Pria itu terus mendekat membuat Renata semakin salah tingkah. Tapi kejadian selanjutnya justru membuatnya merasa seperti disiram air dingin. Kali ini Renata salah tingkah karena kebodohannya sendiri.
“hai Ren.” Sapa pria itu kepada sang kakak.
“oh, Galih. Jadi datang ternyata.”
“ada urusan bisnis.”
“kenalin ini adikku, Renata.”
Galih melirik perempuan yang sejak tadi berdiri di belakang Rendi lalu tersenyum ramah sambil menundukkan sedikit kepalanya. Renata hanya bisa tersenyum kaku dan ikut menundukkan kepalanya. Rendi dan Galih berjalan beriringan masuk ke dalam gedung diikuti oleh Renata. Saat mereka bertiga masuk, Renata berjalan di antara Rendi dan Galih dengan tangan yang melingkar di lengan sang kakak. Semua mata tertuju ke arah tiga pemuda itu dengan tatapan kagum. Banyak juga perempuan yang menatap iri ke arah Renata karena bisa berdiri di antara dua pria gagah dan tampan. Hanya beberapa orang yang bisa mengenali Renata sebagai adik dari Rendi karena gadis itu memang jarang mengikuti kegiatan seperti ini.
“siapapun yang bisa mendapatkan kakak adik itu, maka mereka adalah orang paling beruntung.” Bisik seorang perempuan kepada temannya.
“mereka kakak adik?”
“iya, gadis itu adiknya Rendi.”
“pantas saja sangat cantik.”
“kalau dilihat-lihat gadis itu sepertinya cocok dengan Galih.”
“kamu benar, yang satu cantik dan satunya lagi tampan.”
Galih langsung mengedarkan pandangannya mencari orang yang dicarinya. Setelah ketemu, ia langsung menghampiri pria itu tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Rendi. Rendi yang sudah paham hanya diam dan sibuk mencari tempat yang cukup tenang untuk adiknya. Rendi terus menggandeng tangan Renata dan membawanya ke sudut ruangan.
“kamu duduk di sini.”
“kakak?”
“kakak ada urusan.”
“dandan cantik-cantik begini Cuma disuruh duduk di pojokan.” Ucapnya sebal.
“kamu mau ke sana? Banyak orang yang akan mengajak kamu mengobrol di sana.”
“tidak perlu, aku di sini saja.”
Rendi melihat sekeliling lalu memanggil seorang pelayan. Ia mengambil gelas berisi jus jeruk dari nampan yang dibawa pelayan tadi.
“minum ini dan jangan mengambil atau menerima minuman selain ini.”
“iya aku paham.”
“bagus, tunggu di sini ya sampai mamah papah datang.”
“iya.”
Rendi langsung bergabung dengan Galih dan membicarakan masalah bisnis. Sedangkan Renata hanya duduk di sofa di sudut ruangan dengan satu tangan memegang gelas berisi jus jeruk. Netranya sibuk mengamati keadaan di sekitarnya. Banyak dari mereka yang terlihat ramah satu sama lain tapi begitu membalikkan tubuh, wajah mereka langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Ada pria yang mencoba merayu wanita-wanita yang hadir. Sebagian besar dari mereka terlihat membicarakan sesuatu yang serius. Tidak lama kemudian, pintu kembali terbuka membuat Renata langsung menoleh dan melihat ke arah pintu masuk karena ia fikir itu adalah orang tuanya. Tapi salah, karena yang baru saja masuk adalah kekasih yang sangat dipercayainya.
Dahi Renata mengerut melihat kehadiran kekasihnya di acara seperti ini. Siapa dia sampai bisa menghadiri acara seperti ini, batin Renata. Diantara banyaknya tebakan-tebakan di dalam kepalanya, ia yakin seratus persen kalau kekasihnya itu selama ini membohonginya soal statusnya. Renata hanya mengamati dari jauh lalu wajahnya memanas saat melihat seorang perempuan tanpa tahu malu langsung memeluk Arkan kemudian melingkarkan lengannya di tangan pria itu.
“mereka berdua sangat serasi.”
“betul, aku dengar tanggal pertunangan mereka sudah diputuskan.”
Renata mencuri dengar dari orang-orang di sekitarnya dan informasi yang baru didapatnya itu benar-benar membuatnya terkejut. Setelah Arkan berbaur dengan kerumunan di tengah ruangan, akhirnya kedua orang tuanya datang juga. Renata langsung berdiri dan berjalan cepat menuju sang ibu.
“mamah lama banget.” Ucapnya manja sambil memeluk lengan sang ibu.
“tadi papah kamu yang lama.”
“loh kok jadi papah sih.”
Renata terus menggandeng lengan Putri hingga akhirnya mereka bergabung dengan ora tua yang lainnya. Banyak yang memuji Renata karena kecantikan dan kecerdasannya. Meskipun hidup selama lima tahun di luar rumah, semua orang tahu kalau Renata juga menyumbangkan kepintarannya untuk ikut mengelola perusahaan membantu meringankan pekerjaan Rendi. Hanya saja gadis itu belum pernah muncul di muka umum seperti saat ini.
Renata berdiri dengan kikuk di tengah ramainya orang. Ia merasa semakin risih saat sadar kalau ada sepasang mata yang terus mengawasinya. Siapa lagi kalau bukan Arkan. Pria itu juga terkejut saat mengetahui fakta bahwa Renata adalah putri bungsu keluarga Gunawan. Tahu begitu, ia tidak akan menerima perjodohan yang diusulkan oleh ibunya tadi pagi.
Akhirnya acara ulang tahun dimulai juga. Seorang gadis muda yang tadi memeluk Arkan kini melangkah maju ke depan ditemani oleh kedua orang tuanya. Ini adalah ulang tahunnya yang ke dua puluh dua tahun sekaligus pengumuman pertunangan antara dirinya dengan sang pujaan hati. Setelah acara tiup lilin selesai, ayah dari perempuan itu mulai buka suara dan mengumumkan soal pertunangan tersebut. Nama Arkan dipanggil dan diminta untuk maju ke depan. Dengan ragu, ia melangkahkan kakinya ke depan. Saat melewati Renata, gadis itu langsung menahan lengan Arkan dan menatapnya tajam.
Semua orang yang hadir terkejut dengan tingkah dari Renata, begitu juga dengan orang tua dan kakak Renata.
“dek kamu kenapa?” Tanya Rendi yang berdiri di samping sang adik.
“kamu nggak mau ngomong sesuatu sama aku sebelum maju ke depan?” tanya Renata kepada Arkan membuat semua orang menjadi semakin bingung.
Arkan hanya bisa diam saja karena tahu apa yang dimaksud oleh gadis pujaannya itu dan dia tidak ingin mengatakan apa yang diinginkannya. Renata memahami itu dan mengangguk paham.
“oke kalau begitu biar aku yang ngomong, kita putus.” Ucapnya terdengar begitu jelas di telinga setiap orang.
Renata melepaskan cekalannya dari tangan Arkan lalu berbalik ingin pergi dari tempat itu.
“Ren, dengar penjelasanku dulu.”
“basi.” Ucapnya dengan ketus.
Renata berjalan cepat meninggalkan ruangan yang kini diliputi suasana yang canggung. Rendi dan orang tuanya langsung berjalan mengikuti langkah Renata. Sedangkan Galih hanya menatap tajam ke arah sang adik yaitu Arkan sebelum ikut meninggalkan ruangan tersebut.
Di luar gedung, kedua mata Renata sudah terlihat memerah dan berair. Gadis itu berusaha menahan tangisnya saat masih berada di dalam sana.
“Renata.” Teriak Rendi memanggil sang adik.
“kakak.” Akhirnya pertahanannya runtuh juga.
Air mata mengalir dari kedua matanya membuat hati Rendi ikut merasakan sakitnya. Rendi langsung membawa Renata ke dalam pelukannya berharap bisa sedikit menenangkan hatinya.
“kita pulang dulu.” Ucap sang ayah yang ternyata sudah berdiri di belakang Rendi.
