Berlanjut...
Ternyata Fauzi membawa Tyo ke tempat tinggalnya. Karena Fauzi tidak tahu harus dibawa kemana, Fauzi bahkan tidak tahu rumahnya.
KRING... KRING....
Fauzi mengangkat telepon tersebut.
📞
"Yah Hallo?"
"Fauzi, kamu dimana? Aku dari tadi nungguin," cicit Katlyn.
Fauzi lupa akan janjinya.
"Sorry Tlyn, aku kelupaan gara-gara nih anak."
"Siapa?"
"Tyo, tahu kan? Temen SMA aku, dia mabuk dan aku bawa dia ke tempatku."
"Mabukkan?"
"I-yah."
"Yaudah tinggalin aja disana, nanti keburu malem nih."
"Yayayaya kamu tunggu disana, tunggu."
"Buruan."
"Yaaa."
Fauzi mengakhiri teleponnya. Dan meninggalkan Tyo di dalam kamar, tanpa sedikitpun keraguan darinya.
Yap dimana saat itu kami gagal menemukan Bu Diana di rumah itu. Dan tiba-tiba seseorang memanggil kami. Seseorang sedang mendengarkan pembicaraan antara kami dengan pemilik asing rumah tersebut.
Ternyata benar sebelum orang asing menghuninya, itu adalah rumah Ibu Diana dan suaminya. Saat masih tinggal di rumah, seseorang memberi tahu kami bahwa Bu Diana selalu terlihat di bar. Dia memberi tahu kami alamatnya. Namun, orang tersebut tidak berharap banyak karena setelah pindah dari sini Bu Diana tidak pernah terlihat lagi, dan itu sudah cukup lama.
Itu adalah rumah kedua di Belanda yang diinformasikan Fauzi. Sebelumnya, rumah pertama kami gagal karena terlihat rumah tersebut disita dan tidak ada penghuninya. Fauzi dan Katlyn pun bertanya kepada orang-orang di sekitar sana. Bahwa pemilik rumah pindah karena bangkrut.
...****************...
Aji yang baru saja keluar kampus bersama teman-temannya sambil mengobrol tentang sesuatu, dan tak lama kemudian Aji berpamitan untuk memisahkan diri. Ponselnya berdering menampilkan nama sahabatnya Hanna di layar ponselnya. Panggilan video.
"Wewewewe Hanna Sengklek. Apa kabar nih?"
Aji terlihat senang mendapati panggilan video call dari Hanna.
"Wewewewe Batu Akik Ajinomotif ..." Hanna mengikuti nada bicara Aji yang mengejeknya.
"Hahahahha dasar. Ngapain malem-malem video call? Tuh, udah ngantuk kan." Aji pun duduk di kursi yang disediakan untuk di luar.
"Susah tidur. Terus gue inget elo, deh."
"Cieee ciee ciee yang kangen gue," godanya. Setelah mendengar ini, Hanna memberikan ekspresi menyebalkan pada Aji. "Eh, Na. Gue pengen liat si dede gemes dong."
"Dede pasti udah tidur, pinter....."
"Gue cuman bilang doang, pinter..."
Kemudian Hanna merasakan ada yang aneh di video call tersebut, ada seseorang di belakang Aji yang sedang menonton. Aji juga menganggap Hanna aneh.
"Oii ada apa?"
"Oh belakang lo." Hanna memberitahunya. Aji kemudian berbalik untuk melihat apa yang ada di belakangnya. "Siapa?"
Setelah melihatnya, Aji langsung mengernyitkan wajahnya karena tidak senang. Orang itu tersenyum padanya perlahan mendekat. Aji segera kembali ke layar ponselnya.
"Mbakyu yang selalu ngintilin gue," bisik Aji.
Hanna terkekeh. "Ohh itu orangnya."
Dia pernah memberi tahu Hanna tentang hal itu. Bahwa ada orang Jawa - Eropa yang selalu mengganggunya.
"Hallo Mas Aji," sapa Yollanda memegang pundak Aji. "Lagi ngapain?"
Aji menjauhkan tangan Yollanda darinya. Tatapan Yollanda langsung terfokus pada ponselnya membawa seseorang ke sana dan merasa tidak suka.
"Oh, Mas Aji lagi videocall'an sama pacarnya..." desis Yollanda, yang dia tahu orang tersebut adalah pacarnya karena banyak postingan di media sosial Aji selalu bersama dengan orang tersebut.
"Pacar?" Hanna tak paham.
"Udah tahu gue lagi pacaran, kenapa masih disini?" ketus Aji.
Yollanda terdiam setelah mendengar ini. Namun, ternyata ia mendekatkan wajahnya pada ponsel. "Sorry, Mbak. I don't care if you are his girlfriend," cicit Yollanda menunjuk pada Aji.
Aji heran dengan ucapannya. Demikian pula, Hanna sama sekali tidak mengerti.
"But, sebelum jalur kuning melengkung aku bakalan memperjuangkannya. Do you understand?" Ternyata Yollanda masih melanjutkan ucapannya itu.
Ia membuat Aji dan Hanna diam seperti patung. Hanna juga mengangguk ya atas pernyataan Yollanda.
