Kehadiran Orang Ketiga

Sudah beberapa hari Sindy tinggal di rumah itu. Meski selalu dianggap musuh oleh ibu mertuanya. Namun Sindy berusaha untuk terus mengambil perhatian Bu Misye dengan segala cara.

Pagi ini Sindy membuatkan sarapan untuk  Doni sang suami. Setelah sarapan siap, ia langsung membawanya menuju meja makan. 

Saat itu Doni dan Bu Misye tengah berbincang-bincang membicarakan sesuatu.

"Selamat pagi Ma," ucap Sindy menyapa Bu Misye.

Bukannya menjawab ,wajah bu Misye justru berubah menjadi masam.

Doni mengusap punggung Sindy.

"Sabar ya Sayang, aku yakin dengan kelembutan hati kamu suatu saat Mama pasti akan menerima kamu," ucap Doni.

Kata-kata itu selalu saja keluar dari mulut Doni, ketika Sindy diperlakukan tidak baik oleh bu Misye, tapi apalagi yang bisa Sindy lakukan selain bersabar.

"Iya Mas," jawab Sindy dengan bibir yang gemetar. Rasanya dia ingin menangis karena selalu mendapat penolakan dari bu Misye.

Tak ingin masalah itu berlarut, Sindy menguatkan hatinya untuk duduk bersama Bu Misye dan Doni.

"Oh ya Don, beberapa hari lagi Viola pulang dari Malaysia. Mama minta dia untuk tinggal di sini sementara waktu ya itung-itung menemani Mama lah biar nggak kesepian gitu," ucap Bu Misye.

"Viola, tapi kenapa dia tidak pulang langsung ke Surabaya,Ma?" tanya Doni dengan nada sedikit keberatan.

"Mama yang minta dia untuk tinggal beberapa lama di sini, biar kita semakin dekat saja," cetus Bu Misye.

Doni menghela nafas panjang.

"Terserah mama saja lah." 

Bu Misye tersenyum menyeringai.

"Gitu dong Doni, kapan lagi kamu bisa membahagiakan Mama mu ini. Ingat loh Doni, kalau istri itu bisa jadi mantan, tapi kalau orang tua gak ada yang namanya mantan," sindir Bu Misye.

Deg Ser…

Lagi-lagi ucapan Bu Misye terasa mengiris di hati Sindy. Sindy yang tak pernah diperlakukan kasar oleh keluarga hanya bisa menahan air matanya.

'Kenapa setiap kata-kata yang keluar dari mulut mama seperti ingin memprovokasi aku dan mas Doni,' batin Sindy.

Doni menggenggam tangan Sindy untuk menguatkan istrinya itu, sebenarnya Doni juga tahu jika kata-kata Bu Misye bermaksud menyindir Sindy.

Setelah pembicaraan itu, keadaan kembali hening.

***

Setelah sarapan pagi, Sindy mengantar Doni hingga di depan pintu. Mereka pun berjalan bergandengan tangan.

Sindy merasa penasaran tentang sosok Viola yang dibicarakan oleh Bu Misye.

"Mas Viola itu siapa?" tanya Sindy.

"Teman aku waktu kuliah dulu," sahut Doni enteng.

"Teman, cuma teman?" gak ada hubungan Keluarga dengan kamu?"

"Gak ada."

"Tapi kenapa mama memintanya untuk tinggal bersama kita?"

"Gak tahu juga, tapi ya sudahlah, aku sudah payah membujuk Mama untuk ikut tinggal di sini, jadi aku nggak mau Mama kecewa jika aku menolak keinginannya."

Wajah Sindy seketika berubah.

"Kamu sabar ya, sayang. Aku janji gak macem-macem kok, aku tetap cinta sama kamu," ucap Doni sambil mencium kening Sindy.

"Iya Mas." Hanya itu yang bisa Sindy jawab.

"Aku pergi dulu," ucap Doni.

"Hati-hati di jalan Mas."

***

Sindy melambaikan tangannya ke arah Doni yang keluar dari garasi.

Tanpa sengaja Sindy melirik ke arah ibu-ibu yang sedang bergosip di depan rumah sambil berbelanja dengan tukang sayur keliling.

"Eh Bu Misye, saya baru lihat menantunya, cantik juga ya," ucap Salah satu tetangga melirik ke arah Sindy.

"Iya wajahnya saja yang cantik,tapi akhlaknya ih amit-amit," ucap Bu Misye sambil bergidik.

"Emangnya kenapa Bu, akhlaknya?" tanya salah seorang ibu-ibu.

"Di depan suaminya saja dia baik sama saya, kalau gak ada suaminya, saya dibentak-bentaknya. Saya kecewa sekali Doni memilih wanita seperti dia."

"Benarkah Bu?"

"Iya, karena itu saya gak mau bicara sama dia."

"Oh begitu Bu."

"Iya, Bu. Memang ya, kalau Keluarganya gak bener, anaknya pasti gak bener juga, saya yakin si Sindy itu pakai pelet untuk menundukkan Doni. Saya sering melihatnya sedang melakukan ritual di kamar," ucap Bu Misye

"Astagfirullah Bu, tapi istri Doni itu pakai kerudung Bu, masak melakukan hal musyrik seperti itu?"

Bu Misye memutar bola mata malasnya.

"Itu hanya kedoknya saja, biar gak terlalu kelihatan. Ibu-ibu hati-hati saja jika bicara sama Sindy, kalau dia pinjam uang gak usah dikasih, tapi lebih baik  gak usah dekat-dekat dia. Saya takut jadi korban pesugihan nya," ucap Bu Misye.

"Astagfirullah, kok ibu bisa bicara seperti itu sih?"tanya salah satu tetangga.

"Bu saya hanya memperingatkan, hati-hati saja. Karena saya melihat sendiri dengan mata kepala sendiri dia sering melakukan ritual."

"Ih kok aku jadi takut ya, Bu. Dilingkungan kita ada orang seperti dia."

"Makanya Bu besok-besok kalau milih menantu jangan cuma cantik, tapi pilih juga akhlak yang baik dan terutama bibit-bebet dan bobotnya jangan seperti saya yang sudah menyesal. Sekarang anak saya yang jadi korban," ucap Bu Misye bernada nyinyir.

Sindy mengintip dari balik pintu, untuk melihat para ibu-ibu tetangga dan bu Misye.

Entah apa yang lagi dibicarakan Bu Misye dengan ibu-ibu itu lagi, Sindy sudah tak bisa mendengar karena mereka berbicara secara berbisik-bisik.

Dengan langkah gontai Sindy menapaki tangga menuju lantai atas kamarnya.

Setibanya di kamar Sindy langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.

Melihat bu Misye yang seperti itu, ia jadi enggan untuk keluar dari kamar.

Sindy bersandar pada sandaran tempat tidurnya. Tatapannya menerawang jauh mencoba mencari letak kesalahannya pada bu Misye.

Berkali-kali Sindy mengingat, tapi memang ia merasa tak pernah melakukan kesalahan pada bu Misye.

'Ya Tuhan, ubahlah hati ibu mertuaku agar bisa menerima aku sebagai menantunya. Aku tak ingin karena mertuaku, aku dan suamiku sampai harus berpisah," batin Sindy.

***

Keesokan harinya, Sindy kembali bertemu dengan bu Misye di meja makan.

Karena hanya pagi dan malam hari mereka berkumpul untuk sarapan dan makan malam bersama.

Semalam Doni lembur, karena itulah Sindy tak ikut makan malam, ia memutuskan untuk tak bertemu dengan bu Misye agar tak sakit hati.

Doni dan Sindy  duduk bersamaan berhadapan dengan bu Misye.

"Doni, hari ini kamu antar Mama ya."

"Antar ke mana Ma?" tanya Doni.

"Antar ke bandara mau jemput Viola."

"Antar ke bandara? Kenapa nggak suruh Viola saja menggunakan taksi untuk sampai ke sini, biar Doni nggak repot Ma."

"Doni, Viola itu tamu kita, lagi pula hanya sebentar saja kita ke bandara nggak lama kok."

"Tapi Ma, akan lebih praktis jika Viola menggunakan taksi."

" Ya sudahlah bilang saja kamu nggak mau bantuin mama," dengus Bu Misye dengan wajah yang cemberut.

Melihat bu Misye yang cemberut, mau tak mau Doni menyetujui keinginan mamanya itu.

"Baiklah jam berapa jemputnya?"

"Jam 02.00 siang. Tapi jemputnya kita berdua saja ya," ucap Bu Misye.

"Loh kenapa cuman berdua ma, aku mau bawa Sindy."

"Ngapain juga kamu bawa Sindy, dia kan nggak penting. Viola itu pindah dari Malaysia ke Jakarta, tentunya dia pasti akan bawa barang yang banyak mana cukup kalau menambah satu penumpang lagi,"

Doni semakin tak enak hati terhadap istrinya. Lagi-lagi dia selalu berada dalam dilema antara memikirkan perasaan Bu Misye atau perasaan Sindy.

Doni melirik ke arah 

Sindy yang terlihat sedih.

