Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
Amora berjalan dengan langkah pasti untuk *check in*. Ini adalah perjalanan pertamanya pergi jauh sendirian. Anto tak ragu melepas Amora yang sudah memegang ban coklat karate. Untuk jaga diri, sejak dini Anto mewajibkan semua anaknya ikut bela diri.
Amora juga terbiasa naik pesawat, sehingga dia sudah tahu *step by step* untuk sampai ke dalam pesawat. Karena dia hanya membawa sebuah koper kecil dia sengaja tidak menaruh di bagasi agar nanti di bandara tujuan dia tidak lama menunggu koper keluar. Amora lebih memilih membawanya dan akan menaruhnya di cabin saja.
Dengan pasti Amora berjalan menaiki tangga pesawat. Dia sangat senang menjalani perjalanan pertamanya sendirian. Dia merasa sudah dewasa seutuhnya.
‘*Thanks Dadd, sudah memberi kepercayaan untuk melakukan first trip sendirian*,’ batin Amora.
‘*Daddy emang the best father yang aku miliki*!’
Amora agak kesulitan memasukkan kopernya di cabin, karena ada ransel yang menghalanginya. “Maaf, saya keluarkan dulu ransel saya agar kopermu bisa masuk dengan mudah,” suara nan empuk terdengar persis di telinga Amora.
Gadis itu mundur memberi ruang pada pemilik suara yang belum dia lihat sosoknya.
“Ok, silakan duduk biar saya yang atur,” lanjut pemilik suara.
Amora pun duduk di kursi sesuai dengan nomor tiketnya. Dia segera mengirim chat pada mommy dan daddy serta Farid kalau dirinya sudah duduk manis di pesawat dan sebentar lagi ponselnya akan off.
‘*Kak, jangan lupa jemput aku, aku sudah di dalam pesawat*.’
‘*Ok Princess, kakak sudah on the way ke bandara. Take care ya*,’ di keluarga Dini memang Amora adalah Princess. Karena Kirana dan Sashi kakak Dini tak ada yang memiliki anak perempuan. Amora hanya menjawab dengan emoticon love untuk Farid kakak tercintanya.
‘*Thanks Dadd, atas kepercayaannya. Moya bisa jaga diri koq. Love U*.’
‘*Mom, Mbak sudah di atas pesawat, jangan khawatir ya. Love U Mom*.’
“Kamu beneran sendirian? Kamu masih terlalu kecil untuk pergi jauh sendirian,” sapa sosok di sebelah Amora. Pria itu yang tadi mengatur koper Amora agar mudah masuk ke cabin.
“Iya Om.” Amora masih sibuk berbalas pesan sebelum perintah untuk mematikan daya ponsel.
“Berapa usiamu, mengapa memanggilku Om? Sepertinya selisih usia kita tak terpaut jauh!” protes sosok tampan disebelah Amora.
“Tadi anda bilang saya terlalu kecil, jadi wajar kalau saya panggil anda Om. Karena hanya orang tua yang menganggap saya terlalu kecil!” ketus Amora menjawab protes pria itu. Usia Amora memang masih muda, tapi dia juga tak mudah dibodohi.
“Fine, maaf saya salah. Tapi serius kamu terlalu muda untuk melakukan perjalanan jauh sendirian!” lanjut pria itu.
“Saya bahkan bukan anak SMP. Saya sudah kuliah. Jadi anda tak perlu khawatir. Dan saya tidak minta anda momong saya!” masih dengan nada ketus Amora menjawab pria usil yang meremehkan dirinya.
Pengalaman pertama yang sangat tidak mengenakkan. Perdebatan mereka terhenti karena para pramugari meminta semua mematikan daya ponselnya serta menggunakan sabuk pengaman.
“Kamu tinggal di Jogja atau di Jakarta?” tanya pria tampan itu. Usianya sepertinya belum terlalu tua. Bergaya santai dengan kaos pas body dan jacket kulit serta celana jeans dan topi kulit senada dengan jacketnya. Sneaker biru donker sewarna dengan jeans nya menambah sempurna penampilan pria itu. Di leher kaosnya digantung kaca mata hitam.