"Good, okay. Aku pergi dulu yah, Mas. Ada yang harus diurus," pamitnya. "Bhay bhay baby .."
Yollanda melambai selamat tinggal sambil tersenyum manis tapi yang dilihat Aji itu menggelikan. Dia akhirnya pergi. Aji kembali ke layar masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. Dan.
"HAHAAHAHAHAHA Hahahahaha...."
Kami bersamaan tertawa.
"Aduh hahaahaha. Malem-malem ginih, gue dapet hiburan," kekeh Hanna tidak bisa berhenti tertawa.
"Gila tuh anak, emang nggak punya malu. Bule Jawa, haduhh ada-ada aja," sambung Aji.
Pada saat yang sama, dia melihat seseorang yang dia kenal. Seseorang yang dibenci dan selalu membuatnya marah ketika mendengar nama itu. Orang itu adalah Fauzi, tapi ia kira adalah Fauzan. Fauzi mendekati seorang wanita lalu pergi
Tanpa sadar Aji memperhatikannya.
"Aji, Aji."
"AJI....!!"
"Yah Han?"
"Liatin siapa sampe bengong gitu?"
"A-ah.... itu ada kucing gelut sama burung. Heh heheh. Ahyah kabar Afra gimana?"
...****************...
Fauzi dan Katlyn berjalan bersama ke stasiun untuk mencapai tujuan mereka di kota berikutnya. Kereta juga melaju di atas rel kereta api. Tatapan Fauzi memandang ke jendela dengan pikiran kemana-mana.
"Kabarnya Fauzan gimana? Ada perkembangan?" tanya Katlyn.
Fauzi hanya menggeleng tersenyum tipis.
"Nggak usah masam gitu, kamu harus yakin."
Sikap Katlyn yang selalu optimis selalu bisa membangkitkan semangat Fauzi.
Kereta mengikuti jalurnya sendiri dan itu sudah pasti. Tetapi manusia memiliki banyak jalan yang harus dia tempuh. Ke arah mana tidak yakin seperti apa akhirnya akan terlihat.
Fauzi dan Katlyn keluar dari kereta. Kembali berjalan menuju suatu tempat dimana tempat itu memiliki petunjuk. Melangkah terus dan kami menemukan sebuah tempat yang kami cari. Sebuah tempat dimana itu adalah bar.
"Clubbing?"
Katlyn mengangguk. Ia pun melanjutkan langkahnya. Namun, Fauzi masih terdiam sepertinya enggan untuk masuk. Katlyn pun segera menariknya.
"Ayo."
Pertama kalinya Fauzi memasuki tempat seperti ini. Orang-orang berpakaian seksi dan ...
"Kat aku nggak bisa." Fauzi mengalihkan pandangannya.
Katlyn yang melihat tingkah lucu Fauzi, tersenyum. "Lebay amat," kekehnya.
"Harus jaga mata, pikiran, dan hati. Godaan ini, Kat," imbuh Fauzi.
"Napa jadi katro ginih, padahal udah sering liat ginian di luaran sana."
"Beda lagi."
Fauzan segera mungkin untuk menemukan seseorang yang ia cari, dia ingin cepat keluar dari tempat ini.
Katlyn pun kemudian menghampiri pekerja yang ada disini. Menanyakan sesuatu padanya dan kemudian pekerja tersebut menunjukkan seseorang yang tengah duduk dikelilingi oleh beberapa perempuan. Meski ini belum menjelang malam, tapi bar ini cukup ramai
Katlyn bersama Fauzi langsung beranjak menuju orang tersebut.
"Goedenmiddag," sapa Katlyn.
(Selamat sore)
"Oh haii.... Wie is dit schattige meisje? Kom hier. Come over here! Kom met me mee."
(Siapa gadis cantik ini? Kemari. Kemarilah! Ikut denganku)
"Nee bedankt," jawab Katlyn panik.
(Tidak terima kasih)
Pria tersebut mengira bahwa Katlyn ingin ikut bergabung bersamanya namun itu salah.
Fauzi langsung menarik Katlyn menyembunyikan dia di belakang badannya, agar pria tersebut tidak macam-macam kepada saudara perempuannya ini.
"Sorry meneer, we waren hier om u te ontmoeten. We willen vragen," desak Fauzi.
(Maaf pak, kami di sini untuk bertemu dengan Anda. Kami ingin bertanya)
"Alstublieft." Dia mengambil segelas minum beer lalu meneguknya. "Wat wil je me vragen? Wil je hier van vrouwen genieten ....? Ik kan het geven. Met speciale prijzen." Dia menyeringai lalu tertawa kecil untuk menggodanya.
(Silahkan. Apa yang ingin kamu tanyakan padaku? Apa kamu ingin menikmati wanita di sini ....? Saya bisa memberikannya. Dengan harga spesial)
"Oh no no. Thanks," gugup Fauzi. "Ik wil iets over Diana vragen. Herken je het?"
(Saya ingin bertanya tentang Diana. Apa Anda mengenalinya?)
