Bab 3: Beronda Malam

Aku terdiam mematung di tempat duduk.

Dan akhirnya mengucapkan jawaban kepada Zaidan.

.

.

"Biarkan Aku sendiri dulu" kataku.

"Aku masih butuh waktu untuk berfikir lagi" kataku.

"Emm" kata Zaidan dengan mengangguk pelan.

"Baiklah, jika maumu seperti itu" kata Zaidan.

"Tapi dengan syarat!" kata Zaidan.

"Kamu tidak boleh melarangku saat Aku sering menjenguk Graha" kata Zaidan.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala. Dan menyetujui pernyataan Zaidan.

Di tempat duduknya, Zaidan melirik jam tangan yang sedang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Ah,,, Tidak terasa sudah masuk jam malam, sepertinya Aku harus menginap di sini!" kata Zaidan.

Mendengar perkataan Zaidan seketika mata ku membulat.

"Apa maksudnya dengan Dia menginap di sini?" batinku.

"Pulang saja. Ibumu pasti mencarimu" kataku.

"Kamu pikir, Aku masih anak kecil?" kata Zaidan.

"Kenyataannya seperti itu kan?" kataku dengan membulatkan mata yang menyala menatap mata Zaidan.

"Hahhhh, sekarang Aku adalah seorang Ayah, jadi Aku akan tidur dengan Graha" kata Zaidan.

Zaidan segera beranjak dari duduknya. Dan langsung tidur di ranjang sebelah Graha.

Dengan pakaiannya yang berupa kaos dan celana oblong. Karena kebetulan Zaidan memang sengaja tidak bekerja hari ini.

Zaidan sengaja berniat ingin meluangkan waktu dengan Graha dan Aku.

"Hei, siapa yang suruh Kamu tidur di situ?" kataku.

"Ini kamarku. Kamu pulang saja ke rumah" kataku.

Aku menarik tangan Zaidan agar bangun dari tidurnya. Niatnya sih ingin menyeretnya keluar dari kamar itu.

Tapi, saat ini justru Aku yang ditarik oleh Zaidan. Hingga masuk kelingkaran lengannya. Dan jatuh ke badan atas Zaidan.

Zaidan memelukku dengan erat saat Aku meronta-ronta agar lepas dari pelukannya itu.

"Hei, lepaskan Aku sekarang!" kataku.

Zaidan menempelkan satu jari telunjuknya di mulutku.

"Hussssttt!!!" kata Zaidan.

"Jangan ramai" kata Zaidan.

"Nanti Graha bangun" kata Zaidan dengan setengah berbisik.

Mendengar perkataan Zaidan, seketika Aku melihat Graha memang benar. Jika Aku meronta dan berisik, bisa menjadi alasan untuk Graha bangun.

Dan jangan tanya dengan keadaan jantungku saat itu.

Saat itu, jantungku benar-benar ingin meledak.

"Deg, deg, deg"

Zaidan tetap mendekapku erat.

Dengan tangan yang lain membelai rambutku dengan lembut.

"Hangat" batinku.

"Tidak, tidak. Aku tidak boleh terlena dengan ini" batinku.

Sudah sejak 1 jam, Kami berpose demikian.

Dan Zaidan sudah memejamkan mata.

Pelan-pelan Aku melepaskan rangkulannya. Dan tidur di sebelah kiri Graha.

Meski Aku menganggap Zaidan sudah tertidur.

Pada kenyataannya Zaidan berpura-pura telah tidur. Agar Aku tidak bisa mengusirnya lagi.

"Oek, oek, oek" Graha menangis.

Sudah waktunya Dia diberikan Asi olehku.

Zaidan sedikit melirik apa yang Aku lakukan tanpa sepengetahuanku.

Saat Aku memberi Asi pada Graha.

Rasa kantuk sangat menyerang mataku saat itu.

Membuatku tertidur saat memberikan Asi pada Graha.

Tanpa Aku sadari, Asi yang kuberikan menetes ke pipi Graha.

