Anet berjalan mendekati Sela dan mulai berbisik kepadanya.
"Syutt.... Sela apa lagi yang kau perbuat sekarang?" Tanya Anet berbisik pelan.
Mereka terus saling berbisik sampai lupa bahwa disana masih ada pak guru yang memantau mereka berdua, akhirnya pak guru pun membentak Anet dan Sela karena malah sibuk saling berbisik satu sama lain di hadapannya seperti itu.
"Hei.... Kalian berdua ini sangat tidak sopan, sudah ambil tas sekolahmu yang kau bilang ada di dalam kelas itu, cepat!" Bentak pak guru kepada Sela dan Anet.
"I..iya pak, kita akan ambil sekarang memang tas itu ada di dalam kelas" balas Sela dengan penuh percaya diri.
Mereka berdua pergi ke kelas dan untungnya tas Sela memang ada disana dia langsung mengambilnya dan memperlihatkan pada pak guru bahwa tas miliknya memang sudah berada di kelas itu juga menunjukkan bahwa dirinya tidak kesiangan dan tidak memanjat benteng sekolah lagi, Sela pikir setelah dia memberikan lihat pada pak guru bahwa tasnya ada pada dirinya, itu akan membuat dia lolos dari hukuman namun ternyata dugaannya salah besar kali ini, sebab ternyata pak guru diam-diam sudah memasang cctv di tempat itu dan dia memperlihatkan rekaman cctv dimana Sela meloncat dari dinding benteng sekolah tersebut.
"Pak....ini tas ku, aku kan sudah bilang aku tidak memanjatnya kali ini" balas Sela dengan percaya diri dan santai,
"Oh...bagus kalau begitu tapi coba kau lihat kemari, siapa wanita yang memanjat di dalam video itu?" Balas pak guru sambil memperlihatkan rekaman video dari ponselnya.
Seketika Sela pun langsung tersentak kaget dan dia membelalakkan matanya terbuka, tidak menduga jika ternyata pak guru bisa mengetahui perbuatannya itu, padahal dia sudah berusaha melakukannya dengan sangat hati-hati.
"Aishhh.... Sial, sejak kapan pak guru memasang cctv disana kenapa aku juga tidak melihatnya" gerutu Sela sambil menggaruk belakang kepalanya.
Dia sekarang tidak bisa mengelak lagi dan hanya tersenyum kecil kepada pak guru lalu langsung meminta maaf mengakui semua kesalahannya itu.
"Aaahhh.....itu....maaf...maafkan aku pak, aku sungguh tidak sengaja aku janji tidak akan mengulanginya lagi, tolong maafkan aku" ucap Sela sambil langsung menunduk meminta maaf.
Begitu pula dengan Anet yang tiba-tiba saja ikut-ikutan meminta maaf meski dia tidak salah.
"Tolong maafkan Sela pak, dia pasti miliki alasan kenapa dia kesiangan, itu tidak akan terjadi lagi lain kali tolong maafkan dia" tambah Anet yang ikutan meminta maaf pada pak guru,
"Aaahhh....tidak bisa dia sudah bersekolah disini selama dua tahun lamanya dan selama itu dia sering sekali kesiangan, dia juga selalu membohongiku dengan berbagai macam ide yang ada di kepalanya itu, kali ini kau tidak akan bapak biarkan lolos begitu saja, Sela ayo diam dan berdiri di sana dengan mengangkat satu batu bata diatas kepalamu dan angkat satu kakimu itu, cepat!" Teriak pak guru memberikan hukuman,
"Pak...ayolah yang lain juga kesiangan tapi mereka hanya berdiri sambil mengangkat tangan saja, kenapa aku harus sambil membawa batu bata sialan itu?" Ujar Sela yang protes,
"Aishh....kau belum mengerti juga seberapa besar kesalahanmu padaku hah! Ayo tambah dia batu bata!" Bentak pak guru yang justru malah menambah hukumannya,
"Aahhh....pak ayolah aku hanya kesiangan, tolong jangan menghukumku seperti ini, aku sangat berat sekali harus membawa tiga batu bata sekaligus diatas kepalaku" ujar Sela yang meminta belas kasihan lagi,
"Apa kau mau bapak tambah lagi batu batanya hah?" Balas pak guru yang justru mengancam untuk menambah hukumannya lagi.