Pria tersebut secepat mungkin langsung berdiri dan mendekati Fauzi. Tatapan pria tersebut melirik ke arah sana sini. "Hei! Schiet op en zeg het nog een keer! Kent u hem?"
(Hei! Cepat dan katakan lagi! Apakah kamu kenal dia?)
Fauzi bertambah gugup. Dan. "Ye-ah. Ik zoek het hier." Sedikit ragu. "He-re."
(Y-ah. Saya mencarinya di-sini)
Pria ini terlihat frustasi. "O mijn God! Wordt u ook door hem bedrogen?"
(Ya Tuhan! Apa kalian ditipu juga olehnya?)
"Wat? Wat bedoelt u?"
(Apa? Apa maksud mu?)
"Zij en haar man zijn oplichters. En haar man zit al in de gevangenis. Hij heeft mijn geld afgepakt!" geramnya.
(Dia dan suaminya adalah penjahat. Suaminya telah di penjara. Dia telah mengambil uangku!)
"Ohh wait, wait, gevangenis? Het zijn oplichters?" kejut Fauzi masih tidak percaya.
(Tunggu, tunggu, penjara? Mereka penipu?)
"Zi, fotonya,"
"Oh iyah yah." Fauzi mengambil foto bu Diana untuk diperlihatkan pada pria ini.
Tampaknya pria itu terheran-heran. "Tunggu, kalian orang Indonesia?"
Fauzi dan Katlyn menjadi kebingungan, pria itu berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Mereka berdua mengangguk perlahan.
"Aaaa kenapa tidak bilang daritadi?"
Mereka berdua ikut tersenyum kakuk. Pria itu mendekat menyapa Fauzi, lalu pada Katlyn tapi segera dilarang oleh Fauzi. Pria itu berseri.
"Perkenalkan nama saya Markus."
"Fauzi."
"Katlyn."
Di sini menjadi ajang perkenalan.
"Om bisa bahasa Indonesia?" tanya Katlyn tampak ragu karena pria ini tidak terlihat seperti orang asli Indonesia.
Markus terkekeh mendengar dirinya dipanggil om. Setua itukah dia?
"Saya memang bukan orang Indonesia. Tapi, saya pernah tinggal lama di sana," ungkapnya. Fauzi dan Katlyn ber'oh. "Kenapa kalian mencari Diana? Apa kalian keluarganya untuk mengembalikan uangku?"
"Bukan, bukan om," sanggah Fauzi dengan cepat. Markus sedikit kecewa. "Kami kesini memang sedang mencari bu Diana karena alasan lain."
"Ah begitu."
"Apa om tahu keberadaan bu Diana sekarang?"
"Sebenarnya saya tidak tahu, karena Diana selalu berpindah-pindah tempat setelah bajingan itu dipenjara." Markus masih geram kepada suaminya Diana.
"Memang apa yang sudah suaminya lakukan? Kenapa dia bisa di penjara?" tanya Katlyn menjadi penasaran.
"Dia melakukan penggelapan, dia juga sudah menipu semua orang dengan menjanjikan suatu hal yang menguntungkan. Yah... seperti saya, saya salah satu korbannya, saya mengenal dia saat di Indonesia. Setelah mendapatkan semuanya, dia kabur ke sini, ke tempat asalnya. Tapi, dia kabur ke tempat yang salah, dia bertemu dengan saya di sini."
Ternyata Markus adalah orang yang menjerumuskan suami Diana ke penjara. Markus juga yang telah menolong Diana, meski dengan imbalan harus bekerja di bar miliknya. Tapi, setelahnya dia melarikan diri.
"Sepertinya kalian benar-benar membutuhkan Diana. Saya akan membantu kalian."
"Om serius?"
Berharap.
"Tentu. Kenapa tidak. Saya senang bisa bertemu dengan orang-orang Indonesia, ah~ Saya ingin kembali ke negara itu."
Fauzi dan Katlyn hanya tersenyum. Ternyata, orang ini tidak seburuk yang mereka pikirkan sebelumnya.
"Biar ku beritahu, catat..."
Secepat mungkin Fauzi segera menyiapkan buku dan alat tulisnya, tapi saat hendak mengambil Katlyn menatap ke arahnya sambil menggoyangkan ponsel. Tiba-tiba saja Fauzi menjadi orang paling bodoh.
Markus memberitahukan alamat rumah Diana.
"Rumah itu tempat persembunyiannya. Bisa saja, dia ada di sana. Tapi saya tidak yakin ini bisa membantu kalian menemukannya."
"Om makasih banyak...." Fauzi dan Katlyn bersemangat penuh harapan setelah mendapatkan informasi yang begitu menguntungkan.
Meskipun Markus tahu tempat persembunyian Diana, ingin meminta uangnya kembali, Diana pasti tidak akan bisa mengembalikannya. Suaminya juga sudah mendapat ganjaran di penjara. Markus masih punya hati nurani, karena Diana juga telah tertipu oleh bajingan itu.
...🐨🌹🐻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ahmad
ok, siip
2020-08-23
1
SR_Muin
like like
2020-08-20
1
Kadek
ijin baca disini kk
2020-07-23
1