Saat itu Zaidan segera memperbaiki posisi Graha dan menutup Asi yang sedang menetes.

Merasakan ada gerakan, membuatku terbangun dari tidurku.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku spontan.

"Sepertinya Kamu sangat lelah" kata Zaidan.

"Tentu saja. Menjadi seorang Ibu memang lelah" kataku.

"Kalau begitu, tidurlah. Biarkan Aku yang menjaga Graha mulai sekarang" kata Zaidan.

"Benarkah? Yakin?" kataku.

"Iya" kata Zaidan.

Segera Aku beranjak ke belakang. Kemudian Aku memompa Asi terlebih dahulu ke dalam dot.

Lalu Aku berikan dot itu ke Zaidan.

"Ini!" kataku.

"Nanti jika Graha bangun, tinggal Kamu berikan dotnya" kataku.

"Baiklah" kata Zaidan.

Aku berjalan keluar membawa bantal dan selimut. Dengan wajah yang senang.

Dan pergi tidur di kursi.

Hal yang sangat membahagiakan saat menjadi seorang Ibu adalah mendapatkan waktu tidur yang tenang.

"Setidaknya Zaidan agar tahu rasanya menjadi seorang Ibu walau hanya 1 malam, hihi" batinku.

...****************...

Dan malam itu, akhirnya Zaidan yang bertugas beronda menjaga Graha.

Saat Graha menangis, Zaidan memberikan dot yang telah kuserahkan beberapa jam lalu.

Awalnya Graha meminumnya. Tapi, setelah itu Dia memuntahkannya. Dan Dia terus menangis.

Lalu Zaidan mencoba menggendongnya dan mengayun-ayunkan Graha.

Zaidan berusaha keras untuk mencari cara agar Graha diam. Hingga tak terasa keringat menetes dari dahinya.

"Bagaimana ini?" gumam Zaidan.

"Apakah karena susunya telah dingin?" gumam Zaidan.

"Sebentar ya nak, Ayah mau manasin susu dulu" kata Zaidan kepada Graha.

Akhirnya Zaidan meninggalkan Graha di kamar. Lalu memanaskan susu ke belakang.

"Oek, oek, oek"

Tangisan Graha semakin keras.

Karena Ibuku tahu jika Zaidan menginap di kamar. Ibu menjadi sungkan mengongak Graha.

Sedangkan Aku mendengar tangisan Graha.

"Astaga, padahal masih belum 3 jam Aku meninggalkannya" gumamku.

Dengan mata yang berat, Aku terpaksa memeriksa keadaan.

Saat Aku mengecek kamar, Zaidan tidak ada di tempatnya.

"Dia pasti kabur?" gumamku.

Segera Aku melihat Graha. Ternyata Graha baru saja kencing. Membuat celananya basah dan tidak nyaman untuknya.

Segera Aku menggantinya dan mengelapnya dengan tisu basah.

Beberapa menit, Zaidan kembali dengan membawa dot yang terisi susu panas.

"Dari tadi Dia menangis. Sudah Aku gendong dan berikan Asi" kata Zaidan menjelaskan.

"Asinya justru di muntahkan oleh Graha" kata Zaidan.

"Jadi Aku memanaskan susunya. Mungkin karena sudah dingin jadi Graha tidak mau" kata Zaidan.

Setelah menjelaskan panjang lebar Zaidan terkejut melihat Graha sudah tertidur pulas kembali.

"Sejak kapan Dia tertidur?" kata Zaidan.

"Sejak popoknya sudah diganti" jawabku.

"Oh, jadi tadi Graha menangis karena Dia kencing?" kata Zaidan.

"Astaga, kencing saja ramai membuat orang khawatir" kata Zaidan.

Zaidan gemas kepada Graha membuat Dia ingin mencubit hidungnya.

"Huhh,,, memang perlu di cu,,,," kata Zaidan terhenti saat tangan Zaidan Aku tahan.

"Dia baru saja tertidur. Jangan berulah" kataku memperingati Zaidan.

Saat Aku menahan tangan Zaidan, tangan Zaidan yang lain meraih tanganku. Lalu menariknya, hingga Aku berada dipelukannya.

"Apa'an sih!" kataku dengan meronta.

"Syuuuttt!!! Graha baru saja tidur jadi jangan berulah" kata Zaidan.

"Kamu yang berulah. Lepaskan Aku sekarang!" kataku tertahan.

"Cup" satu ciuman Zaidan mendarat di bibirku.

"Apa'an sih. Kubilang lepas" kata Zaidan.

"Tidak. Aku sangat rindu pada istriku. Dan Aku tidak akan melepaskannya" kata Zaidan.

"Kamu gila ya" kataku.

"Iya, gila karena istriku sangat cantik" kata Zaidan.

Aku sudah meronta-ronta dari tadi. Tapi Zaidan tetap memelukku dengan erat. Membuat Aku menyerah untuk melepaskannya.

"Sebenarnya apa tujuanmu Zaidan?" kataku tegas.

Zaidan terkejut saat cara panggilku berbeda padanya sekarang. Tanpa Mas apalagi sayang lagi.

Mendengar ucapan ketegasanku. Zaidan spontan melepaskan pelukannya.

"Jika tujuanmu kesini menggodaku. Dan menyeretku ke kehidupan bagai neraka lagi. Sampai kapanpun Aku tidak akan pernah mau kembali" kataku tegas.

"Aku sudah sakit sedalam-dalamnya. Tidak pernah dihargai, diremehkan selalu tidak ada yang benar selama Aku melakukan tindakan" kataku dengan tegas.

"Sekarang, Aku lebih nyaman hidup sendiri. Cukup Graha yang ada di sampingku" kataku.

"Graha tetap butuh Ayah Milanie. Pikirkan lagi" kata Zaidan.

"Biarkan Aku yang akan menjadi Ayah dan Ibu untuk Graha" kataku.

"Bagaimana caranya Kamu mengatur waktu? Saat Kamu bekerja sebagai peran ayah, Dia tidak menerima kasih sayang darimu sebagai Ibu. Saat Kamu mencurahkan kasih sayang kepada Graha. Kamu tidak bisa melakukan bekerja sebagai peran Ayah. Kamu harus memilih satu peran Milanie. Tidak bisa dengan 2 peran" kata Zaidan.

Aku hanya terdiam menatap tajam kepada Zaidan mendengar pernyataannya.

"Benarkah Kamu berfikir demikian?" kataku.

...----------------...

Terpopuler

Comments

ig: pocipan_pocipan

ig: pocipan_pocipan

1 bunga untukmu juga... semangat

2024-04-17

1

Anita Jenius

Anita Jenius

Singgah baca di sini dulu

2024-04-15

1

User Minor

User Minor

nyicil dulu

2023-11-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kembali ke Rumah
2 Bab 2: Dia Mengunjungi Rumah
3 Bab 3: Beronda Malam
4 Bab 4: Graha diculik Ayahnya
5 Bab 5: Dia Melelehkan Hatiku
6 Bab 6: Luapan rasa Sakit
7 Bab 7: Pertumbuhan Graha
8 Salam dari Penulis
9 Bab 8: Jika sudah Jodoh tidak akan Kemana
10 Bab 9: Bebas
11 Bab 10: Tawaran Keputusan
12 Bab 11: Musuh Masa Lalu
13 Bab 12: Mengganti Posisi
14 Bab 13: Berusaha Bangkit Bersama
15 Bab 14: Omset Menurun Drastis
16 Bab 15: Ibu Zaidan Tahu Keadaannya
17 Bab 16: Terjun ke Lapangan
18 Bab 17: Pekerjaan Rumah yang Tidak ada Habisnya
19 Bab 18: Cinta Pertama dari Masa Lalu
20 Bab 19: Pondasi Diri
21 Bab 20: Briefing
22 Bab 21: Rencana Penghijauan
23 Bab 22: Aku Takut
24 Bab 23: Meeting
25 Bab 24: Aku membawa Graha Bekerja
26 Bab 25: Kekuatan seorang Ibu
27 Bab 26: Menyelidiki
28 Bab 27: Kesucian yang Direnggut
29 Bab 28: Cuaca Murka
30 Bab 29: Kasus Nico
31 Bab 30: Sindiran
32 Bab 31: Sindiran perempuan iri
33 Bab 32: Penasaran
34 Bab 33: Tangan Perdamaian
35 Bab 34: Meminta Bantuan
36 Bab 35: Bimbang
37 Bab 36: Pengakuan Cinta yang Salah
38 Bab 37: Pengunduran diri
39 Bab 38 : Rahasia
40 Bab 39 : Partner Kerja yang Cantik
41 Bab 40 : Banyak Wanita yang lebih cantik di luar, tapi lihat yang lebih setia.
42 Bab 41 : Tawaran Pernikahan
43 Bab 42 : Tawaran segudang Emas yang difikirkan adalah seekor Kangguru
44 Bab 43 : Bimbang
45 Bab 44 : Bersantai saat Pagi
46 Bab 45 : Mengunjungi Kantor
47 Bab 46 : Pertemuan yang Panas
48 Bab 47 : Kedatangan Ayah dan Ibu Zaidan
49 Bab 48: Kerukunan
50 Bab 49: Setiap Orang bisa Berubah
51 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1: Kembali ke Rumah
2
Bab 2: Dia Mengunjungi Rumah
3
Bab 3: Beronda Malam
4
Bab 4: Graha diculik Ayahnya
5
Bab 5: Dia Melelehkan Hatiku
6
Bab 6: Luapan rasa Sakit
7
Bab 7: Pertumbuhan Graha
8
Salam dari Penulis
9
Bab 8: Jika sudah Jodoh tidak akan Kemana
10
Bab 9: Bebas
11
Bab 10: Tawaran Keputusan
12
Bab 11: Musuh Masa Lalu
13
Bab 12: Mengganti Posisi
14
Bab 13: Berusaha Bangkit Bersama
15
Bab 14: Omset Menurun Drastis
16
Bab 15: Ibu Zaidan Tahu Keadaannya
17
Bab 16: Terjun ke Lapangan
18
Bab 17: Pekerjaan Rumah yang Tidak ada Habisnya
19
Bab 18: Cinta Pertama dari Masa Lalu
20
Bab 19: Pondasi Diri
21
Bab 20: Briefing
22
Bab 21: Rencana Penghijauan
23
Bab 22: Aku Takut
24
Bab 23: Meeting
25
Bab 24: Aku membawa Graha Bekerja
26
Bab 25: Kekuatan seorang Ibu
27
Bab 26: Menyelidiki
28
Bab 27: Kesucian yang Direnggut
29
Bab 28: Cuaca Murka
30
Bab 29: Kasus Nico
31
Bab 30: Sindiran
32
Bab 31: Sindiran perempuan iri
33
Bab 32: Penasaran
34
Bab 33: Tangan Perdamaian
35
Bab 34: Meminta Bantuan
36
Bab 35: Bimbang
37
Bab 36: Pengakuan Cinta yang Salah
38
Bab 37: Pengunduran diri
39
Bab 38 : Rahasia
40
Bab 39 : Partner Kerja yang Cantik
41
Bab 40 : Banyak Wanita yang lebih cantik di luar, tapi lihat yang lebih setia.
42
Bab 41 : Tawaran Pernikahan
43
Bab 42 : Tawaran segudang Emas yang difikirkan adalah seekor Kangguru
44
Bab 43 : Bimbang
45
Bab 44 : Bersantai saat Pagi
46
Bab 45 : Mengunjungi Kantor
47
Bab 46 : Pertemuan yang Panas
48
Bab 47 : Kedatangan Ayah dan Ibu Zaidan
49
Bab 48: Kerukunan
50
Bab 49: Setiap Orang bisa Berubah
51
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!