Bab 3 Tidak sengaja

Kini Hani duduk dengan berwajah kesal di hadapan Abhiyasa yang tersenyum manis padanya.

Hani kesal dengan Abhiyasa yang seenaknya saja memotong laju mobilnya, sehingga dia terpaksa mengikuti Abhiyasa yang berbelok menuju resto yang menyajikan makanan rumahan.

"Ck, padahal aku kan ingin makan pasta," gerutu Hani di depan Abhiyasa yang sedang menyeruput minumannya.

Uhuuuk… uhuuuk…

Abhiyasa tersedak minumannya mendengar gerutuan dari Hani yang menatap tajam padanya.

"Maaf, aku kan gak tau kalau kamu ingin makan pasta. Kamu gak ngomong sih tadi," ucap Abhiyasa sambil mengusap mulutnya menggunakan tisu.

"Gimana bisa ngomong, kamunya aja langsung ngarahin ke sini," sahut Hani tidak terima disalahkan oleh Abhiyasa.

Abhiyasa tersenyum lebar pada Hani yang sedang mengerucutkan bibirnya karena kesal padanya. Kemudian dia berkata,

"Ya sudah, makan dulu saja makanan ini. Habis ini aku traktir kamu makan pasta di tempat favorit kamu."

Hani menghela nafasnya, kemudian dia mengaduk-aduk makanannya dan berkata,

"Lain kali saja. Sebentar lagi aku harus ke gereja."

Seketika Abhiyasa kembali tersedak mendengar perkataan Hani. Seketika raut kekecewaan tersirat dari wajah Abhiyasa.

Ternyata dia bukan seorang muslim, Abhiyasa berkata dalam hatinya.

Suasana berbeda jauh dari sebelumnya. Kini mereka makan dalam keadaan diam. Mereka berdua larut dalam pikirannya masing-masing.

Sayang sekali kami berbeda keyakinan. Seandainya keyakinan kami sama, mungkin kami bisa menjalin hubungan yang lebih serius nantinya, Abhiyasa berkata dalam hatinya.

Abhi kenapa ya? Apa dia tersinggung dengan ucapanku? Emang dasar ini mulut kadang suka kelepasan, batin Hani sambil makan dan melirik Abhiyasa.

Akhirnya mereka menghabiskan makan mereka dengan diam, tanpa obrolan seperti tadi.

"Abhi, aku pulang dulu ya. Terima kasih traktirannya," ucap Hani setelah Abhiyasa membayar makanan mereka di kasir.

Abhiyasa tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya berkata,

"Lain kali kamu harus mentraktirku."

"Ternyata kamu perhitungan sekali. Tenang saja, karena aku akan mentraktir kamu sesuai dengan keinginanmu," sahut Hani sambil terkekeh.

"Aku pegang janjimu Hani," tukas Abhiyasa sambil menangkap angin di depan bibir Hani dan memasukkan ke dalam sakunya.

Sontak saja Hani tertawa terbahak-bahak melihat guyonan dari Abhiyasa. Setelah itu dia berjalan menuju mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah Abhiyasa yang berdiri tidak jauh darinya.

"Apa perlu aku antar? Aku ikuti dari belakang mobilmu," ucap Abhiyasa tanpa membalas lambaian tangan dari Hani.

Hani menggelengkan kepalanya. Dia menolak niat baik Abhiyasa untuk mengantarnya.

"Kenapa? Apa kamu takut jika aku akan datang ke rumahmu?" tanya Abhiyasa sambil terkekeh.

Hani tersenyum dan kembali menggelengkan kepalanya seraya berkata,

"Aku ingin tau. Apa kita nantinya akan kembali bertemu secara kebetulan? Seperti kemarin-kemarin. Dua kali kita bertemu secara kebetulan. Dan menurutku itu lebih bermakna."

Abhiyasa pun tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Hani. Kemudian dia berkata,

"Apa kamu mau taruhan denganku?" 

Hani mengernyitkan dahinya dan menatap Abhiyasa dengan tatapan penuh tanya.

"Taruhan apa?" tanya Hani dengan rasa penasarannya.

"Jika kita bertemu lagi, berarti kita jodoh. Apa itu artinya kita pacaran?" ucap Abhiyasa disertai kekehannya.

Hani tersipu malu mendengar perkataan dari Abhiyasa. Dia tidak mengira jika hanya dengan mendengar ucapan Abhiyasa yang seperti itu bisa membuatnya tersipu malu.

"Aku berangkat sekarang," ucap Hani menutupi kegugupannya.

Abhiyasa menganggukkan kepalanya dan berkata,

"Hati-hati. Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Hani tersenyum serta menganggukkan kepalanya seraya berkata,

"Kamu juga hati-hati."

