Berlanjut....
Keberadaan Tyo akhirnya terbangun. Namun, dia masih sedikit pusing karena alkohol. Melihat-lihat seksama keberadaan dirinya.
"Eungh gue dimana nih? Aduh pala gue." Kepala Tyo berdenyut pusing. Tyo pun beranjak dari tempat tidur. Melihat ada sebuah figura. "Fauzan Fauzi? Oh, gue baru inget. Gue tadi sama Fauzan."
Dia melihat-lihat kamar ini. Banyak foto-foto yang terpajang di dinding, dan salah satunya. Tyo berhenti di foto tersebut. Memandanginya dengan senang dan tersenyum. Yaitu foto masa-masa SMA dulu.
"Gue ganteng banget sih disini. Jadi kangen bocah bawelnya minta ampun ini." Tyo mengingat sosok Olla.
Kemudian ia pun mendapati tumpukan kertas yang berserakan membuat dirinya penasaran. Dirinya mengambil salah satu dari kertas-kertas tersebut dan berpikir untuk apa Fauzan menyimpan sesuatu seperti ini. Kertas-kertas ini tampak seperti koran, situs internet yang di cetak, dan sebagainya. Berisikan informasi yang sama. Tyo sama sekali tidak mengerti.
Klek. Pintu terbuka. Seseorang datang membuat Tyo terkejut. Itu adalah Fauzi yang telah pulang. Fauzi yang melihat Tyo sedang memegang salah satu dari kertas selidikinya, ia langsung berlari dan mengambilnya.
"Lo ngapain sentuh barang gue?!" Fauzi sangat panik. Ia tidak mau ada seseorang yang mengetahui rencananya ini.
"Biasa aja kali, gue juga nggak peduli," tawar Tyo.
Tyo pun langsung mengambil tasnya. "Gue balik dulu, thank udah tolongin gue"
Melangkah ke luar pintu.
Fauzi hanya terdiam dan mengangguk. Ia tidak bisa berkata-kata karena kepanikannya. Tyo pun sudah tidak ada. Fauzi membuang nafas sedikit lega. Ia langsung duduk di tepi kasur memandang kembali kertas yang dipeganginya.
"Kayanya si Tyo nggak sadar. Syukur deh."
...****************...
Esok hari.
Universitas Indonesia, Indonesia, 10.13 AM.
Terlihat Hanna tengah duduk sembari memainkan handphonenya. Namun tak lama seseorang tiba. "Hanna."
Hanna tersenyum saat dipanggilnya. Mereka ikut duduk bersama disini. Mereka adalah Mia dan Zeki, teman satu jurusan dengannya.
"Ada kabar apa Han manggil kita?" tanya Zeki. "Atau... lo kangen sama gue yah."
"Ngaca dulu dong baru bisa bilang kayak gitu," sindir Mia agar temannya itu tahu diri.
Hanna terkekeh melihat dua temannya itu. Mereka berdua sangatlah ribut mungkin persis seperti teman SMA yaitu Aji dan Oni.
Hanna memperlihatkan brosur perlombaan yang didapat dari kakak iparnya itu.
"Wahh lomba nih," ucap Zeki.
"Lo mau ikutan Han?" tanya Mia.
"Maunya sih gitu tapi gue butuh kerja tim," terang Hanna. "Gue butuh kalian."
Zeki salah satu mahasiswa yang pandai dalam pengambilan gambar. Sedangkan Mia memiliki potensi yang sangat kreatif. Maka dari itu Hanna ingin mengajak mereka dalam perlombaan ini.
"Gue sih pasti ikut kalau lo yang ngajak," tutur Zeki. Mia menjitak kepala Zeki agar tersadar kembali. "--Aww! Aish."
"Gue ikut juga lumayan nih hadiahnya," sambung Mia.
"Tapi ini masih kurang. Gue masih butuh orang lagi yang punya skill ngeditnya bagus. Editor."
Zeki dan Mia langsung berpikir mencari tahu siapa yang cocok akan hal tersebut.
"Gue tahu," tungkas Zeki. Mia dan Hanna langsung melirik pada Zeki. "Bang Arnold."
"Kak Arnold ketua BEM maksud lo?" tanya Mia.
"Udah mantan," terang Zeki membenarkan.
Hanna tersentak. "Senior itu? Si Koala?"
"Kalau nggak salah dia yang buat lo dihukum waktu ospek kan? Senior yang lo benci?" selosor Mia.
Hanna mengangguk-angguk.
Zeki pun ikut berbicara kali ini. "Dengerin gue. Dia kan senior kita yang udah berpengalaman, udah pernah magang di stasiun TV besar. Dia juga paling dibanggakan sama para dosen karena presentasi nya."
Hanna berpikir sejenak. "Iyah sih... tapi kan."
"Jangan lupa dia juga asisten dosen," lanjut Zeki.
Mia pun menyetujui pendapat dari Hanna. "Mending nggak usah dia aja deh. Yang lain. Gue nggak mau berurusan sama senior itu. Gue nggak suka sama sifatnya yang kejam, jutek gitu. Gimana mau diajak kerjasama kalau di ajak ngomong cuman seutil."
"Setuju," sosor Hanna.
"Hadeuh... Kalian nggak tahu aja. Gue kan anggota BEM juga, bang Arnold itu orangnya tegas gampang di ajak kerjasama lagi. Kalian nggak bakalan nyesel deh."
Mereka masih mempertimbangkan dulu.
"Gimana Han?" tanya Zeki.
"Mmm yaudah deh lo coba ajak dulu kak Arnold siapa tahu mau."
"Hanna lo seriusan?" tanya Mia sedikit meninggikan nada suaranya.
"Gimana lagi, Mi. Buat kesuksesan lomba."
"Nahh gitu dong... Gue bakalan nemui bang Arnold dan secepatnya gue akan hubungi kalian," ujar Zeki.
...****************...
Di suatu tempat yaitu kafe tak terlalu besar yang tak jauh dari Universitas Indonesia. Sosok Afra sedang melakukan part time nya disini. Ia tengah berdiri di depan kasir dan melayani pelanggan.
"Terima kasih, ditunggu sebentar."
Afra pun memberikan kertas berisikan pesanan pelanggan kepada pekerja lain. Ia pun ikut membantu membuat minumannya. Seseorang pun tiba. Afra menyadari orang tersebut dan tersenyum.
"Hai Afra...." sapanya.
"Ngapain kesini?" tanya Afra telah selesai membuat minuman dari pelanggan.
"Bang Ilham ada?" tanya pemuda itu bernama Gilang.
"Nggak ada. Bos belum kesini," tawar Afra. Tapi ia jadi teringat akan bantuannya, dia harus bersikap baik. "Hm lo mau sesuatu? Gue buatin."
"Boleh deh gue pengen minuman kayak biasa."
"Oke."
Gilang pun menuju tempat duduk yang kosong. Yap. Dia adalah teman satu kampus dan satu jurusan dengan Afra dan dia juga adik dari pemilik kafe ini yaitu Bang Ilham.
Tak lama Afra pun datang dengan pesanan Gilang. "Thanks."
Afra mengangkat halisnya dan kemudian akan beranjak dari sini. Tiba-tiba saja.
"Lo duduk disini dulu aja," sahut Gilang memintanya untuk duduk menemaninya.
"Nggak bisa, gue masih harus kerja. Waktu kerja gue belum selesai," terang Afra. "Gue balik kerja dulu."
Gilang pun mengiyakan dan tersenyum dan meminum minuman yang ada di atas meja tersebut.
...🐨🌹🐻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ahmad
photo nya kenapa harus wajah Korea?
menurut ku Indonesia lebih menarik dan beragam
2020-08-23
1
SR_Muin
semangat
2020-08-20
0
Kadek
semngt kk
like mndarat
rate mndara
jngan lupa mmpir
2020-07-23
1