Amora malas membalas. Dia ingat nasehat sang mommy yang mengajarkan jangan terlalu ramah pada orang asing. Lama tak mendapat balasan, pria itu mengambil sebuah kartu nama dari dompetnya.
“Orang tuamu pasti mengajarkanmu jangan mudah akrab dengan mahluk asing ya. Baik, kenalkan namaku DAVA AIRLANGGA PRABANDARU. Dan di kartu ini tertera kantorku serta tempat aku mengajar. Aku ke Jakarta rutin karena ibuku tinggal di daerah Duren sawit, jalan Belanak 5,” Dava mengajak Amora berkenalan sambil memberikan kartu namanya.
‘*Belanak 5 Duren sawit? Itukan rumah mommy Kiran. Jadi pria ini dekat rumah mommy Kiran juga*?’ Amora hanya membatin dan menerima uluran tangan Dava.
“Amora.”
“Kamu kuliah di mana?” cecar Dava.
“UGM, fakultas kedokteran hewan.”
“Saya memberi kuliah di UGM, fakultas ekonomi. Hanya dosen terbang. Seminggu dua kali. Karena saya lebih fokus di usaha saya di Godean,” jelas Dava lagi.
“Mau ke mana di Jakarta nanti? Ada perlu apa?” sekilas ini pertanyaan biasa. Dan Dava merasa itu tak terlalu mengganggu privasi. Tapi bagi Amora itu terlalu pribadi. Maka dia tak menjawab pertanyaan kenalan barunya itu. Dia lanjut membaca novel yang dia bawa untuk menemani penerbangan ini.
\*\*\*
“Terima kasih,” Amora menerima kopernya yang diambilkan oleh Dava saat pesawat telah landing. Sengaja Amora menunggu turun paling belakang. Dia menyalakan ponselnya lalu segera mengirim chat.
‘*Hallo Mom, pesawatku sudah landing, aku sengaja keluar terakhir agar tak berebut. Nanti Mbak kabari lagi kalau sudah ketemu dengan kak Farid ya. Love U as always Mom*.’
‘*Sibuk Daddyku sayang? Moya sudah landing di Jakarta. Nanti Moya kabari lagi kalau sudah bertemu dengan kak Farid. Love U Dadd*.’
Amora turun dan langsung mencari sosok gagah kakak sepupunya. “Kangeeeeeeeeeeen,” pekiknya sambil memeluk erat Farid ketika dia sudah bertemu dengan kakaknya itu.
‘*Rupanya dia dijemput kekasihnya*,’ batin Dava dengan sedikit kecewa, dari tadi dia sengaja menunggu Amora keluar. Dia tak melihat siapa yang dipeluk gadis teman perjalanan yang baru di kenalnya tapi telah mencuri hatinya sejak pertama kali dia melihat gadis itu. Dava langsung menuju parkiran. Sopir mamanya sudah menanti di sana.
“Bang Dava!”
“Farid, sedang jemput siapa? Atau kamu baru datang dari luar kota?” Dava kaget, tetangga depan rumah mamanya membawa koper kecil dan sepertinya sedang menunggu seseorang.
“Njemput adik, datang dari Jogja,” balas Farid.
“Lho, Abang ‘kan juga dari Jogja. Jangan-jangan tadi Abang satu pesawat dengan adikmu. Ok. Abang duluan ya,” Dave pun meninggalkan Farid yang sedang menunggu Amora ke toilet.
“Hallo Mom,” sapa Amora, dia melakukan panggilan video pada sang ibu yang tak bisa menepis rasa khawatir membiarkan dirinya terbang ke Jakarta sendirian untuk pertama kali.
Dini plong melihat putrinya sudah bersama Farid. Mereka ngobrol sebentar lalu Dini segera memutus hubungan telepon karena harus melanjutkan mendampingi Aqiel dan Abbhie belajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Suryanih
mampir kk Thor, baru mulai baca kayanya menarik ceritanya 🥰🥰
2024-08-12
0
Ai Hodijah
di jaga bukan di kekang,tapi kadang orang tua yang ketakutan atau tidak tau solusi menjaga anak ahirnya mengekang keinginan anak itu sendiri dan si anak tidak punya pengalaman
2023-04-03
1