"Sayang, maaf ya aku nggak bisa bawa kamu, lain kali kita akan pergi bersama. Oh ya kita juga belum sempat berbulan madu. Nanti kalau Viona ada di rumah ini kita akan pergi liburan berbulan madu," ucap Doni dengan lembut untuk membujuk Sindy.

Sindy hanya bisa mengangguk pasrah.

"Iya mas, tidak apa-apa," sahut Sindy, lagi-lagi bibirnya bergetar ketika menyangkut omongan suaminya itu.

Melihat Cindy yang pasrah dan Doni yang selalu menuruti keinginannya bu Misye  semakin besar kepala.

'Lihat saja sebentar lagi akan kupastikan Doni akan menceraikanmu dan memilih Viola,' batin Bu Misye.

***

Waktu menunjukkan pukul 02.00 siang bu misye dan Doni tiba di bandara.

Setibanya di lobby bandara, mereka dihampiri oleh Viola yang ternyata sudah menunggu kehadiran kedua orang itu.

"Halo Viola," sapa Bu Misye.

"Halo Tante." Balas Viola

Mereka berdua pun cupika-cupike.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan Viola, Bu Misye mengajak Viola untuk naik ke mobil Doni.

Viola duduk di samping Doni, karena itu permintaan dari bu Misye.

Sebenarnya Doni tak enak hati jika harus membawa mantan pacarnya tinggal di rumah mereka.

Namun, ia tak berdaya karena sang ibunda selalu mengancam akan pergi meninggalkan rumah yang mereka tempati saat ini.

Karena memikirkan perasaan Sindy, Doni jadi lebih banyak diam ketika dalam perjalanan menuju rumah.

Namun,tidak begitu  dengan Viola. Ia terus mengajak Doni mengobrol. Bahkan tak segan-segan Viola mengungkit kenangan ketika mereka berpacaran dulu.

***

Sekitar 1 jam Mereka pun tiba di rumah.

Satu persatu penumpang turun dari mobil. 

"Loh Don istri kamu mana, kok tamu datang nggak disambut sih," cetus Viola ketika tak melihat siapa pun menyambut  mereka.

"Ada kok, Ayo silahkan masuk," ajak Doni.

Doni langsung menghampiri Sindy yang berada di kamarnya.

Ketika masuk ke dalam kamar, ia melihat Sindy tengah melamun.

"Sayang kamu kenapa?" tanya Doni sambil menepuk pundak Sindy.

"Eh Mas, sudah pulang ?"tanya Sindy yang baru tersadar dari lamunannya.

"Iya, ada tamu di bawah. Ayo samperin," ajak Doni.

Mereka pun menghampiri Viola dan Bu Misye.

"Sayang, ini Viola," ucap Doni memperkenalkan Viola pada Sindy.

Sindy dan Viola berjabat tangan.

"Saya Viola, mantan pacarnya Doni," ucap Viola sambil tersenyum.

"Mantan pacar?" gumam Sindy dengan wajah yang sedikit kaget.

Bi Misye tersenyum menyeringai melihat ekspresi wajah Sindy. 

"Ayo Viola, saya antar ke kamar kamu, kamu pasti butuh istirahat setelah perjalanan jauh," ucap Bu Misye.

"Iya Tante."

Sindy menatap punggung Bu Misye dan Viola yang berlalu meninggalkan mereka.

'Apa maksud mama, membawa mantan pacarnya mas Doni untuk tinggal di rumah kami,' batin Sindy.

"Sayang aku pergi dulu ya," ucap Doni yang seketika membuyarkan lamunan Sindy.

"Mas, ternyata Viola itu…"

"Sudahlah, kamu tenang saja, Viola hanya mantan aku, sedangkan kamu istri aku. "

"Tapi Mas, bagaimana…"

"Aku bilang sudah Sin! aku capek harus mengimbangi antara perasaan kamu dan Mama. Sudah jangan pikir macam-macam, aku pergi dulu," ucap Doni seraya berlalu.

Sindy hanya bisa menatap kepergian Doni dengan air matanya yang metes secara perlahan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Misye ada niat jahat

2024-07-16

0

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Laki2 ga tegas

2023-05-04

1

Putri Minwa

Putri Minwa

💪💪💪

2023-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kenapa Mama Berubah
2 Hari Pertama Jadi Isteri
3 Kehadiran Orang Ketiga
4 Bibit Pelakor
5 Dilema
6 Biar Aku Yang Mengalah
7 Godaan Sang Pelakor
8 Membujuk Sindy
9 Menghadirkan Orang Ketiga
10 Rencana Dimulai
11 Masuk Perangkap
12 Pisah Ranjang
13 Jebakan Ibu Mertua Yang Kejam
14 Diusir Dari Rumah
15 Gugatan Cerai
16 Hamil
17 Sidang Pertama
18 Mediasi Kedua
19 Bramantyo Bertemu Misye
20 Karma
21 Sidang Putusan
22 Mulai Terungkap
23 Masih Belum Puas
24 Terjebak Permainan Sendiri
25 Viola Yang Licik
26 Di Pelaminan
27 Bertemu Alvin
28 Berulah lagi
29 Mulai Terlihat, Mulai Terasa
30 Penyakit Aneh
31 Menantu Seperti Hantu
32 Persalinan
33 Hasil Tes DNA
34 Giliran Viola
35 Doni Yang berubah
36 Harapan Yang Sirna.
37 Kontraksi dadakan
38 Kabar Yang Mengejutkan
39 Kehancuran Di Mulai
40 Dunia Pasti Berputar
41 Di Usir Dari Kampung Halaman
42 Nur Ainun
43 Lima Tahun Kemudian
44 Bertemu Alvin
45 Nasib Viola
46 Kepergian Viola
47 Berduka Cita lagi
48 Alesha Dan Ainun
49 Bertemu Camer
50 Membujuk Alesha
51 Laporan Alesha
52 Mengungkapkan Niatnya
53 Tersadar
54 Hari Bahagia
55 Malam Pertama
56 Perpisahan
57 Dimana Ibu
58 Kebahagiaan Yang Sempurna
59 Nur Ainun Hasanah
60 Alesha Azzahra
61 Aiman Riko
62 Pertemuan kedua
63 Akhirnya mereka bertemu
64 Teman Baru
65 Kejutan Spesial
66 Kawan Lama
67 Kedatangan Alesha Dan Dave
68 Persiapan Operasi
69 Hasil Operasi
70 Warna Warni
71 Pernikahan
72 Bulan Madu
73 Cobaan
74 Tak Ingin Menunda
75 Akhirnya Yang Di Tunggu Tiba Juga
76 Kabar Bahagia
77 Kebahagiaan Pengantin Baru
78 Melahirkan
79 pengumuman
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Kenapa Mama Berubah
2
Hari Pertama Jadi Isteri
3
Kehadiran Orang Ketiga
4
Bibit Pelakor
5
Dilema
6
Biar Aku Yang Mengalah
7
Godaan Sang Pelakor
8
Membujuk Sindy
9
Menghadirkan Orang Ketiga
10
Rencana Dimulai
11
Masuk Perangkap
12
Pisah Ranjang
13
Jebakan Ibu Mertua Yang Kejam
14
Diusir Dari Rumah
15
Gugatan Cerai
16
Hamil
17
Sidang Pertama
18
Mediasi Kedua
19
Bramantyo Bertemu Misye
20
Karma
21
Sidang Putusan
22
Mulai Terungkap
23
Masih Belum Puas
24
Terjebak Permainan Sendiri
25
Viola Yang Licik
26
Di Pelaminan
27
Bertemu Alvin
28
Berulah lagi
29
Mulai Terlihat, Mulai Terasa
30
Penyakit Aneh
31
Menantu Seperti Hantu
32
Persalinan
33
Hasil Tes DNA
34
Giliran Viola
35
Doni Yang berubah
36
Harapan Yang Sirna.
37
Kontraksi dadakan
38
Kabar Yang Mengejutkan
39
Kehancuran Di Mulai
40
Dunia Pasti Berputar
41
Di Usir Dari Kampung Halaman
42
Nur Ainun
43
Lima Tahun Kemudian
44
Bertemu Alvin
45
Nasib Viola
46
Kepergian Viola
47
Berduka Cita lagi
48
Alesha Dan Ainun
49
Bertemu Camer
50
Membujuk Alesha
51
Laporan Alesha
52
Mengungkapkan Niatnya
53
Tersadar
54
Hari Bahagia
55
Malam Pertama
56
Perpisahan
57
Dimana Ibu
58
Kebahagiaan Yang Sempurna
59
Nur Ainun Hasanah
60
Alesha Azzahra
61
Aiman Riko
62
Pertemuan kedua
63
Akhirnya mereka bertemu
64
Teman Baru
65
Kejutan Spesial
66
Kawan Lama
67
Kedatangan Alesha Dan Dave
68
Persiapan Operasi
69
Hasil Operasi
70
Warna Warni
71
Pernikahan
72
Bulan Madu
73
Cobaan
74
Tak Ingin Menunda
75
Akhirnya Yang Di Tunggu Tiba Juga
76
Kabar Bahagia
77
Kebahagiaan Pengantin Baru
78
Melahirkan
79
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!