab 13 Cinta
14 Bab 14 Selalu terbayang
15 Bab 15 Cobaan di pagi hari
16 Bab 16 Takut khilaf
17 Bab 17 Permohonan
18 Bab 18 Tidak menyerah
19 Bab 19 Hani atau Honey?
20 Bab 20 Galau
21 Bab 21 Tidak bisa fokus
22 Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23 Bab 23 Rindu
24 Bab 24 Pacar?
25 Bab 25 Pacarku
26 Bab 26 Cinta?
27 Bab 27 Rencana Aulia
28 Bab 28 Bertemu mereka
29 Bab 29 Perkenalan
30 Bab 30 Malu
31 Bab 31 Kesal
32 Bab 32 Gagal
33 Bab 33 Kapan nikah?
34 Bab 34 Mencari tahu
35 Bab 35 Bertemu dengannya
36 Bab 36 Curiga
37 Bab 37 Pesona Hani
38 Bab 38 Penasaran
39 Bab 39 Kekecewaan Hani
40 Bab 40 Bisakah?
41 Bab 41 Perasaan rindu
42 Bab 42 Keinginan hati Hani
43 Bab 43 Bagian dari keluarga
44 Bab 44 Gundah
45 Bab 45 Keputusan Hani
46 Bab 46 Usaha Hani
47 Bab 47 Upaya
48 Bab 48 Keputusan
49 Bab 49 Perjuangan Hani
50 Bab 50 Keikhlasan
51 Bab 51 Siap?
52 Bab 52 Terciduk
53 Bab 53 Kejutan
54 Bab 54 Seandainya...
55 Bab 55 Hari baru
56 Bab 56 Restu
57 Bab 57 Temu kangen
58 Bab 58 Pasangan kekasih
59 Bab 59 Air mata kebahagiaan
60 Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61 Bab 61 Terima atau tidak?
62 Bab 62 Sah!
63 Bab 63 Jagoan tampan
64 Season 2
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 Hujan perkenalan
2
Bab 2 Sengaja?
3
Bab 3 Tidak sengaja
4
Bab 4 Pacaran?
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Pencuri
7
Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8
Bab 8 Tolong aku
9
Bab 9 Makan siang spesial
10
Bab 10 Kejutan
11
Bab 11 Bertemu dengannya
12
Bab 12 Malu
13
Bab 13 Cinta
14
Bab 14 Selalu terbayang
15
Bab 15 Cobaan di pagi hari
16
Bab 16 Takut khilaf
17
Bab 17 Permohonan
18
Bab 18 Tidak menyerah
19
Bab 19 Hani atau Honey?
20
Bab 20 Galau
21
Bab 21 Tidak bisa fokus
22
Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23
Bab 23 Rindu
24
Bab 24 Pacar?
25
Bab 25 Pacarku
26
Bab 26 Cinta?
27
Bab 27 Rencana Aulia
28
Bab 28 Bertemu mereka
29
Bab 29 Perkenalan
30
Bab 30 Malu
31
Bab 31 Kesal
32
Bab 32 Gagal
33
Bab 33 Kapan nikah?
34
Bab 34 Mencari tahu
35
Bab 35 Bertemu dengannya
36
Bab 36 Curiga
37
Bab 37 Pesona Hani
38
Bab 38 Penasaran
39
Bab 39 Kekecewaan Hani
40
Bab 40 Bisakah?
41
Bab 41 Perasaan rindu
42
Bab 42 Keinginan hati Hani
43
Bab 43 Bagian dari keluarga
44
Bab 44 Gundah
45
Bab 45 Keputusan Hani
46
Bab 46 Usaha Hani
47
Bab 47 Upaya
48
Bab 48 Keputusan
49
Bab 49 Perjuangan Hani
50
Bab 50 Keikhlasan
51
Bab 51 Siap?
52
Bab 52 Terciduk
53
Bab 53 Kejutan
54
Bab 54 Seandainya...
55
Bab 55 Hari baru
56
Bab 56 Restu
57
Bab 57 Temu kangen
58
Bab 58 Pasangan kekasih
59
Bab 59 Air mata kebahagiaan
60
Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61
Bab 61 Terima atau tidak?
62
Bab 62 Sah!
63
Bab 63 Jagoan tampan
64
Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!