2. Cuma Bohongan?

Sesampainya di rumah, Gara dan Jia masuk bersama dan tidak lupa mengunci pintu rapat-rapat. Pria berjas kantoran itu pun melempar dirinya ke sofa yang empuk.

"Siapkan, air hangat, aku mau mandi sekarang," perintah Gara yang agak kecapekan dan menonton tv.

"Ba-baik." Patuh Jia pun ke kamarnya. Setelah merapikan diri, ia pun melakukan tugasnya. Tidak makan waktu lama, gadis itu datang melapor. "Aku sudah siapkan semua, Tuan," ucap Jia berdebar-debar di sebelah Gara. 

"Mulai cekatan ya, tidak lambat seperti kemarin-kemarin," ucap Gara sedikit memuji. Hanya ucapan itu saja, Jia sudah tersipu malu-malu. "Itu, soal yang kemarin, aku belum-" lirih Jia tambah gugup lagi.

"Alasan apa lagi yang mau kau katakan?" tanya Gara mendekatinya. "Mau bilang kalau masih halangan?" terka Gara sinis. "Maaf, aku-" Gagap Jia takut dipelotot. 

"Jia, berhenti beralasan lagi, aku tadi pagi melihatmu berlari di jalan," ucap Gara.

"Katanya sedang datang bulan, tapi rupa-rupanya cuma bohongan," decak Gara menunjuk Jia. "Memang wajah polos seperti ini mudah menarik para pria mendekatimu, dan juga gampang membual kemana-mana," tuduh Gara. 

Genggaman Jia makin erat, gadis itu yang terus menunduk pun menatap lurus ke Gara, membuat pria itu agak tersentak atas perubahan ekspresi amarahnya. "Itu semua salah! Kau salah!" pekik Jia keras. 

"Kemarin aku memang lagi haid, karena itu aku tidak bisa melayanimu, dan tadi pagi aku terpaksa berlari ke rumah pelanggan bungaku," tutur Jia dengan mata berkaca-kaca. 

"Heh, kenapa harus susah payah sampai lari begitu? Kenapa tidak pakai motor atau taksi?" tanya Gara memang tidak percaya dan tidak suka Jia berlari, karena tadi dua dadanya yang semok itu bikin mata pria yang jelalatan meliriknya bebas. Gara saat itu ingin menarik Jia ke dalam mobilnya, tapi Gara tidak bisa karena sedang mengatar Ibunya. 

"Itu karena aku sudah tidak punya waktu, kalau bukan dengan cara ini, aku bisa telat memberikannya,"  jawab Jia sedikit gagap menjelaskan. 'Duh, lebih baik aku tidak usah terlalu jujur, aku takut Gara akan memboikot toko bunga itu,' batin Jia demi pekerjaannya tidak hilang. 

Sebenarnya, Jia bisa saja pakai motor, tapi teman kerjanya tidak ada yang mau meminjam. Mereka takut, orang akan mencuri motornya kalau dipakai Jia yang cantik itu, dan sebagian dari mereka, ada yang iri dengan bodi Jia yang perfeck, maka dari itu juga Jia tidak terlalu dipedulikan. Hanya satu teman Jia yang baik di sana, tapi orang itu sudah pergi melanjutkan impiannya masuk ke kampus ternama di kota lain. 

"Ck, kenapa harus kau yang lakukan? Kenapa bukan yang lain saja?" decak Gara kesal melihat Jia yang jelas dimanfaatkan. 

"Itu sudah bagian dari pekerjaanku, tuan," jawab Jia.

"Sial, besok aku akan ke sana, bicara langsung pada Bosmu," geram Gara mengepal tangan. Namun Jia dengan cepat, menggenggam kepalan itu dengan lembut. "Tidak usah, aku sudah terbiasa," ucap Jia tersenyum mencoba meluluhkan emosi Gara. 

Gara menatap dua lesung pipi Jia yang manis, lalu bergumam dalam hati. 'Terbiasa? Hahaha, aku ingat sekali dia belum sebulan masuk di sana, tapi dia sudah terbiasa? Apa dia sedang menenangkan ku?' pikir Gara.

"Okay, tapi lain kali jangan berlari seperti itu,"

"Siap, Tuan." Hormat Jia. 

