Bab 2: Dia Mengunjungi Rumah

Zaidan hari ini meminta Izin di kantor Pak Mahardika.

Sudah sejak 1 bulan Zaidan selalu lembur. Bekerja setiap hari tanpa melihat waktu istirahat. Demi mendapatkan uang yang lebih banyak dari biasanya. Karena kebangkrutan orang tuanya. Membuat Dia akhir-akhir ini tertekan dan banyak fikiran.

Hingga rasa capeknya membuat Dia tidak bisa mengontrol emosi dirinya. Membuatnya tidak dapat berfikir jernih lagi dikala Dia sedang santai.

Setelah membentakku, Zaidan merasa menyesal setelahnya.

Rasa sesal memang selalu terjadi di belakang bukan?

Dengan menyetir mobil sendiri, Zaidan bergegas menuju rumahku.

Sedangkan Dimas juga diliburkan hari itu oleh zaidan.

"Bagaimana pun Aku adalah seorang Ayah. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini. Jika Milanie hingga bersikap seperti itu, pasti ada alasan di balik ini semua" batin Zaidan.

Dengan hati yang teguh, Zaidan datang ke rumahku.

Sudah sejak 7 hari Aku telah tinggal di rumah orang tuaku.

Dan Aku telah bekerja di sebuah Intansi yang sedang berkembang saat ini.

...****************...

"Tok, tok, tok!"

Ketukan pintu.

Ibuku membukakan pintu. Dengan menggendong Graha.

Sedangkan saat itu Aku sedang pergi bekerja.

Mereka duduk di ruang tamu dengan saling berhadapan.

Terlihat Zaidan sedang menundukkan kepala. Dan menceritakan seluruh keluh kesahnya terhadap diriku.

"Saya kemari ingin berbicara kepada Ibu" kata Zaidan.

"Berbicaralah Nak" kata Ibu.

"Saya akui, selama ini memang cara Saya salah kepada Milanie. Tapi, Saya melakukan demikian karena Saya sangat menyayangi Milanie" kata Zaidan.

"Saya akui, Saya telah membentak Milanie dengan sangat kasar. Tapi, hal itu karena Saya memiliki alasan" kata Zaidan menjelaskan.

"Karena Saya juga bingung terhadap Milanie. Padahal, selama ini Saya selalu berusaha bertanggung jawab kepadanya. Tapi bagi Milanie selalu saja ada yang kurang pada Saya. Dia selalu terlihat murung. Dan kadang juga tiba-tiba marah-marah tanpa sebab. Jadi Saya bingung harus bagaimana untuk menghadapi Milanie" kata Zaidan.

"Nak, hati seorang wanita. Itu sangat rapuh nak. Sekali Kamu bentak, Dia akan hancur. Seperti halnya kaca. Sekali di lempar batu, Dia akan pecah. Setelah pecah, saat akan utuh Dia akan sangat sulit" kata Ibu.

"Jangan sekali-kali Kamu membentak Istrimu apalagi melakukan kekerasan kepadanya. Karena itu akan mematahkan hatinya" kata Ibu.

"Iya Ibu, Zaidan mengerti jika Zaidan salah atas itu" kata Zaidan.

"Jika memang Milanie sangat sulit dipahami. Tidak bisakah Kamu bertanya baik-baik padanya. Ada apa? Seperti itu?" kata Ibu.

Mendengar perkataan Ibu, mata Zaidan membulat. Hal pertama yang Dia fikirkan. Memang selama ini Zaidan tidak pernah bertanya atau ingin mengerti tentang perasaanku.

"Bisa Ibu" kata Zaidan.

"Bagus, Kamu anak yang baik Zaidan. Itulah alasan Ibu kenapa mempercayakan anak Ibu kepadamu" kata Ibu.

"Sekarang dimana Milanie?" tanya Zaidan.

"Dia mulai bekerja di instansi dekat rumah" kata Ibu.

"Baiklah, Zaidan akan pulang terlebih dahulu. Nanti akan kembali ke sini" kata Zaidan.

Sebelum pergi, Zaidan melihat Graha dan mencium pipinya.

Dia tidak menyangkal, jika Graha sangat Dia rindukan. Walau hanya 7 hari.

...****************...

Setelah Aku pulang, Aku bergegas meraih Graha.

Melihat Ibuku seharian menggendongnya pasti terasa capek.

Malam adalah siff waktu Aku merawat Graha.

Saat sebelum berangkat. Aku telah menyiapkan tandon susuku yang kuperas dan di masukkan ke dott.

Untuk Graha yang merasa haus nanti. Saat Aku bekerja.

Saat seorang Ibu bekerja. Rasa lelah semakin bertumpuk. Dia harus mencari nafkah saat siang. Dan masih lembur merawat anaknya saat malam. Hingga esoknya, kembali bekerja lagi.

Ibuku memberitahu jika Zaidan tadi kemari.

"Untuk apa Dia kemari?" tanyaku.

"Dia menjelaskan jika Dia menyesal telah membentakmu" kata Ibu.

"Menyesal apanya? Dia selalu menyesal setelah melontarkan kata kasar padaku. Dan suatu saat akan mengulanginya lagi. Itu bukan rasa salah yang sejati Ibu" kataku.

Dan setelah mendengar penjelasanku, Ibuku terdiam.

Ibu mana yang rela melihat anaknya menderita karena disebabkan oleh orang lain.

Anaknya yang dirawat dari kecil. Dipinang-pinang dengan kasih sayang dengan sepenuh hati.

Melihat sebegitu menderitanya. Tentu saja membuat Ibuku sedikit tidak suka kepada Zaidan.

...****************...

Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam.

Saat itu, ada pria tanpa undangan yang sedang mengetuk pintu rumah Ibuku.

Karena Graha telah tertidur, Aku membuka pintu itu.

Saat Aku membuka pintunya. Tepat di hadapanku. Saat ini telah berdiri sosok yang telah memberiku duri.

Jangan tanya dengan wajahku.

Saat itu, wajahku datar dengan mata yang tajam. Sebagai sosok yang telah mati rasa.

Sosok yang kosong. Tanpa rasa peduli dengan orang lain lagi.

Zaidan menatapku. Dan hanya berdiri diam.

"Untuk apa Kamu ke sini?" tanyaku.

"Graha. Aku ke sini untuk melihat Graha" kata Zaidan.

"Bagaimana pun, Graha adalah anak kandungnya. Tentu saja, Aku tidak akan melarangnya masuk" batinku.

Tanpa berkata sepatah kata pun. Aku membalikkan badanku dan masuk ke rumah.

Segera Aku menuju kamar untuk melihat Graha.

Terlihat Dia masih tertidur pulas. Jika Aku menggendongnya, tentu khawatir akan membangunkannya.

Akhirmya, Aku menghampiri Zaidan dan mengabarkan hal ini kepadanya.

Karena Zaidan bilang Dia merindukkan Graha.

Dengan terpaksa Aku mempersilahkan Dia untuk masuk ke kamar dan melihatnya tidur.

Zaidan duduk di ranjang sebelah kanan Graha.

Dengan menatap anaknya yang sedang tertidur pulas.

Dalam keheningan, Zaidan bersuara dan memecahkan suasana yang Aku rasa tegang dan tidak nyaman.

"Bukankah wajahnya mirip denganku?" kata Zaidan.

"Itu pendapatmu saja. Lagi pula wajah seorang bayi masih akan berubah-ubah" jawabku.

"Milanie, kemarilah!" kata Zaidan.

"Jika bicara, bicaralah. Tidak perlu menyuruhku duduk di sebelahmu" kataku acuh.

Akhirnya Zaidan berdiri dan menghampiriku.

Lalu Dia menarik tanganku. Lalu mengarahkanku untuk duduk.

Aku hanya mengikuti panduannya. Tak ada gunanya juga untuk menyulut api pertengkaran.

"Milanie, lihatlah anak kita" kata Zaidan.

Aku tidak bergeming dengan apa perintah Zaidan.

"Dengarkan Aku, Aku memang salah dengan sikapku padamu. Aku minta maaf" kata Zaidan.

"Untuk apa mengucapkan maaf jika akan diulangi?" kataku.

"Kamu pikir Aku ini apa? Mainan?" kataku dengan emosi yang tertahan.

"Yang dengan seenaknya Kamu sakiti. Lalu Kamu tarik ulur dan Kamu sakiti lagi?" kataku.

"Aku punya perasaan Mas!" kataku.

"Kamu tahu? Hatiku sudah serasa mati sekarang. Rasanya Aku sudah tidak ingin hidup lagi. Tapi, hanya demi Graha. Demi Graha Aku harus hidup untuknya. Rasanya hidupku berubah buruk sejak ada kehadiranmu Mas" kataku.

"Jadi pergilah. Aku sudah nyaman dengan hidupku sendiri. Dan cukup Graha yang ada di sampingku" kataku.

"Milanie, jangan bicara seperti itu. Aku sadari selama ini caraku salah sebagai Suami. Aku janji Aku akan berubah. Aku tidak akan perhitungan apapun padamu" kata Zaidan.

"Ayo Kita mulai dari awal. Setiap orang pasti melakukan kesalahan. Jadi, bisakah Kamu berikan satu kesempatan untukku?" kata Zaidan.

Aku hanya diam dan mengepalkan kedua tanganku. Menahan sesak rasa sakit. Dan meneteskan air mata.

Yang hanya di rasa oleh seorang istri. Tidak dengan orang lain.

...----------------...

Terpopuler

Comments

User Minor

User Minor

anakku yang sudah besar aja, pas aku kerja lagi rasanya capek bgt smpe aku masuk RS karna kelelahan apalagi Milanie,,, nggak kebayang rasanya, peluk Milaniee

2023-11-12

1

mom mimu

mom mimu

huaaa... tiap baca karyamu selalu bikin nyesek kak... nyampe banget ke hati...

kerennnn 👍🏻👍🏻👍🏻

2023-11-01

1

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)

nah bener banget tuh, hehehe

2023-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kembali ke Rumah
2 Bab 2: Dia Mengunjungi Rumah
3 Bab 3: Beronda Malam
4 Bab 4: Graha diculik Ayahnya
5 Bab 5: Dia Melelehkan Hatiku
6 Bab 6: Luapan rasa Sakit
7 Bab 7: Pertumbuhan Graha
8 Salam dari Penulis
9 Bab 8: Jika sudah Jodoh tidak akan Kemana
10 Bab 9: Bebas
11 Bab 10: Tawaran Keputusan
12 Bab 11: Musuh Masa Lalu
13 Bab 12: Mengganti Posisi
14 Bab 13: Berusaha Bangkit Bersama
15 Bab 14: Omset Menurun Drastis
16 Bab 15: Ibu Zaidan Tahu Keadaannya
17 Bab 16: Terjun ke Lapangan
18 Bab 17: Pekerjaan Rumah yang Tidak ada Habisnya
19 Bab 18: Cinta Pertama dari Masa Lalu
20 Bab 19: Pondasi Diri
21 Bab 20: Briefing
22 Bab 21: Rencana Penghijauan
23 Bab 22: Aku Takut
24 Bab 23: Meeting
25 Bab 24: Aku membawa Graha Bekerja
26 Bab 25: Kekuatan seorang Ibu
27 Bab 26: Menyelidiki
28 Bab 27: Kesucian yang Direnggut
29 Bab 28: Cuaca Murka
30 Bab 29: Kasus Nico
31 Bab 30: Sindiran
32 Bab 31: Sindiran perempuan iri
33 Bab 32: Penasaran
34 Bab 33: Tangan Perdamaian
35 Bab 34: Meminta Bantuan
36 Bab 35: Bimbang
37 Bab 36: Pengakuan Cinta yang Salah
38 Bab 37: Pengunduran diri
39 Bab 38 : Rahasia
40 Bab 39 : Partner Kerja yang Cantik
41 Bab 40 : Banyak Wanita yang lebih cantik di luar, tapi lihat yang lebih setia.
42 Bab 41 : Tawaran Pernikahan
43 Bab 42 : Tawaran segudang Emas yang difikirkan adalah seekor Kangguru
44 Bab 43 : Bimbang
45 Bab 44 : Bersantai saat Pagi
46 Bab 45 : Mengunjungi Kantor
47 Bab 46 : Pertemuan yang Panas
48 Bab 47 : Kedatangan Ayah dan Ibu Zaidan
49 Bab 48: Kerukunan
50 Bab 49: Setiap Orang bisa Berubah
51 Salam dari Penulis
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1: Kembali ke Rumah
2
Bab 2: Dia Mengunjungi Rumah
3
Bab 3: Beronda Malam
4
Bab 4: Graha diculik Ayahnya
5
Bab 5: Dia Melelehkan Hatiku
6
Bab 6: Luapan rasa Sakit
7
Bab 7: Pertumbuhan Graha
8
Salam dari Penulis
9
Bab 8: Jika sudah Jodoh tidak akan Kemana
10
Bab 9: Bebas
11
Bab 10: Tawaran Keputusan
12
Bab 11: Musuh Masa Lalu
13
Bab 12: Mengganti Posisi
14
Bab 13: Berusaha Bangkit Bersama
15
Bab 14: Omset Menurun Drastis
16
Bab 15: Ibu Zaidan Tahu Keadaannya
17
Bab 16: Terjun ke Lapangan
18
Bab 17: Pekerjaan Rumah yang Tidak ada Habisnya
19
Bab 18: Cinta Pertama dari Masa Lalu
20
Bab 19: Pondasi Diri
21
Bab 20: Briefing
22
Bab 21: Rencana Penghijauan
23
Bab 22: Aku Takut
24
Bab 23: Meeting
25
Bab 24: Aku membawa Graha Bekerja
26
Bab 25: Kekuatan seorang Ibu
27
Bab 26: Menyelidiki
28
Bab 27: Kesucian yang Direnggut
29
Bab 28: Cuaca Murka
30
Bab 29: Kasus Nico
31
Bab 30: Sindiran
32
Bab 31: Sindiran perempuan iri
33
Bab 32: Penasaran
34
Bab 33: Tangan Perdamaian
35
Bab 34: Meminta Bantuan
36
Bab 35: Bimbang
37
Bab 36: Pengakuan Cinta yang Salah
38
Bab 37: Pengunduran diri
39
Bab 38 : Rahasia
40
Bab 39 : Partner Kerja yang Cantik
41
Bab 40 : Banyak Wanita yang lebih cantik di luar, tapi lihat yang lebih setia.
42
Bab 41 : Tawaran Pernikahan
43
Bab 42 : Tawaran segudang Emas yang difikirkan adalah seekor Kangguru
44
Bab 43 : Bimbang
45
Bab 44 : Bersantai saat Pagi
46
Bab 45 : Mengunjungi Kantor
47
Bab 46 : Pertemuan yang Panas
48
Bab 47 : Kedatangan Ayah dan Ibu Zaidan
49
Bab 48: Kerukunan
50
Bab 49: Setiap Orang bisa Berubah
51
Salam dari Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!