Rendi menuntuk Renata masuk ke dalam mobil sedangkan kedua orang tuanya sudah pergi menggunakan mobil yang berbeda. Saat ia akan masuk ke dalam mobil, panggilan dari Galih langsung mengalihkan perhatian Rendi.
“maaf untuk kejadian yang tadi.”
“makanya urus adik kamu yang bener.”
“Renata tidak apa-apa?”
“menurut kamu? Terakhir kali aku melihatnya menangis seperti ini saat dia masih berusia delapan tahun.”
Galih terdiam menatap sahabatnya lalu melirik ke arah Renata yang duduk di dalam mobil.
“aku akan pastikan Arkan tidak akan mengganggu adik kamu lagi.”
Rendi menghela nafasnya lalu menepuk bahu sang sahabat dan mengangguk. Ia masuk ke dalam mobil kemudian langsung melajukan mobilnya membelah jalanan yang padat. Galih tidak bertahan di tempat itu lebih lama dan langsung pulang ke rumah pribadi miliknya.
Renata meringkuk di atas tempat tidur dengan kedua matanya yang sembab dan sesekali air mata masih turun membasahi pipinya. Kenangan indah selama tiga tahun terus muncul di kepalanya membuat hatinya semakin sakit. Ternyata tiga tahun kisah kasih mereka tidak ada apa-apanya dengan sebuah jabatan. Renata tahu tujuan pernikahan kedua sejoli itu, yaitu untuk menguatkan posisi Arkan di perusahaan agar tidak bisa disingkirkan oleh kakaknya.
“Renata.”
Renata melirik ke pintu kamarnya yang sudah terbuka menampilkan sosok sang ibu. Ia kemudian mengubah posisinya menjadi duduk dan tersenyum simpul menyambut kedatangan ibunya.
“kamu tidak apa-apa?”
“Renata baik-baik saja.”
“kamu bisa cerita sama mamah.”
Renata menggeleng. “sakitnya cuma sebentar kok, aku nggak apa-apa.” Ucapnya.
Putri hanya bisa menatap sedih kepada putrinya. Ia kemudian duduk di tepi ranjang dan mengusap punggung anak gadisnya itu.
“mamah nggak tahu kalau ternyata dia kekasih kamu.”
“mantan mah.”
“iya mantan kamu.”
“aku sama Arkan ketemu di kafe tempat aku kerja, dia sering datang ke sana dan kami akhirnya dekat.”
“sudah lama?”
“tiga tahun.”
Putri terdiam setelah mendengar waktu yang dihabiskan putrinya untuk mencintai pria itu.
“beruntung kamu tidak sampai menikah dengannya, dari caranya mengambil keputusan ini tanpa mengatakan apapun kepadamu sudah bisa menjelaskan tentang bagaiaman karakter aslinya.”
“iya mah, aku cuma sedih mengingat waktu tiga tahun ternyata tidak ada apa-apanya dengan harta.”
Putri membawa Renata ke dalam pelukannya yang hangat dan menenangkan. Dengan lembut, wanita paruh baya itu menepuk punggung Renata hingga tanpa sadar ia tertidur di dekapan sang ibu.
“gimana Renata?” tanya sang ayah.
“tidur pah, kecapekan mungkin.” Jawab sang istri.
“papah nggak tahu kalau ternyata Renata menjalin hubungan dengan pria itu.”
“Rendi juga nggak nyangka ternyata Arkan bisa melakukan hal seperti itu. Seharusnya dia menyelesaikan urusannya dulu dengan Renata sebelum memutuskan untuk menerima pertunangan itu.”
“bukankah dia adiknya Galih?”
“iya mah.”
“ya sudah, intinya apapun yang terjadi di masa depan, kalau lelaki itu datang lagi ke renata, papah tidak akan membiarkannya. Sudah cukup sekali dia membuat putri kesayangan papah menangis.”
Setelah mengetahui siapa sebenarnya Renata, bukan tidak mungkin pria itu tiba-tiba kembali kepadanya. Bagaimanapun juga, tujuan pertunangan itu adalah urusan bisnis dan Renata bisa menjadi pilihan terbaik untuk itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments