"Shhttt, aku belum siap," lirih Jia sebenarnya takut hamil.
"Apalagi alasanmu, Jia?" tanya Gara mengelus pipi Jia yang halus.
"Aku takut ada yang jebol ke dalam," jawab Jia gemetar.
"Hahaha, sudah aku bilang, aku ini mandul, dokter mengatakan sendiri kalau aku tidak punya peluang memiliki anak. Jadi untuk menghamili mu itu sangat mustahil," kata Gara berhenti tertawa.
"Tapi kan bisa saja-"
"Shhht, aku tidak mau dengar alasan lagi, sekarang lupakan itu, layani aku saja." Gara pun mencekal tangan Jia ke atas dan tidak peduli Jia yang mau menangis. Bahkan, Gara dengan paksa memuat pedangnya masuk, menembus inti Jia. Membuat gadis di bawahnya meringis hebat menahan sakit.
"Ahhh, itu perih tuan," erang Jia terguncang merasakan intinya berdenyut hebat. Air matanya pun menetes perlahan.
"Kau akan menikmatinya," senyum Gara mendorong masuk ke dalam lagi. Jia terbelalak, merasa ada yang menetes di bawah sana. Nafasnya memburu, begitu pula nafas Gara yang diiringi hasratnya.
"Hiks, ini sakit," tangis Jia tahu segelnya yang sudah pecah keluar. Gara yang keenakan menggoyang pinggul Jia, ia pun menciumnya agar berhenti menangis. Selain itu, Gara juga menenangkannya.
"Kau akan terbiasa, nikmati saja, Jia."
Jia terisak, ia mau mendorong Gara, tapi tangannya masih dicekal ke atas. Terpaksa ia pun menerima semuanya. Yang dikatakan Gara mulai terbukti, Jia yang awalnya kesakitan, sekarang bisa membalas dengan desa han yang memenuhi kamar itu.
"Sial, ini masih belum cukup," desak Gara menambah kegilaannya. Jia yang setengah tidak berdaya, nampak juga dadanya yang semok terus terguncang hebat. Tapi Gara tidak akan membiarkan itu saja, ia juga merem4s dadanya itu, membuat Jia teriak-teriak kesetanan.
"Aku mau pipis," lirih Jia. Gara yang di belakangnya pun membalikkan posisinya, membaringkan Jia dan keluar bersama-sama. Ini pertama kalinya mendapat sensasi yang luar biasa itu. Gara juga sama halnya, ia yang sedang menyemburkan benihnya, sangat menikmati rasa rahim Jia yang menggiurkan itu.
"Ahhh, ampun." Keringat membanjiri seluruh tubuh mereka, diiringi waktu malam semakin larut. "Sedikit lagi," desis Gara terus menyalurkan benihnya di dalam rahim Jia.
Keduanya masing-masing ambruk bersamaan lalu Gara menarik Jia ke dalam pelukannya, ia tidak tahan mendengar tangisan gadis itu yang sedang pecah malam ini. Tentu area intinya perih dan nyeri.
'Ckh, ini masih belum cukup,' desis Gara dalam hati merasa tidak puas, dan masih mau lanjut ke ronde berikutnya. Tapi melihat Jia yang tidak berdaya lagi, Gara pun terpaksa menundanya dan membiarkan gadis itu tertidur di sampingnya.
Setelah mengatur nafasnya, Gara beranjak duduk dan melihat bercak segel Jia. Pria itu pun turun dan menyingkirkan selimut itu dari tubuh Jia.
"Ternyata dia memang masih perawan, aku pikir sudah tidak tersegel," gumam Gara mengira sebelum membeli Jia, gadis itu sudah ditiduri oleh banyak pria, tapi malam ini sudah jelas bahwa ia yang pertama kali merenggut mahkota itu.
Tanpa rasa bersalah, Gara membuang selimut itu ke keranjang cucian. Setelah itu, ia kembali menyelimuti Jia dengan selimut yang baru.
"Hais, kenapa aku jadi ragu begini sih," desis Gara merasa resah atas ucapan Dokter. "Sial, tadinya aku buang di luar saja," pukul Gara ke bantalnya lalu menatap dingin ke Jia.
"Tidak, aku tidak boleh ragu. Mandul ya tetap mandul, gadis ini tidak akan pernah bisa ku hamili." Gara dalam lubuk hatinya tidak mau Jia hamil, tapi entah kenapa tiba-tiba perasaannya mulai tidak enak sekarang.
"Sial, harusnya aku pakai karet tadi!" kesal Gara pada dirinya sendiri. Karena tidak bisa tenang, ia pun membuka ponselnya. Seketika matanya terbelalak sempurna membaca pesan singkat dari Ibunya.
[Gara, tiga hari ke depan kau akan menikah dengan Celin]
Karena sangat terkejut, Gara turun dari ranjang dan kembali membaca pesan Ibunya dan melihat begitu banyak riwayat panggilan tidak terjawab nyonya Vera. "Ck, pantas saja aku tidak tenang, rupanya mereka berhasil sepakat,"
"Harusnya ini tidak terjadi!" Gara yang tadi berniat mau bermalam di rumah Jia, pria muda yang tampan itu pun bergegas memakai bajunya lalu keluar tanpa memberitahukan Jia. Gara pun pulang memakai mobilnya di tengah malam.
"Perempuan itu, apa dia sudah gila? Kenapa dia mau-mau saja menikah denganku? Kemana rasa cintanya kepada lelaki itu? Apa sudah hilang hanya karena ingin memiliki hartaku? Ck, percuma saja. Aku tidak akan membiarkan siapapun memanfaatkan hidupku."
Gara nampak marah dan benci pada Celin, ia mengira Celin sama saja seperti wanita di luar sana yang menginginkan harta dan reputasinya untuk meningkatkan lebih banyak popularitas karirnya yang sekarang ini. Terutama kepada tuan Edwin yang sangat dia tidak sukai di dunia ini. Gara tahu persis sifat penjilat tuan Edwin yang tergila-gila menjadi besan orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments