Polisi Tampan Dan Banker Cantik

Polisi Tampan Dan Banker Cantik

Bab 1 Hujan perkenalan

Suara petir yang menggelegar di sore hari itu membuat seorang gadis cantik dengan pakaian minim yang membalut tubuhnya merasa kedinginan.

Kedua tangannya menyilang untuk memeluk dirinya sendiri dan mengusap-usap lengannya agar hawa dingin yang menerpa kulitnya bisa sedikit memudar.

Giginya sedikit bergemeletuk dan kedua kakinya bergerak-gerak untuk mengurangi hawa dingin yang sedang dirasanya.

Gadis tersebut duduk sendiri di halte bus untuk berteduh dari derasnya hujan badai yang disertai petir.

"Kenapa tiba-tiba hujannya mengerikan seperti ini?" ucap gadis cantik itu yang masih dengan kegiatannya untuk mengurangi hawa dingin yang menerpa kulitnya.

Tiba-tiba seorang laki-laki dengan membawa payung berlari menuju halte bus tersebut dan berteduh di sana.

Kini mereka hanya berdua di halte tersebut. Laki-laki itu berada jauh dari gadis cantik yang sedang sibuk menghangatkan badannya.

Namun, hujan badai itu membuat angin yang kencang menerpa tubuh laki-laki yang berdiri di tepi halte tersebut, sehingga laki-laki itu bergerak lebih menengah.

"Kenapa berteduh kalau kamu membawa payung?" tanya gadis cantik itu mengawali percakapan mereka.

Laki-laki itu menoleh ke arah samping. Dia melihat gadis yang bertanya padanya itu sedang duduk dengan tangan serta kakinya yang selalu bergerak-gerak.

Laki-laki itu pun duduk di samping gadis cantik itu dengan jarak yang lumayan jauh. Kemudian dia berkata,

"Sekarang sedang hujan badai, anginnya kencang, percuma saja jika aku memakai payung tapi badanku jadi basah semua."

Gadis itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya, menyetujui ucapan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu sedikit melirik gadis cantik tersebut, kemudian dia kembali menatap lurus ke depan dan berkata,

"Apa kamu tidak kedinginan memakai pakaian yang seperti itu?"

"Tentu saja aku kedinginan. Apa kamu tidak lihat jika aku sekarang berusaha mengurangi rasa dinginnya?"sahut gadis cantik itu dengan suara sedikit gemetar karena kedinginan.

Laki-laki tersebut melepas jaket yang dipakainya dan mengulurkannya pada gadis cantik itu seraya berkata,

"Pakailah. Dan jangan pernah lagi memakai pakaian seperti itu di luar rumah. Pakaian itu sangat berbahaya untuk gadis cantik sepertimu."

Seketika gadis cantik itu tersenyum senang dan matanya berbinar menerima jaket tersebut dan berkata,

"Terima kasih. Namaku Hani. Nama kamu siapa?" 

Laki-laki tersebut beranjak dari duduknya dan berkata, 

"Namaku Abhiyasa. Cepatlah pulang, gunakan jaket dan payung itu mumpung hujan sudah sedikit reda."

"Bagaimana aku mengembalikannya? Di mana rumahmu? Setidaknya beritahu aku nomor HP mu!" teriak Hani ketika Abhiyasa sudah berlari menembus hujan tanpa menanggapi teriakan dari Hani yang masih berada di halte bus tersebut.

Hani tersenyum melihat payung yang bersandar di kursi halte itu dan jaket yang ada di tangannya.

"Abhiyasa. Semoga kita bisa bertemu kembali," ucap Hani diiringi senyumnya mengingat wajah tampan Abhiyasa.

Sedangkan Abhiyasa, dia berlari sambil tersenyum menerjang hujan yang sudah sedikit reda dan berkata dalam hatinya,

Hani. Nama yang cantik seperti orangnya.

Di halte bus itu, Hani menggunakan jaket milik Abhiyasa dan memakai payung yang ditinggalkan oleh Abhiyasa untuknya. Dia menuruti perintah laki-laki yang baru saja dikenalnya itu untuk segera pulang saat itu juga.

Hari berganti hari sejak pertemuan Abhiyasa dengan Hani. Mereka tidak bertemu kembali. Hanya kenangan yang sekilas itu saja masih membekas di hati dan ingatan mereka.

Entah apa yang mereka rasakan, mereka juga tidak tahu. Apakah mereka saling tertarik atau hanya sekedar senang bertemu dengan lawan jenis yang berwajah rupawan saat itu.

"Mana jaketku? Bukannya biasanya aku letakkan di sini?" Abhiyasa bertanya-tanya sambil mencari-cari jaket di gantungan bajunya.

Selama beberapa saat dia kebingungan mencari jaket tersebut, tiba-tiba dia berhenti mencari dan mengambil jaket lain miliknya yang tergantung di dalam lemarinya.

Abhiyasa kembali tersenyum ketika menyadari kebodohannya mencari jaket miliknya yang diberikan pada Hani.

"Yasa… Yasa… kenapa kamu jadi bodoh seperti ini?" ucap Abhiyasa sambil terkekeh.

Setelah itu dia keluar dari rumahnya untuk berangkat bekerja. Hari-harinya masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada pacar dan masih sibuk dengan pekerjaannya.

Selama ini dia bertemu dengan banyak perempuan, sayangnya masih belum ada yang mampu memikat hatinya. Tapi kali ini wajah Hani selalu mengusiknya.

Bukan karena Hani sedang menggunakan pakaian minim saat itu, Abhiyasa sendiri tidak mengetahui mengapa wajah Hani selalu terbayang di pelupuk matanya. Bahkan Abhiyasa tidak memandang ke arah Hani saat itu. Dia masih memiliki iman yang harus menjaga pandangannya pada perempuan, terutama yang berpakaian minim seperti Hani pada saat itu.

...----------------...

Siang itu, Abhiyasa menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke sebuah bank. Terlihat banyak orang yang sedang menunggu di dalam bank tersebut.

"Nomor antrian sepuluh, Customer service satu."

Terdengar suara yang memanggil nomor antrian di sebuah bank.

"Selamat pagi, dengan saya Hani bisa dibantu?" sapa seorang banker perempuan yang bertugas sebagai customer service hari ini.

"Selamat pagi. Saya ingin memperbarui kartu atm saya," ucap Abhiyasa menjawab sapaan customer service tersebut.

Customer service tersebut menatap Abhiyasa seolah terpanah padanya. Beberapa detik kemudian dia tersenyum dan berkata,

"Abhiyasa," ucap customer service tersebut membaca name tag Abhiyasa yang ada pada seragamnya.

"Kamu Abhiyasa yang menolong saya waktu itu kan?" tanya customer service tersebut dengan sangat antusias.

Abhiyasa tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya berkata,

"Apa kabar Hani?"

"Baik. Kabarku baik. Kamu masih ingat namaku ternyata," jawab Hani sambil terkekeh.

"Itu," tukas Abhiyasa sambil menunjuk name tag Hani yang tersemat di bajunya.

Seketika senyum Hani sedikit memudar. Dia menggerutu dalam hatinya,

Sialan, aku kira dia masih ingat namaku seperti aku yang masih mengingat namanya. Bahkan wajahnya saja aku masih ingat jelas.

"Maaf, apa bisa saya meminjam buku tabungan dam kartu identitasnya?" tanya Hani sembari tersenyum seperti biasanya dia menghadapi customer lainnya.

Abhiyasa menyerahkan buku tabungannya pada Hani. Setelah itu dia mengambil kartu identitasnya dari dompetnya dan memberikannya pada Hani.

Hani segera memprosesnya. Jari lentiknya menekan keyboard untuk memasukkan data-data milik Abhiyasa ke dalam komputer seraya berkata,

"Ternyata kamu seorang polisi. Pantas saja kamu menolongku waktu itu."

"Aku menolong mu bukan karena aku polisi. Aku hanya tidak mau seorang gadis cantik yang menggunakan pakaian minim, mati kedinginan atau diganggu oleh laki-laki tidak bermoral di luaran sana," sahut Abhiyasa sambil terkekeh.

Hani menghentikan gerakannya. Dia menatap kesal pada laki-laki yang ada di hadapannya itu seraya berkata,

"Ck, kenapa tidak mengaku saja jika kamu tertarik padaku."

Abhiyasa menahan tawanya. Dia merasa jika gadis di hadapannya ini mempunyai sifat lain dari gadis-gadis lain yang ada di sekitarnya.

"Lain kali jangan menggunakan pakaian seperti itu. Bahaya jika ada yang khilaf," tutur Abhiyasa disertai senyumnya.

Hani kembali menggerakkan kembali jari-jarinya dengan lihai di atas keyboard seraya berkata,

"Khilaf kenapa?"

"Menerkam kamu," sahut Abhiyasa sambil terkekeh.

Hani menatap Abhiyasa dan berkata sambil terkekeh,

"Memangnya kamu macan bisa menerkam?"

Abhiyasa pun terkekeh mendengar gurauan Hani. Kini dia merasa lebih rileks berbicara pada Hani yang menggunakan pakaian seragam tertutup. Berbeda dengan pakaiannya saat itu yang membuatnya harus menghadap ke lain arah ketika berbicara dengannya.

"Ini kartu atm nya sudah saya aktifkan. Silahkan ganti pin nya di atm," ucap Hani sambil menyerahkan kartu atm milik Abhiyasa yang baru.

Abhiyasa pun menerima kartu atm tersebut seraya berkata,

"Terima kasih. Jika kita bertemu lagi untuk yang ketiga kalinya, mungkin kita berjodoh. Tapi aku harap kamu tidak menggunakan pakaian yang seperti pada waktu itu." 

Abhiyasa pun terkekeh sambil beranjak dari duduknya meninggalkan Hani yang masih tertegun mendengar perkataan Abhiyasa.

Beberapa detik kemudian, Hani tersadar. Matanya terkunci pada buku tabungan serta kartu identitas milik Abhiyasa yang belum dikembalikan padanya. 

"Bagaimana ini? Bagaimana caranya aku mengembalikannya?" ucap Hani sambil melihat buki tabungan serta kartu identitas milik Abhiyasa yang ada di tangannya.

Episodes
1 Bab 1 Hujan perkenalan
2 Bab 2 Sengaja?
3 Bab 3 Tidak sengaja
4 Bab 4 Pacaran?
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Pencuri
7 Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8 Bab 8 Tolong aku
9 Bab 9 Makan siang spesial
10 Bab 10 Kejutan
11 Bab 11 Bertemu dengannya
12 Bab 12 Malu
13 Bab 13 Cinta
14 Bab 14 Selalu terbayang
15 Bab 15 Cobaan di pagi hari
16 Bab 16 Takut khilaf
17 Bab 17 Permohonan
18 Bab 18 Tidak menyerah
19 Bab 19 Hani atau Honey?
20 Bab 20 Galau
21 Bab 21 Tidak bisa fokus
22 Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23 Bab 23 Rindu
24 Bab 24 Pacar?
25 Bab 25 Pacarku
26 Bab 26 Cinta?
27 Bab 27 Rencana Aulia
28 Bab 28 Bertemu mereka
29 Bab 29 Perkenalan
30 Bab 30 Malu
31 Bab 31 Kesal
32 Bab 32 Gagal
33 Bab 33 Kapan nikah?
34 Bab 34 Mencari tahu
35 Bab 35 Bertemu dengannya
36 Bab 36 Curiga
37 Bab 37 Pesona Hani
38 Bab 38 Penasaran
39 Bab 39 Kekecewaan Hani
40 Bab 40 Bisakah?
41 Bab 41 Perasaan rindu
42 Bab 42 Keinginan hati Hani
43 Bab 43 Bagian dari keluarga
44 Bab 44 Gundah
45 Bab 45 Keputusan Hani
46 Bab 46 Usaha Hani
47 Bab 47 Upaya
48 Bab 48 Keputusan
49 Bab 49 Perjuangan Hani
50 Bab 50 Keikhlasan
51 Bab 51 Siap?
52 Bab 52 Terciduk
53 Bab 53 Kejutan
54 Bab 54 Seandainya...
55 Bab 55 Hari baru
56 Bab 56 Restu
57 Bab 57 Temu kangen
58 Bab 58 Pasangan kekasih
59 Bab 59 Air mata kebahagiaan
60 Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61 Bab 61 Terima atau tidak?
62 Bab 62 Sah!
63 Bab 63 Jagoan tampan
64 Season 2
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 Hujan perkenalan
2
Bab 2 Sengaja?
3
Bab 3 Tidak sengaja
4
Bab 4 Pacaran?
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Pencuri
7
Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8
Bab 8 Tolong aku
9
Bab 9 Makan siang spesial
10
Bab 10 Kejutan
11
Bab 11 Bertemu dengannya
12
Bab 12 Malu
13
Bab 13 Cinta
14
Bab 14 Selalu terbayang
15
Bab 15 Cobaan di pagi hari
16
Bab 16 Takut khilaf
17
Bab 17 Permohonan
18
Bab 18 Tidak menyerah
19
Bab 19 Hani atau Honey?
20
Bab 20 Galau
21
Bab 21 Tidak bisa fokus
22
Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23
Bab 23 Rindu
24
Bab 24 Pacar?
25
Bab 25 Pacarku
26
Bab 26 Cinta?
27
Bab 27 Rencana Aulia
28
Bab 28 Bertemu mereka
29
Bab 29 Perkenalan
30
Bab 30 Malu
31
Bab 31 Kesal
32
Bab 32 Gagal
33
Bab 33 Kapan nikah?
34
Bab 34 Mencari tahu
35
Bab 35 Bertemu dengannya
36
Bab 36 Curiga
37
Bab 37 Pesona Hani
38
Bab 38 Penasaran
39
Bab 39 Kekecewaan Hani
40
Bab 40 Bisakah?
41
Bab 41 Perasaan rindu
42
Bab 42 Keinginan hati Hani
43
Bab 43 Bagian dari keluarga
44
Bab 44 Gundah
45
Bab 45 Keputusan Hani
46
Bab 46 Usaha Hani
47
Bab 47 Upaya
48
Bab 48 Keputusan
49
Bab 49 Perjuangan Hani
50
Bab 50 Keikhlasan
51
Bab 51 Siap?
52
Bab 52 Terciduk
53
Bab 53 Kejutan
54
Bab 54 Seandainya...
55
Bab 55 Hari baru
56
Bab 56 Restu
57
Bab 57 Temu kangen
58
Bab 58 Pasangan kekasih
59
Bab 59 Air mata kebahagiaan
60
Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61
Bab 61 Terima atau tidak?
62
Bab 62 Sah!
63
Bab 63 Jagoan tampan
64
Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!