Mungkin sudah puluhan kali bu Misye membujuk Doni agar membatalkan pernikahannya bersama Sindy, tapi nyatanya Doni tetap keras kepala.
Hal itu karena bu Misye tidak pernah memberikan alasan sesungguhnya, kenapa beliau melarang Doni untuk menikahi Sindy.
Karena acara sudah ditentukan, Bu Misye pun terpaksa menerima Sindy.
Tak terasa waktu berlalu dan besok adalah hari pernikahan antara Doni dan Sindy.
Doni menghampiri kamar bu misye.
"Mah kenapa sih Mama nggak mau hadir di pernikahan Doni?"
Bu Misye menatap sinis ke arah Doni.
"Kan sudah Mama bilang, Mama nggak pernah setuju pernikahan Kalian."
"Ma doni nggak mungkin bisa membatalkan pernikahan ini. Bagaimana nasib keluarga Sindy jika pernikahan Ini dibatalkan secara tiba-tiba?"
"Terserah Doni, yang jelas Mama nggak akan sudi hadir di pernikahan kamu."
"Tapi kenapa Ma, Memangnya apa salah Sindy?" tanya Doni.
Mendengar pertanyaan Doni, Bu Misye segera beranjak dari duduknya.
Bu Misye selalu menghindar jika pertanyaan kenapa tiba-tiba saja ia tidak merestui pernikahan yang sudah di depan mata.
Setelah beberapa kali membujuk sang ibunda, Doni pun harus pasrah, besok acara akad nikah dan resepsi pernikahannya tetap berjalan, meski tanpa kehadiran sang ibunda.
***
Doni mengenakan busana pengantin prianya, harus nya dia bahagia karena hari ini adalah hari pernikahannya. Namun, kebahagiaan itu tak lagi sempurna ketika sang ibunda enggan menghadiri acara akad nikah mereka.
Dengan wajah yang sedikit murung, Doni keluar dari kamarnya.
Dia kembali menghampiri kamar Misye. Bu Misye masih berada di cermin hias, bahkan wanita paruh baya itu masih mengenakan daster, pakan yang ia kenakan sehari-hari saat di rumah.
Doni bersimpuh di hadapan Bu Misye.
"Ma, Doni berangkat dulu, doakan agar pernikahan Doni dan Sindy langgeng sampai akhir hayat," ucap Doni sambil mencium punggung tangan Bu Misye.
Bu Misye bergeming, hatinya benar-benar tak tersentuh sedikitpun, bahkan saat itu Doni tengah bersimpuh memohon doa restu kepadanya.
Entah berapa lama Doni bersimpuh, berharap sang ibunda memberikan doa restu kepadanya.
Namun setelah sekian lama, Bu Misye belum juga mengucapkan sepatah katapun.
Tangan Bu Misye basah oleh air mata Doni. Bu Misye tetap saja pada keputusannya..
Krek… suara pintu kamar terbuka.
"Ayo Don kita berangkat sekarang, sudah waktunya Nanti kita terlambat, mana butuh Waktu 2 jam untuk tiba di rumah Sindy," ucap seorang wanita yang menggunakan kebaya dan sanggul.
"Iya tante."
Doni kembali menatap wajah Bu Misye yang hanya diam tanpa ekspresi.
"Ma Doni berangkat dulu, jika mama tak memberi Restu, setidaknya doakan Doni dan rombongan tiba di tempat tujuan dengan selamat," ucap Doni sambil menghapus air matanya.
Doni beranjak meninggalkan bu Misye.
Setelah keluar dari kamar, Doni kembali merapikan wajah dan riasan pengantinnya.
Setelah selesai, Mereka berangkat menuju tempat berlangsungnya akad nikah.
Di dalam mobil pengantin, Doni hanya sendiri . Wajahnya menjadi murung, padahal hari ini adalah hari yang paling ditunggu olehnya setelah menjalin hubungan bersama sindy selama beberapa tahun terakhir, sayangnya doa restu masih belum didapat oleh Doni, tak hanya itu, Doni juga tak tahu kenapa sang Ibunda tiba-tiba tidak menyetujui pernikahannya bersama Sindy.
Suara iring-iringan pengantin terdengar meriah tapi ,tak juga mengubah suasana hati Doni yang sedang resah.
***
Dua jam perjalanan terasa sebentar karena sepanjang jalan Doni hanya melamun.
Kedatangan Doni disambut meriah oleh keluarga calon pengantin wanita.
Meski merasa heran atas ketidak hadiran Bu Misye di acara akad nikah tersebut. Namun acara tetap berlangsung dengan sukses dan sesuai rencana.
Setelah resepsi pernikahan antara Doni dan Sindy selesai. Mereka pun melaksanakan ritual malam pertamanya.
Doni masuk kedalam kamar pengantin bersama Sindy.
"Oh ya Mas, kok mama kamu gak hadir tadi, mama sakit ya?"tanya Sindy.
"Iya Sayang. Mama lagi gak enak badan," jawab Doni dengan senyum simpul.
Sindy merasa ada yang berbeda dari raut wajah Doni.Sejak acara lamaran tersebut Bu Misye tak pernah lagi menjalin silaturahmi dengan keluarganya.
Tak hanya Sindy ,bahkan kedua orang tuanya dan pihak keluarga Sindy mereka menyayangkan ketidakhadiran Misye di acara itu.
Mulai ada dugaan di hati Sindy, ia pun kepikiran dengan penyebab perubahan sikap bu Misye terhadap dirinya dan hal itu membuat Sindy melamun.
"Sayang, kamu kenapa melamun?" tanya Doni.
"Ah gak Mas."
"Sudahlah jangan dipikirkan, ini adalah malam pertama kita, jadi jangan sedih ya, sebaiknya kita nikmati saja malam ini," ucap Doni seraya mendaratkan kecupan di bibir Sindy.
Sebagai istri yang baik Sindy berusaha untuk tak memikirkan hal itu, kini ia fokus melayani sang suami di malam pertama mereka.
***
Keesokan harinya, Doni memutuskan untuk membawa Sindy pulang ke rumahnya. Setelah sungkem pada kedua orang tua dan keluarga mereka pun berangkat.
Sepanjang jalan Sindy hanya diam saja sambil sesekali melihat pandangan ke arah luar jendela.
Ia merasa begitu resah dan perasaan jadi tak enak.
"Sayang kamu kenapa sih?"tanya Doni.
"Gak Mas, aku hanya nervous saja," jawab Sindy.
"Doni meraih tangan Sindy, jangan takut sayang, rumah yang kita tempati ini adalah rumah kamu juga, jadi buang semua perasaan kamu yang gak-gak ya."
"'Iya Mas," ucap Sindy sambil tersenyum.
***
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka pun tiba di rumah Doni.
Keadaan rumah begitu sepi, tak satu pun yang menyambut kedatangan kedua pengantin baru.
"Assalamualaikum," ucap Doni dan Sindy secara bersamaan.
"Waalaikumsalam," jawaban itu terdengar ketus di telinga Sindy.
Doni dan Sindy buru-buru menghampiri bu Misye kemudian Doni meraih tangan Bu Misye dan mencium tangannya, setelah itu Sindy mencoba meraih tangan Bu Misye tapi langsung ditepis oleh beliau.
Deg Ser jantung Sindy berdetak kencang.
"Gak usah pake cium tangan segala! Saya gak pernah menganggap kamu seperti menantu," ucap Bu Misye dengan ketus.Kemudian Bu Misye berlalu begitu saja dari mereka.
Tak terasa bulir bening menetes di pipi Sindy saat itu.
Doni sampai heran melihat kelakuan Bu Misye.
"Sabar ya Sayang, aku yakin suatu saat Mama pasti akan menerima keadaan kamu," ucap Doni.
"Hiks, kenapa kamu nggak pernah bilang Mas, kalau mama kamu nggak pernah setuju tentang hubungan kita, kalau sudah begini aku jadi nggak enak berada di antara kamu dan mama kamu."
"Aku yakin ini cuma salah paham kok, Bukannya sebelum ini kamu dan mama terlihat akrab, bahkan Mama sendiri yang meminta aku untuk menikahi kamu secepatnya. Aku juga tidak tahu kenapa sikap Mama jadi berubah," ucap Doni.
Sindy tertunduk lesu.
"Ayo sayang kita ke kamar kita, aku yakin besok atau lusa mama bisa menerima kehadiran kamu, jangan sedih ya," ucap Doni sambil mencubit pelan pipi Sindy.
"Iya Mas," sahut Sindy.
Keesokan harinya, sebagai menantu Sindy mencoba untuk mencari perhatian dengan memasak makan siang untuk mereka.
Bu Misye datang ke meja makan, saat itu sudah ada Doni yang sedang menunggu masakan dari Sindy.
Wajah bu Misye masih cemberut, melihat tak ada satupun makanan yang terletak di atas meja, Bu Misye memanggil juru masaknya.
"Inem! Makanannya mana?!"teriak bu Misye.
Beberapa saat kemudian Sindy datang membawa sebuah bangku besar.
Bola mata bu Misye membelalak ketika melihat Sindy membawa makanan ke meja makan.
"Silahkan Ma," ucap Sindy sambil mengaut soup ke mangkok Bu Misye.
Plangk..
Mangkok berderai di atas lantai karena dibanting oleh Bu Misye.
"Saya gak mau makan, jika kamu yang masak!" teriak Bu Misye, kemudian Bu Misye berlalu sambil menghentakkan kakinya di atas lantai.
Deg,
"Astagfirullah," ucap Sindy lirih.
Air mata Sindy tumpah seketika.
'Ya Allah apa salahku, hingga mertua ku begitu membenciku,' batin Sindy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
kurang ajar punya mertua jahat
2024-07-16
0
Desy Rs Azuz
Kalau ga setuju bilang aja dr awal spy jelas. Tapi kalau mundur jg yg ada ga jd cerita 🤣🤣🤣
2023-05-03
1
Putri Minwa
yang sabar, jadi seorang perempuan
2023-03-20
1