"Tenang saja, aku setia kok sama kamu," canda Abhiyasa sambil terkekeh.

Hani kembali tersipu dan dengan segera dia masuk ke dalam mobilnya. Dia baru ingat kembali jika harus segera menuju tempat ibadahnya.

"Gawat, kenapa aku bisa lupa jika harus ke gereja? Pasti Papa akan marah jika tidak melihatku di sana. Bodohnya aku… hanya gara-gara ngobrol bersama dengan Abhiyasa saja membuatku melupakan kewajibanku. Maafkan aku Tuhan…," cerocos Hani sambil mengemudikan mobilnya keluar parkiran.

Abhiyasa hanya tersenyum melihat kepergian mobil Hani. Dia menertawakan kebodohannya yang lagi-lagi menggoda Hani hingga wajahnya merona karena malu.

Dia pun mengemudikan motor sport nya menuju rumahnya yang sebenarnya terletak tidak jauh dari tempat itu.

...----------------...

Keesokan harinya, Abhiyasa menjalani harinya seperti hari-hari sebelumnya. Dia masih sibuk dengan pekerjaannya. 

Sore ini, selepas dia pulang dari bekerja, Abhiyasa melewati jalan lain. Jalan yang biasanya dilewatinya sedang ditutup karena ada perbaikan jalan.

Tiba-tiba motornya berhenti. Dia menoleh ke arah seberang jalan dan memperhatikan bangunan yang bertuliskan nama resto pasta terkenal.

Kenapa aku jadi ingat Hani ketika melihat restoran pasta ini? Abhiyasa berkata dalam hatinya.

Tanpa sadar Abhiyasa mengarahkan motornya masuk ke dalam parkiran resto tersebut.

Dia ragu-ragu masuk ke dalam resto itu. Dalam posisinya yang masih berada di atas motornya, Abhiyasa memandang resto tersebut dan berkata,

"Sudah kepalang tanggung. Mendingan aku makan di sini saja."

Abhiyasa melepas helm full face yang menutupi wajahnya, kemudian dia masuk ke dalam resto pasta tersebut.

Dia duduk di kursi yang berada di dekat kaca dan memesan makanan serta minuman. Dari tempatnya saat ini dia bisa melihat banyak hal. Dia bisa melihat kendaraan yang berlalu lalang dan dia juga bisa melihat orang yang berjalan menuju resto tersebut.

Tiba-tiba matanya terbelalak ketika Melihat sosok perempuan yang sangat dikenalnya. Perawakannya yang tinggi semampai dan wajah cantik yang natural dengan penampilannya yang casual itu membuat Abhiyasa tersenyum melihatnya.

Perempuan tersebut berjalan masuk ke dalam resto itu sendirian. Pandangan mata Abhiyasa mengikuti gerakan perempuan tersebut.

"Hani!" seru Abhiyasa sambil tersenyum padanya.

Perempuan tersebut yang ternyata Hani, kini menoleh ke arah sumber suara.

"Abhiyasa?!" celetuk Hani yang terlihat kaget melihat Abhiyasa di sana.

Abhiyasa melambaikan tangannya untuk memanggil Hani agar menghampirinya. Hani pun segera berjalan ke arah Abhiyasa yang sedang tersenyum manis padanya.

"Kok kamu ada di sini? Bukannya kamu gak suka pasta?" tanya Hani ketika sudah duduk di kursi depan Abhiyasa.

Abhiyasa mengernyitkan dahinya seraya berkata,

"Kata siapa?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Abhiyasa, Hani menunjuk dirinya sendiri sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut.

"Sepertinya kamu belum mengenalku," ucap Abhiyasa sambil terkekeh.

Hani menatap Abhiyasa dengan memicingkan matanya seraya berkata,

"Jelas saja, kita kan baru saja kenal. Dan kita juga baru saja bertemu. Mana bisa aku mengenalmu sebanyak itu? Kecuali aku selalu stalking kamu."

Abhiyasa tertawa mendengar perkataan dari gadis yang selalu membuatnya tertawa itu. Kemudian dia berkata,

"Apa kamu mau menjadi stalker hanya untuk mengenalku?"

Dengan gerakan cepatnya Hani menggelengkan kepalanya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya seraya berkata,

"Gak akan. Gak akan pernah. Dan jangan berharap itu terjadi."

Abhiyasa semakin tertawa melihat tingkah Hani setiap berbicara dengannya. Menurutnya Hani mempunyai daya tarik tersendiri. Dan diakuinya, kini dia tertarik padanya.

"Kita sudah tiga kali ini tidak sengaja bertemu. Apa itu artinya kita pacaran sekarang?" tanya Abhiyasa dengan menatap intens manik mata Hani dan tersenyum manis padanya.