Sela pun menyerah dan dia hanya bisa menghembuskan nafas lesu menerima hukuman yang dia terima, tidak lama saat Sela tengah menerima hukuman itu seorang siswa pria yang memakai sebuah topi berwarna hitam juga semua pakaian serba hitam masuk ke dalam gerbang sekolah begitu santai dan melewati pak guru yang masih sibuk mengomeliku.
"Ayo berdiri yang tegak apa kau ini seorang kue, lembek sekali!" Ucap pak guru kepada Sela,
"Iya....iya.. pak, kak tidak merasakan betapa beratnya batu bata ini" balas Sela menggerutu kesal.
Saat itu Sela melihat pria tersebut bisa lolos melewati pak guru begitu saja sehingga dia langsung berteriak menyuruh pak guru menghentikan pria yang wajahnya tertutup oleh topi hitam itu.
"Eh..eh...eh.. tunggu! Pak kau lihat kesana bagaimana kau bisa meloloskan orang itu?" Ucap Sela protes lagi.
Pak guru langsung memanggil pria tersebut dan membuat dia langsung berjalan mendekati pak guru namun dia sama sekali tidak memperlihatkan wajahnya bahkan disaat pak guru berusaha untuk menunduk melihat wajahnya tersebut.
"Hey....kau anak muda kemari!" Panggil pak guru pada pria berpakaian hitam itu,
"Kenapa kau tidak memakai seragam sekolah dan kenapa kesiangan?" Tanya pak guru kepadanya,
"Maaf pak saya murid baru di sekolah ini dan saya harus segera ke ruangan guru" balas pria itu dengan nada yang datar dan terlihat begitu santai, suaranya juga terdengar sangat pelan bahkan aku hampir tidak bisa mendengar ucapannya dengan benar.
"Heh....bicara yang keras apa kau ini bisu yah?" Ucap Sela yang merasa geram karena tidak bisa mendengar suara pria tersebut,
Pak guru langsung berbalik pada Sela dan menepuk pinggulnya dengan tongkat sambil menyuruhnya untuk diam.
"Heh, diam kau berdirilah yang benar!" Kata pak guru sambil melemparkan tatapan tajam ke arahnya.
Sela pun hanya bisa cemberut melihat pak guru yang sudah terlihat pilih kasih dengan murid baru tersebut.
"Ahhhh....kamu murid baru yang pindahan dari luar negeri itu yah? Eummm siapa namamu itu....." ucap pak guru terlihat berusaha mengingat-ingat nama pria tersebut.
"Namaku Akira" balas pria itu dengan datar.
Walau murid baru itu terlihat aneh dan pendiam, bahkan dia terus menunduk menyembunyikan kepalanya itu disaat pak guru mengajaknya berbicara, namun pak guru sendiri tidak merasa kesal ataupun marah kepada pria itu dia justru malah terlihat begitu ramah dan bersahabat dengannya, berbeda sekali dengan cara bicara pak guru kepada Sela yang kasar dan selalu memarahinya.
"Ahaha.... Iya kau Akira yah, ayo biar bapak antarkan kamu ke ruang guru, apakah kamu sudah lama tinggal di luar negeri yah, aahhh bapak sangat ingin mengenal ketua pimpinan bisakah kamu mengenalkan bapak pada ibumu itu" ucap pak guru yang langsung pergi menuntun dia ke ruang guru.
Sedangkan Sela di tinggalkan begitu saja masih dalam hukumannya, Sela pun langsung kembali menurunkan batu bata yang dia angkat sedari tadi lalu dia lemparkan ke samping dinding sekolah tersebut dan langsung menepuk kedua tangannya yang kotor lalu dia segera masuk ke dalam gedung sekolah sambil menggerutu kesal dan mengalungkan tas sekolah miliknya yang berwarna hijau.
Sela memang sangat menyukai warna hijau, dimana dia selalu memakai tas berwarna hijau miliknya itu kemanapun dia pergi, dan dia juga hanya memiliki satu tas sekolah yang selalu dia pakai sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.
Sela memang tipikal anak yang irit dan dia sedikit tomboi karena hidup di besarkan oleh neneknya sedangkan ibunya sudah menikah lagi dan dia terpisahkan memilih untuk tidak tinggal bersama sang ibu karena ibunya tidak menyetujui mimpi Sela untuk menjadi seorang atlet lari maraton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments