"Sin! Sindy dengarkan mas Doni,Sin!"
Sindy terus saja berlalu dari Doni.
"Sin! Tunggu sayang! Mas gak sengaja Sin."
"Iya Mas aku tahu kamu gak sengaja! Tapi aku gak bisa menahan perasaan sakit hatiku ketika melihat Viola menikmati pelukan kamu! Kehadiran Viola di rumah ini untuk merusak rumah tangga kita Mas,hiks," tutur sindy sambil menangis.
"Iya Sayang, tapi Mas gak punya perasaan apa-apa terhadap Viola!"
"Iya mas, tapi hatiku akan terasa sakit jika Viola terus berada di rumah ini."
"Iya terus mau kamu apa Sin?"
"Mau aku, kamu suruh Viola untuk pergi dari sini Mas!"
"Tapi Sin, mas gak bisa melakukan itu."
"Memangnya kenapa mas?" tanya Sindy sambil menatap Doni dengan tatapan berembun.
"Aku nggak enak sama mama dan sama Viola."
"Nggak enak sama mama dan nggak enak sama Viola, terus kamu tidak memikirkan perasaan aku bagaimana Mas."
"Bukan seperti itu Sin, hanya saja Mas nggak enak harus mengusir Viola. Lagi pula Mama pasti marah karena mama lah yang meminta Viola untuk tetap tinggal di sini."
"Ya sudah Mas, kalau begitu aku saja yang pergi dari rumah ini," tukas Sindy sambil menghapus air matanya.
Sindy kemudian menarik kopernya yang berada di samping lemari, kemudian Ia membuka pintu lemari dan mengeluarkan semua pakaiannya.
Melihat Sindy yang sepertinya ingin pergi, Doni sedikit panik.
"Sin, dengerin Mas Doni dulu Sin. Mas janji nggak akan menyentuh Viola lagi, nggak akan dekat-dekat dengan Viola lagi. Tapi tolong Kamu jangan pergi. Kamu tahu sendiri kan kalau keinginan Mama tidak dituruti Mama akan pergi dari rumah ini. Tolonglah Sin, beri Mas Doni waktu sedikit saja untuk menjelaskan pada Mama."
"Mas kamu gak tahu perasaan aku bagaimana, kamu gak tahu bagaimana mama memperlakukan aku. Aku gak bisa diam saja Mas. Kalau kamu berat untuk menyuruh Viola pulang ke rumahnya, itu berarti kamu menyuruh aku yang pergi dari rumah ini," ucap Sindy dengan suara parau nya.
Doni menghempaskan napas panjang.
"Iya Sin,mas Doni coba membujuk Mama dulu ya, kamu jangan pergi ya Sayang. Mas Doni gak mau masalah ini berlarut-larut. Mas Doni ingin rumah tangga yang sakinah mawadah, warahmah."
"Sekarang kamu istirahat ya. Mas Doni mau bicara pada mama sebentar."
***
Doni mencari keberadaan bu misye yang ternyata masih berada di kamar Viola.
Karena bu Misye sedang berada di kamar Viola, Doni tak berani menghampirinya. Doni menunggu di luar kamar sampai bu Misye keluar dari kamar tersebut.
"Aduh sakit Tante! Kakiku sakit sekali!"Keluh Viola.
"Apa perlu kita ke rumah sakit Viola? tanya Bu Misye ketika melihat kaki Viola yang bengkak karena tertusuk pecahan kaca.
"Tidak perlu Tante, Ini hanya luka kecil, hanya saja aku pasti belum bisa berjalan selama beberapa hari karena luka ini. Apalagi kakiku sempat terkilir."
"Ya sudah Viola, kamu istirahat saja."
Bu Misye bangkit kemudian pergi meninggalkan Viola.
"Mah bisa bicara sebentar?"tanya Doni.
"Bicara apa Don?"
"Duduk dulu Ma,kita bicara secara empat mata."
Bu Misye melipat kedua tangannya ke dada sambil menatap Doni dengan tatapan sinis. Sepertinya, Wanita itu sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh putranya itu.
"Pasti ini tentang Viola kan?" terka bu Misye.
"Iya Ma."
"Pasti Sindy yang menyuruh kamu untuk mengusir Viola kan?"tanya Bu Misye dengan tatapan yang lebih sinis.
"Iya Ma, tapi Sindy punya alasan kuat untuk itu."
Bu Misye menghela nafas panjang.
"Doni, Doni kamu selalu saja menuruti perkataan istrimu itu. Istrimu itu hanya cemburu pada Viola, karena kamu lihat sendiri kan. Viola itu cantik dan seksi mana sebanding dengan istrimu itu," cetus bu misye sambil membuang muka.
"Ma, Mama tidak boleh bicara seperti itu, Sindy itu istri pilihan aku. Jika mama menghina Sindy, itu berarti mama menghina aku."
"Terus aja kamu bela istrimu itu Doni!"
"Bukan nge belain Sindy Ma, tapi Sindy juga berhak untuk menentukan siapa yang tinggal di rumah ini."
"Apa maksud kamu Sindy yang lebih berhak tinggal di sini? Ya sudah, kalau begitu Mama yang akan pergi dari sini."
"Bukan begitu ma, Sindy tidak menyuruh Mama pergi. Hanya saja, dia tidak suka kalau Viola tinggal di rumah ini. Mama pasti tahu perasaan Sindy seperti apa, bukannya mama dan Sindy sama-sama wanita dan sama-sama seorang istri. Tentunya, nggak ada seorang wanita yang menginginkan kehadiran orang ketiga di dalam rumah tangganya."
"Cukup Doni! Mama tidak mau dengar lagi argumen kamu itu. Kalau kamu ngusir Viola di rumah ini, itu berarti kamu mengusir mama. Baiklah, kalau gitu lebih baik Mama pergi saja dari rumah ini supaya kamu dan istri kamu bisa hidup bahagia," ucap Bu Misye sambil berlalu meninggalkan Doni.
"Bukan begitu Ma, dengarkan Doni. Mama dan Sindy harus berada di rumah ini, kalian berdua adalah wanita yang Doni sayangi. Doni tidak mungkin bisa memilih antara mama dan Sindy."
"Ya sudah, kalau kamu tidak bisa memilih Mama Yang akan pergi dari sini, biar kamu tidak terbebani."
"Lah Mama kok bicara seperti itu, Doni tidak mengusir Mama, tapi meminta Viola untuk pergi dari rumah ini. Sindy bisa makan hati setiap hari, Jika Viola terus berada di rumah ini."
"Alah, bilang saja istri kamu itu cemburu. Ya sudah kalau begitu,Mama sudah putuskan akan pergi dari rumah ini. Dan kamu Doni jangan pernah temui Mama lagi setelah Mama keluar dari rumah ini."
"Astaghfirullah Mama, sadar nggak sih apa yang Mama ucapkan itu?"
"Mama sadar sepenuhnya, sadar Doni, sejak menikah dengan Sindy sifat kamu jadi berubah. Sekarang mama mau kamu pilih, Mama atau Sindy yang berada di rumah ini.
Doni begitu kaget mendengar penuturan bu Misye.
"Nggak bisa gitu dong ma, Doni butuh Sindy dan butuh mama. Mana mungkin Doni mengusir istri Doni sendiri," tukas Doni.
"Ya sudah kalau begitu Mama saja yang pergi," ucap Bu Misye seraya menarik koper dan memasukkan barang-barangnya ke dalam.
"Ma, tunggu dulu ma, dengerin Doni dulu. Jangan bikin Doni terus merasa bersalah karena kepergian mama. Tapi Doni juga tidak mau menyakiti istri Doni Ma."
"Terserah, jika kamu ingin Viola pergi, itu berarti mama juga pergi," ancam Bu Misye sambil membuka resleting kopernya.
"Iya, Ma. Biarkan saja Viola tinggal di rumah ini, puas Mama!' bentak Doni sambil berlalu dari hadapan Bu Misye.
Bu Misye tersenyum menyeringai.
'Rasakan kamu Sindy, saya belum puas membuat kamu sengsara,' gumam Bu Misye.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
suami bodoh tidak bersikap tegas... cari rumah lain sebelum kau menyesal
2024-07-16
0
nesya
ibu macam apa yg sengaja menjerumuskan anak nya dlm jurang dosa dan kehancuran.
2023-12-27
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
orgtua model apa amit2..ga sah dimaafin aja sin kl sakaratul maut..udh jahat mitnah lagi.
2023-09-17
0