Bab. 2

"Bagaimana pun caranya saya akan melakukan apapun agar ayah angkatku yang tampan itu tidak jatuh ke dalam perangkap perempuan matre itu," gumamnya Arifah beberapa jam sebelum pulang ke rumahnya.

Arifah menyeruput minuman hangatnya di sore itu di dalam sebuah kafe tempat ia berjanji bertemu dengan kedua sahabat gokilnya itu. Arifah tersenyum penuh bahagia melihat kedua sahabatnya itu sudah datang. Fatir Muhammad Iqbal dan Ariestya Fathia Lubis.

"Hey, maaf lambat bestie,ini nih gara-gara pria bujangan lapuk ini terlalu lama dandannya jadi, terpaksa deh ketinggalan kereta," kesalnya Ariesta sahabatnya sejak masih putih biru itu seraya cipika cipiki dengan Arifah.

"Hahaha, bujang lapuk itu sih satu bulan yang lalu gaes, sekarang aku enggak jomblo lagi," sanggahnya Fatir yang berpelukan ala sahabat baiknya dengan Arifah.

Arifah dan Ariesta saling bertatapan satu sama lainnya sambil mengerutkan keningnya mereka.

"Masa sih?!" Ucapnya kedua gadis tersebut dengan bersamaan.

"Seriusan gue, entar ada waktu aku akan perkenalkan kalian dengan perempuan pujaan hatiku itu okey," imbuhnya Fatir seraya menarik kursi untuk ia duduki.

"Patut kita tunggu kalau seperti itu, cooming soon kalo gitu iya gak Aries," sahutnya Arifah.

"Arif, namaku bukan Aris tapi Ariesta you know, emangnya jenis kelamin aku sudah berubah apa sehingga kau selalu memanggilku selalu dengan Aris," dengusnya Ariestya.

"Kamu tuh yang duluan selalu saja sebut namaku Arif, emak dan papaku sudah berikan aku nama yang cantik kamu malah rubah dengan seenak jidat loh, satu ekor kambing cuu ini loh," guraunya Arifah.

"Sudah aahh kalau kalian bersua pasti ujung-ujungnya seperti ini, kita ini ke sini untuk tujuan utamanya adalah ini barang yang kamu minta,saya jamin khasiatnya bikin teriak ngeri-ngeri sedap gitu," jelasnya Fatir sambil menyodorkan sebuah botol kecil ke hadapan Arifah yang sudah dihilangkan cap dan stiker yang menempel dibobolnya.

Arifah mengambil botol itu lalu langsung memasukkan ke dalam handbagnya. Kedua sahabatnya selama ini selalu terbuka tentang apapun yang mereka lakukan dan alami.

"Arifah,apa kamu serius untuk melakukan itu pada ayah angkatmu yang ganteng itu?" Tanya Ariestya dengan penuh selidik.

Arifah menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk minumannya itu, "Saya sangat serius,saya tidak mungkin melihat Pria yang sangat saya cintai harus hidup dan menikah dengan perempuan lain, coba aku tanya balik kalian apa kalian pengen melihat orang yang kalian cintai setulus hati bersanding dengan bukan kalian melainkan orang lain apalagi kau mengetahui jika orang itu tidak berniat baik," terangnya Arifah yang bergantian menatap kedua sahabatnya itu.

Ariestya dan Fatir bergidik ngeri," enggak maulah, saya akan perjuangkan cintaku bagaimana pun caranya walaupun harus menempuh jalan yang orang anggap crazy," tukasnya Fatir.

"Aku sepaham denganmu bestie, baru ngebayangin saja sudah buat emosi apalagi kalau jadi kenyataan," timpalnya Ariestya.

Adzan magrib berkumandang dari beberapa toa masjid yang kebetulan letaknya, tidak jauh dari tempat kafe tersebut berada.

"Sudah yah, aku pamit dulu sudah mau magrib soalnya," pamitnya Arifah Azizah Oktarani.

"Papayo, telpon kami kalau rencananya berhasil, Ingat ceritakan pada kami prosesnya yah," teriaknya Ariestya yang tersenyum penuh kemenangan melihat temannya itu memandanginya dengan penuh tatapan jengkel.

Arifah mengemudikan mobilnya menuju ke arah rumahnya yang ditempatinya bersama ayah angkatnya itu.

"Semoga saja rencanaku sukses, aku sangat mencintai ayah angkatku ya Allah…" gumamnya Arifah.

Malam minggu pun datang juga…

Hari ini Arifah pulang agak larut malam dari seperti biasanya. Arifah sengaja pulang terlambat, karena bosan mendengar dan melihat seisi rumahnya membicarakan rencana lamaran yang rencananya besok pagi akan diadakan di rumahnya Aqila Sera.

Arifah berjalan ke arah dapur rumahnya, kedua orang tua ayah angkatnya sudah meninggal dunia. Fauzi As'ad Anwar adalah Pria bujangan yang berusia 35 tahun. Pria yang telah membesarkan anak dari mendiang almarhum sahabatnya Zainul Abbas Adiguna dengan Aliya Sungkar.

Arifah berjalan mengendap-endap sembari celingak-celinguk melihat sekitarnya,"sepertinya aman dan mereka juga belum ada yang makan ini saatnya malam ini mereka tertidur lelap hingga besok,"

Arifah segera merogoh saku celana jeansnya itu, lalu segera mencampur beberapa tetes obat tidur ke dalam makanan dan minuman yang sudah dimasak oleh asisten rumah tangganya itu. Senyumannya langsung mengembang ketika rencananya sudah berjalan separuh jalan.

"Secangkir teh hangat yang manis tapi, tidak mengalahkan manisnnya wajahku dan diriku ini khusus dan spesial untuk ayahku tersayang," cicitnya Arifah seraya mencampur obat peee raaang saaang ke dalam teh yang dibuatnya melebihi dosis yang disarankan oleh Fatir.

"Nona Arifah," sapanya Bi Aminah yang datang tiba-tiba tanpa sepengetahuan dari Arifah.

Arifah tersentak terkejut mendengar seruan dari Bibi Aminah,ia segera memasukkan botol tersebut kedalam sakunya lagi.

"Bibi Aminah! Apa bibi pengen lihat aku mati muda apa?! Hingga datang-datang tapi enggak bersuara sebelumnya," kesalnya Arifah yang mulai panik dan cemas jika apa yang dilakukannya ketahuan oleh orang lain.

"Hehehe maaf Non Muda,saya hanya menyapa Nona saja gak ada niat untuk buat Nona terkejut," sanggahnya Bibi Aminah yang sangat menyesal.

"Lain kali jangan diulangi lagi, Ingat bibi harus bersuara sebelumnya tapi, lihat jaraknya jangan pas dibelakang saya baru Bibi bicara," terangnya Arifah sembari berlalu dari hadapan bibi Aminah yang sudah bekerja sejak ia mulai tinggal di rumah itu juga.

"Baik Non Muda, oiya ngomong-ngomong Nona dicariin sama Aunty Alifah katanya pengen ketemu sama Non," ujarnya Bu Aminah.

"Terus bibi bilang apa, aunty Alifah sekarang ada di mana?" tanyanya lagi Arifah.

Bibi melihat-lihat sekitarnya lalu membisikkan sesuatu ditelinganya Arifah," tadi aunty Alifah Tahira datang dengan menyeret kopernya Non dan kedua matanya sembab seperti orang yang baru saja menangis gitu," ungkapnya Bibi Aminah.

"Ulah apa lagi yang diperbuat oleh Farhan suaminya itu," dengusnya Arifah.

Berselang beberapa menit kemudian, Arifah berjalan ke arah atas tangga, kemudian berjalan ke arah dalam kamar pribadi ayahnya itu. Di dalam genggaman tangannya sudah terdapat nampang yang berisi beberapa makanan seperti nasi, lauk pauknya yang belum terkontaminasi oleh obat tidur yang sudah dia campur.

"Ayah, apa kamu ada di dalam kamar?" Tanyanya Arifah yang berteriak memeriksa kondisi sekitarnya.

Arifah tidak melihat ayahnya berada di dalam kamar itu. Ia sudah memeriksanya dengan detail.

"Setelah shalat isya, saya yakin mereka sudah terlelap dan tidur pulas di dalam kamar mereka masing-masing, setelah mereka aman barulah aku bertindak," cicitnya Arifah.

Arifah berjalan ke arah dalam ruangan kerja Fauzi ternyata dia sedang sibuk mengerjakan beberapa pekerjaannya yang setiap hari semakin bertambah banyak saja selama jabatannya sudah berubah dan semakin tinggi saja dari sebelumnya.

"Ayah, apa kamu di dalam?" Tanyanya Arifah yang sekadar berbasa-basi saja.

Arifah tersenyum penuh arti, ketika melihat ayah angkatnya duduk di atas kursi kebesarannya itu dengan raut wajahnya yang serius.

"Ayah dalam keadaan seperti itu, dia semakin memperlihatkan kharisma dan ketampanannya itu," lirihnya Arifah.

Pintu itu berderit hingga Fauzi mengalihkan pandangannya ke arah pintu, ia tersenyum melihat anak angkatnya itu.

"Ayah aku bawain makanan spesial untuk ayah karena, aku yakin ayah tidak sempat untuk gabung makan dengan yang lainnya," imbuhnya Arifah.

"Kamu memang anak ayah yang sangat pengertian," pujinya Fauzi yang mematikan layar laptopnya itu.

"Bukan anak ayah tapi, calon istrinya ayah yang aku yakin akan membuat ayah hari ini bertekuk lutut di hadapanku," Arifah membatin seraya meletakkan beberapa piring dan mangkuk ke atas meja.

"Kamu gimana, apa tidak ikut makan bareng Ayah?" Tanyanya Fauzi Pria tiga puluh lima tahun itu.

"Aku sudah makan di luar bareng Ariestya dengan Fatir, jadi ayah saja yang makan, saya akan ke kamar mau mandi dulu," imbuhnya Arifah yang memperlihatkan senyuman termanisnya ke hadapan Fauzi.

Fauzi tertegun melihat senyumannya Arifah hingga tiba-tiba dadanya berdebar dan berdegup kencang.

"Ya Allah… apa yang terjadi padaku? Aku tidak boleh seperti ini dia adalah anak angkatku amanah dari sahabatku," gumamnya Fauzi yang berusaha menghilangkan rasa yang timbul dari dalam lubuk hatinya yang terdalam.

Terpopuler

Comments

Fay

Fay

lanjut

2023-09-09

0

Indra Wati

Indra Wati

semangat 💪💪💪

2023-03-23

0

Amiera Ismail

Amiera Ismail

semangat

2023-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!