Episodes
1 Bab 1 Hujan perkenalan
2 Bab 2 Sengaja?
3 Bab 3 Tidak sengaja
4 Bab 4 Pacaran?
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Pencuri
7 Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8 Bab 8 Tolong aku
9 Bab 9 Makan siang spesial
10 Bab 10 Kejutan
11 Bab 11 Bertemu dengannya
12 Bab 12 Malu
13 Bab 13 Cinta
14 Bab 14 Selalu terbayang
15 Bab 15 Cobaan di pagi hari
16 Bab 16 Takut khilaf
17 Bab 17 Permohonan
18 Bab 18 Tidak menyerah
19 Bab 19 Hani atau Honey?
20 Bab 20 Galau
21 Bab 21 Tidak bisa fokus
22 Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23 Bab 23 Rindu
24 Bab 24 Pacar?
25 Bab 25 Pacarku
26 Bab 26 Cinta?
27 Bab 27 Rencana Aulia
28 Bab 28 Bertemu mereka
29 Bab 29 Perkenalan
30 Bab 30 Malu
31 Bab 31 Kesal
32 Bab 32 Gagal
33 Bab 33 Kapan nikah?
34 Bab 34 Mencari tahu
35 Bab 35 Bertemu dengannya
36 Bab 36 Curiga
37 Bab 37 Pesona Hani
38 Bab 38 Penasaran
39 Bab 39 Kekecewaan Hani
40 Bab 40 Bisakah?
41 Bab 41 Perasaan rindu
42 Bab 42 Keinginan hati Hani
43 Bab 43 Bagian dari keluarga
44 Bab 44 Gundah
45 Bab 45 Keputusan Hani
46 Bab 46 Usaha Hani
47 Bab 47 Upaya
48 Bab 48 Keputusan
49 Bab 49 Perjuangan Hani
50 Bab 50 Keikhlasan
51 Bab 51 Siap?
52 Bab 52 Terciduk
53 Bab 53 Kejutan
54 Bab 54 Seandainya...
55 Bab 55 Hari baru
56 Bab 56 Restu
57 Bab 57 Temu kangen
58 Bab 58 Pasangan kekasih
59 Bab 59 Air mata kebahagiaan
60 Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61 Bab 61 Terima atau tidak?
62 Bab 62 Sah!
63 Bab 63 Jagoan tampan
64 Season 2
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 Hujan perkenalan
2
Bab 2 Sengaja?
3
Bab 3 Tidak sengaja
4
Bab 4 Pacaran?
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Pencuri
7
Bab 7 Siap dua puluh empat jam
8
Bab 8 Tolong aku
9
Bab 9 Makan siang spesial
10
Bab 10 Kejutan
11
Bab 11 Bertemu dengannya
12
Bab 12 Malu
13
Bab 13 Cinta
14
Bab 14 Selalu terbayang
15
Bab 15 Cobaan di pagi hari
16
Bab 16 Takut khilaf
17
Bab 17 Permohonan
18
Bab 18 Tidak menyerah
19
Bab 19 Hani atau Honey?
20
Bab 20 Galau
21
Bab 21 Tidak bisa fokus
22
Bab 22 Pertemuan tidak terduga
23
Bab 23 Rindu
24
Bab 24 Pacar?
25
Bab 25 Pacarku
26
Bab 26 Cinta?
27
Bab 27 Rencana Aulia
28
Bab 28 Bertemu mereka
29
Bab 29 Perkenalan
30
Bab 30 Malu
31
Bab 31 Kesal
32
Bab 32 Gagal
33
Bab 33 Kapan nikah?
34
Bab 34 Mencari tahu
35
Bab 35 Bertemu dengannya
36
Bab 36 Curiga
37
Bab 37 Pesona Hani
38
Bab 38 Penasaran
39
Bab 39 Kekecewaan Hani
40
Bab 40 Bisakah?
41
Bab 41 Perasaan rindu
42
Bab 42 Keinginan hati Hani
43
Bab 43 Bagian dari keluarga
44
Bab 44 Gundah
45
Bab 45 Keputusan Hani
46
Bab 46 Usaha Hani
47
Bab 47 Upaya
48
Bab 48 Keputusan
49
Bab 49 Perjuangan Hani
50
Bab 50 Keikhlasan
51
Bab 51 Siap?
52
Bab 52 Terciduk
53
Bab 53 Kejutan
54
Bab 54 Seandainya...
55
Bab 55 Hari baru
56
Bab 56 Restu
57
Bab 57 Temu kangen
58
Bab 58 Pasangan kekasih
59
Bab 59 Air mata kebahagiaan
60
Bab 60 Keinginan Abhiyasa
61
Bab 61 Terima atau tidak?
62
Bab 62 Sah!
63
Bab 63 Jagoan tampan
64
Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!