"Oh jadi bagaimana sekarang? Apa kau sudah tidak haid?" tanya Gara dengan muka seriusnya lagi, berpindah ke topik utama. 

"Ta-tadi pagi sudah bersih, tapi aku belum si-siap," jawab Jia lirih. 

"Kalau belum siap terus, tidak akan ada pengalaman yang kau dapatkan, Jia," bisik Gara dengan mesum ke telinganya. 

"Aku juga awalnya belum siap melakukan itu padamu, tapi jika dipikir-pikir lagi, aku tidak boleh membuang kesempatan membuat pengalaman enak itu," lanjut Gara membuat daun telinga Jia memerah. 

"Ta-tapi bukan kah itu lebih bagus jika melakukannya dengan istrimu nanti?" dorong Jia menolak halus. Hatinya berdebar-debar saat Gara tanpa izin mau memeluknya. 

"Oh tunggu, sekarang aku paham kenapa kau menolakku, ternyata jawabannya ada pada katamu itu," tunjuk Gara. 

"Kau berharap jadi istriku yang tulus dicintai, kan?" tebak Gara tersenyum smirk. Sontak saja dua pipi Jia merah tomat dan langsung menggelengkan kepala. 

"Itu tidak benar! Aku tidak pernah berharap begitu," pekik Jia jelas bohong.

"Hahaha, bagus deh, aku juga berharap kau tidak berpikir begitu, bagiku itu kau hanyalah seorang budak, Jia," jelas Gara berkata jujur. Jia tersenyum paksa mendengarnya, bagai mendapat sayatan yang menyakitkan. 

"Sekarang aku mau mandi, kau ke kamar, tunggu aku di sana," titah Gara menunjuk ke kamar. 

"Baiklah." 

Gara menatap datar gadis yang dia beli tanpa sepengetahuan orang tuanya. Gara membeli Jia bukan karena harta, atau latar belakangnya. Tetapi Gara justru bermaksud melindungi Jia dari cengkraman pria di luar sana. Hatinya menolak cinta, tapi matanya itu jelas ia mencintai Jia. Hanya saja, ia belum sadar.

"Sial, mereka menyebalkan." Gara masuk ke kamar mandi yang terpisah dan terlihat sedang kesal ke keluarganya yang terkenal pemaksa. Sedangkan di rumah aslinya, nampak ada banyak orang hadir di ruang tamu. Terutama ada wanita muda cantik dan saat ini sedang populer di dunia hiburan. Karirnya begitu meningkat pesat. Apalagi rumor yang beredar malam ini menambah popularitasnya. Rumor itu tentang dirinya akan segera menikah dengan Gara Harveyd. Aktris itu bernama Celin Michella yang dicintai oleh fansnya dan menganggapnya sebagai titisan dewi keberuntungan. 

Namun, bagi Celin, keberuntungan itu malah sebaliknya memberikan derita bagi hatinya yang sedang berduka atas meninggalnya orang yang sangat ia cintai. 

        

'Jika benar aku pembawa keberuntungan, aku tidak akan kehilangan dia.' Celin dari lubuk hatinya mencoba membendung air matanya agar tidak keluar lagi malam ini. Lalu ia melihat ayahnya duduk di sebelahnya, bernama tuan Edwin yang tergila-gila ingin menjadi bagian dari keluarga Marvin dengan cara menjadikan Celin sebagai istrinya Gara. 

"Ayah, aku benar-benar membencimu." Celin menggerutu melihat sikap seenaknya tuan Edwin yang tidak peduli pada perasaannya. Ia juga baru sadar atas perceraian orang tuanya itu disebabkan oleh sikap Edwin yang buruk. 

Terpopuler

Comments

Retno Elisabeth

Retno Elisabeth

kasian jia

2023-03-22

0

Nengah Oka

Nengah Oka

blm terlalu maksud cerita ya,.

2023-03-07

0

Rika Khoiriyah

Rika Khoiriyah

mungkinkah pacarnya Celin dibunuh ayahnya Celin supaya Celin bisa nikah sama Gara karena ayahnya yang terlalu terobsesi ingin masuk kedalam keluarganya Gara 🤔🤔🤔

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!