BAB 3. Ternyata Takdir Belum Lupa. Tapi.....

Cetuk, cetuk, cetuk, cetuk.

Suara derap langkah kaki terdengar di tangga. Faya menoleh ke arah atas. Ia bisa melihat sekelebatan bayangan seseorang. Dan,

Bruk!

Orang itu tidak melihat keberadaan Faya yang memang duduk di tengah tangga. Untung saja, baik Faya maupun pegawai wanita itu tidak sampai terjatuh apalagi terluka.

“Maaf.” Hanya itu ucapan pegawai itu. Ia kembali berlari menuruni anak tangga. Bahkan Faya belum sempat menanggapi.

Setelah pegawai itu menghilang dari pandangannya, Faya kembali sibuk dengan kesedihannya. Menatapi lantai tangga yang mengkilat itu. Fikirannya sedang berpetualang. Mengingat dan mencari kira-kira mana lagi perusahaan yang sedang membuka lowongan.

“Astaga. Bikin pusing saja.” Terdengar suara pria yang sedang menggerutu. Suara bariton itu semakin mendekat ke arah Faya.

Kali ini, Faya segera beralih ke samping. Ia berdiri dan hendak melanjutkan langkahnya. Ia tidak ingin di tabrak lagi.

“Tunggu!”

Sepertinya pria itu memanggil Faya. Gadis itu menoleh dan benar, di belakangnya ada seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas rapi. Pria itu melambaikan tangan memanggil Faya.

“Apa kamu salah satu peserta wawancara?”

Faya mengangguk. “Iya.”

“Oh, baguslah.”

“Tapi saya tidak lulus.”

Pria itu nampak terdiam sebentar. Ia mengerutkan keningnya berfikir.

“Hmm. Kalau begitu. Aku akan memberikanmu pekerjaan.”

Ucapan pria itu membuat Faya terbelalak berbinar. “Beneran, Pak?”

Pria itu kembali menganggukkan kepala.

“Saya akan mengurus semuanya. Sekarang, apa kamu bisa ikut saya? Kamu akan bekerja sekarang juga.”

“Ya? Sekarang, Pak?”

“Jangan banyak berfikir. Ayo ikut saya.”

Pria itu membuka pintu darurat di lantai dua. Faya mengikuti di belakang. Bahkan saat pria itu masuk ke dalam lift, ia tetap mengikuti dalam diam.

Lift berhenti di lantai 11. Pria itu kembali mengajak Faya untuk mengikutinya keluar. Berjalan menuju ke sebuah ruangan bertuliskan ‘Eksekutive Director.’

Di depan ruangan itu, mereka bertemu dengan seorang wanita yang baru saja keluar dari dalam ruangan. Dan Faya mengenali wanita itu.

Dia adalah wanita yang ikut mewawancarai Faya tadi.

“Paman Ariga.” Sapa wanita itu kepada pria yang bersama Faya.

“Apa kamu baru dari dalam?”

“Iya. Aku dengar, sekretarisnya mengundurkan diri lagi?”

“Ya. Ini benar-benar membuatku pusing. Gimana cara menghadapi adikmu itu? Gak ada yang cocok kerja sama dia. Kalau sampai Pak Ren tau, dia pasti akan kena marah lagi.”

“Nanti biar aku yang akan bantu jelasin ke papa. Paman tenang aja. Ini?” Wanita itu menatap Faya. Ia memperhatikan Faya dari atas kepala hingga kaki.

“Oh, ini salah satu pelamar yang gugur. Dan aku akan memberikan posisi sekretaris sama dia.”

Mendengar itu, Faya sontak menatap Ariga tidak percaya.

Benarkah ia akan di pekerjakan sebagai sekretaris? Benarkah? Tiba-tiba saja pandangannya berbinar terang.

“Oh, begitu. Semoga kamu betah ya, ngurusin adikku.” Ujar wanita itu kembali. Ia tersenyum kepada Faya kemudian pergi meninggalkan mereka.

“Dia Direktur Eksekutif di sini. Namanya Favita. Putri sulung Pak Ren dan Ibu Zinnia. Dan kamu, akan menjadi sekretaris untuk Pak Prima. Saya akan memperkenalkan kamu kepada beliau. Setelah itu, nanti saya akan beritahu rincian tugas-tugas kamu.” Jelas Ariga kemudian.

“Baik, Pak. Saya mengerti.”

Ah, Faya sudah tidak sabar dengan pekerjaan barunya. Ternyata takdir belum melupakan dirinya. Dia gagal lulus wawancara dan malah mendapat posisi yang cukup tinggi. Yaitu sebagai sekretaris dari Direktur Eksekutif FD Corp.

Wooohooooo!!!!

Begitulah kira-kira teriakan kegirangan di hati Faya. Memang, rezeki tidak kemana. Ia terus mengulas senyuman di bibirnya. Antusias tak terhingga.

Ariga membuka pintu ruangan. Perasaan Faya semakin berdebar saat ia mengikuti pria itu masuk.

“Pak direktur.” Panggil Ariga kepada seorang pria yang sedang berbaring di atas sofa dengan buku terbuka yang menutupi wajahnya.

Pria itu, mengenakan kaus dan celana pendek. Tidak nampak seperti seorang direktur. Pemandangan itu membuat Faya mengernyit heran.

“Pak Direktur?” Panggilnya sekali lagi.

“Hem?”

“Saya membawa sekretaris baru buat anda.” Ujar Ariga memberitahu. “Perkenalkan dirimu.” Perintahnya kembali kepada Faya.

“Halo, Pak. Saya Fayandayu. Yang akan menjadi sekretaris bapak mulai dari sekarang.” Jelas Faya antusias.

Namun, Prima nampak tidak menggubris. Ia bahkan tidak bergerak dari posisinya tidur.

Faya yang merasa tidak mendapat respon, menatap kepada Ariga yang terdengar menghela nafas melihat kelakuan anak bosnya itu.

“Hei, kamu. Sekretaris baru. Mendekatlah. Aku ingin minta tolong.” Ujar Prima pada akhirnya. Suaranya tenggelam karna terhalang buku yang menutupi wajahnya.

Faya nampak ragu. Ia meminta pendapat kepada Ariga dengan tatapan. Ariga mengangguk dan Faya mulai berjalan mendekati Prima.

“Apa yang bisa saya bantu, Pak?” Tanya Faya.

“Bisa kamu ambil buku ini? Tanganku terlalu malas buat bergerak.” Ujar Prima.

Faya yang mendapat permintaan aneh itu menatapi tangan bos barunya yang terlipat di atas dada. Walaupun merasa aneh dengan perintah itu, namun Faya menurutinya saja.

Dengan hati-hati Faya mengambil buku itu dari wajah bosnya itu.

“Waaaa!!!!” Pekik Prima saat Faya berhasil mengangkat buku dari wajahnya. Ia sedikit mengangkat wajahnya dengan penutup mata bergambar menyeramkan di wajahnya.

“Aaaaaa!!” Faya yang terkejut dengan penampakan wajah bosnya sampai mundur dan kakinya menatap meja. Ia meringis kesakitan.

“Ya ampun.” Faya mengelus dadanya yang berdegup kencang karna terkejut. Nafasnya menjadi tidak beraturan.

Sementara itu, Prima tertawa dengan sangat kerasnya sambil membuka penutup mata itu.

“Hahahahahahahahahahaha!”

Faya hampir saja mendengus dan memaki Prima. Untung saja ia masih teringat kalau pria itu adalah bosnya. Kalau tidak, ia pasti sudah menghujani umpatan kepada pria itu.

Faya menoleh kepada Ariga. Pria paruh baya itu hanya nampak mengeleng-gelengkan kepala sambil terpejam. Seolah sudah faham dengan sikap absurd putra bungsu bosnya itu.

“Kenapa kamu gak ketawa? Gak lucu ya? Ya ampun. Kamu harus lihat ekspresi terkejutmu tadi. Sangat lucu.” Prima masih nampak tergelak. Ia mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air.

“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Pamit Ariga yang kemudian keluar meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Faya yang nampaknya keberatan di tinggal sendirian di sana.

“Siapa namamu, tadi?” Tanya Prima. Ia bertanya dengan memunggungi Faya.

“Fayandayu, Pak. Biasa di panggil Faya.” Ucap Faya.

“Baiklah, Fay. Senang  bekerja denganmu. Semoga kamu bisa lebih dari sebulan bekerja disini.” Ujar Prima dengan mengembangkan senyuman. Ia mengulurkan tangannya meminta berjabat dengan Faya.

Faya mengangguk dengan tersenyum. “Terimakasih, Pak. Mohon bimbingannya.”

Faya menyambut uluran tangan Prima. Namun, sesuatu membuatnya sontak terperanjat dengan ekspresi jijik. Apalagi saat Prima mempererat salamannya di tangan Prima.

Sesuatu yang terasa basah, kenyal, dan lengket, ia rasakan di telapak tangannya. Sontak ia menatap Prima dengan kening yang berkerut.

Sementara Prima, dia terkikik melihat ekpresi di wajah Faya.

“Kikikikikikikikikik.”

Merasa sudah tidak tahan, Faya menarik tangannya. Dan benar saja. Dia mendapati sebuah permen karet bekas yang sudah menempel di telapak tangannya. Kemudian, ia melemparkan pandangan kesal bercampur aneh kepada Prima yang masih terkekeh sambil berjalan ke arah mejanya.

Ia tidak percaya, kalau ternyata bosnya itu seorang yang aneh.

jangan lupa dukungannya yaaaa....

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

lemparin cicak kemukanya atau ke mulutnya aja sekalian 😤

2023-06-11

0

RahaYulia

RahaYulia

ambil bukunya trs tabok deh tuh kepalanya malesnya segitu amat ckckck, boa boa ngiceup g wegah maneh mh Prim😅😅😅

2023-06-11

0

Lea Octa

Lea Octa

baru mau bersyukur akhirnya dapat pekerjaan... eh malah dapat bos kelakuannya absurd bin nyeleneh

2023-06-11

0

lihat semua
Episodes
1 Pembukaan.
2 BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.
3 BAB 2. Berusaha Sampai Mencapai Titik Lelah.
4 BAB 3. Ternyata Takdir Belum Lupa. Tapi.....
5 BAB 4. Entah Apa Yang Ada Di Ujung Senyuman.
6 BAB 5. Perintah Pertama Untuk Sekretaris.
7 BAB 6. Hari Pertama Yang Buruk Dan Melelahkan.
8 BAB 7. BerlombaTekad Kuat.
9 BAB 8. Kesabarannya Terus Di Uji.
10 BAB 9. Semangat Untuk Diri Sendiri.
11 BAB 10. Niat Menolong Malah....
12 BAB 11. Hati, Tergores Sedikit Demi Sedikit.
13 BAB 12. Pergi. Untuk Berhenti Melukai Hati.
14 BAB 13. Ketakutan Yang Terbawa Sampai Ke Alam Bawah Sadar.
15 BAB 14. Menuntaskan Dendam Kesumat.
16 BAB 15. Menipisnya Rasa Sabar.
17 BAB 16. Takut Di Banting Lagi.
18 BAB 17. Yang Terlihat Di Mata Bukanlah Segalanya.
19 BAB 18. Hadirnya Teman Lama.
20 BAB 19. Canggung Luar Biasa.
21 BAB 20. Puncak Rasa Sakit.
22 BAB 21. Semua Di Awali Dengan Belajar.
23 BAB 22. Berfikir Positif, Agar Yang Terjadi Juga Positif.
24 BAB 23. Butuh Teman Untuk Mengalihkan Kesepian.
25 BAB 24. Diam Bukan Berarti Tidak Berani Melawan.
26 BAB 25. Mungkin Saja Dia Psicho.
27 BAB 26. Merampas Waktu Agar Tidak Berlarut Dalam Kesedihan.
28 BAB 27. Pekerjaan Gabungan.
29 BAB 28. Ingin Terlihat Tampan Untuk Seseorang.
30 BAB 29. Cemburu Samar-Samar.
31 BAB 30. Demi Apa Sampai Begitu?
32 BAB 31. Sedikit Perhatian.Semoga Bisa Membantu.
33 BAB 32. Perasaan Itu, Benar-Benar Sudah Tumbuh.
34 BAB 33. Batasan. Banyak Pertimbangan Jika Harus Melewatinya.
35 BAB 34. Sinyal Darurat Itu Mulai Muncul.
36 BAB 35. Mulai Ada Yang Mengganjal.
37 BAB 36. Rasa Nyaman Itu Sudah Mulai Muncul.
38 BAB 37. Pembalasan Yang Sempurna.
39 BAB 38. Menghina Orang Lain Itu Sama Saja Dengan Merendahkan Diri Sendiri.
40 BAB 39. Sibuk Memikirkan Sikap Manis.
41 BAB 40. Perubahan Ke Arah Yang Lebih Buruk.
42 BAB 41. Rasa Rindu Dan Tidak Tega.
43 BAB 42. Berfikir Jauh Untuk Masa Depan.
44 BAB 43. Waktu Begitu cepat Berlalu.
45 BAB 44. Desiran Semakin Menjadi-Jadi. Apa Sudah Terlambat?
46 BAB 45. Dahulukan Berfikir Yang Baik Sebelum Berprasangka Yang Buruk.
47 BAB 46. Melanggar Larangan Terbesar.
48 BAB 47. Tuntutan Atas Pertanggung Jawaban.
49 BAB 48. Mencoba Bertanya Dengan Hati-Hati.
50 BAB 49. Meyakini sesuatu Tapi Tidak Bisa Mengingatnya.
51 BAB 50. Jadi Terkesan Menghindar.
52 BAB 51. Di Sidang. Nyali Jadi Menciut.
53 BAB 52. Semakin Membuat Posisinya Sulit.
54 BAB 53. Semoga Tersinggung.
55 BAB 54. Berdesir Tak Tahu Malu.
56 BAB 55. Jadi, Suka Apa Tidak?
57 BAB 56. Terus Mengulur Waktu.
58 BAB 57. Judulnya Hari Ini Adalah, Pengganggu.
59 BAB 58. Membakar Hati Milik Musuh.
60 BAB 59. Hnacur Akbiat Angan-Angan Yang Di Bangun Sendiri.
61 BAB 60. Lihatlah, Betapa Putus Asanya Aku.
62 BAB 61. Bukan Perkara Harga Diri Yang Hancur.
63 BAB 62. Semua Itu Hanya Topeng.
64 BAB 63. Penghakiman Itu, Tidak Akan Mudah Untuk di rubah.
65 BAB 64. Tidak Punya Tempat Tujuan.
66 BAB 65. Perasaan Tidak Bisa Di Atur Sesuka Hati.
67 BAB 66. Niat Baik Saja Tidak Cukup.
68 BAB 67. Menghitung Waktu Dengan Tepat.
69 BAB 68. Sedang Butuh Penghiburan Dan Pengalihan.
70 BAB 69. Cerita Paling Asyik Di Dunia.
71 BAB 70. Hatinya Sudah Tertutup.
72 BAB 71. Ingin Jadi Rumah Untuknya.
73 BAB 72. Bukan Untuk Mendapatkan Pujian.
74 BAB 73. Memperjuangkan Maaf Dan Perasaan.
75 BAB 74. Tidak Bisa Kalau Hati Yang Patah.
76 BAB 75. Semoga Hasil Tidak Menghianati Usaha.
77 BAB 76. Hati, Selalu Tak Bisa Di Tebak Debarannya.
78 BAB 77. Masih Ada Sebuah Ragu.
79 BAB 78. Suasana Hati Sudah Terlewat Baik.
80 BAB 79. Bantu Aku Berubah.
81 BAB 80. Luka Akibat Penghianatan.
82 BAB 81. Benar-Benar Bersambut.
83 BAB 82. Padang Bunga Warna-Warni.
84 BAB 83. Perubahan Situasi Dan Status.
85 BAB 84. Terlalu Bersemangat.
86 BAB 85. Menjelma Menjadi Sosok Yang Berbeda.
87 BAB 86. Disesaki Oleh Rasa Bersalah.
88 BAB 87. Berharap Salah.
89 BAB 88. Karma Untuk Kirani.
90 BAB 89. Setiap Orang Punya Dua Topeng Atau Lebih.
91 BAB 90. Mencoba Menepis Kenyataan.
92 BAB 91. Sejatinya, Tidak Ada Yang Bisa Mengubah Masalalu.
93 BAB 92. Munculnya Rasa Takut.
94 BAB 93. Hanya Sebatas Bagian Dari Masa Lalu.
95 BAB 94. Untung Pandai Menyelamatkan Diri.
96 BAB 95. Sudah Menjadi Candu.
97 BAB 96. Silahkan Bahagia.
98 BAB 97. Tidak Baik Terburu-Buru.
99 BAB 98. Hati Yang Patah Belum Tersambung Lagi Dengan Sempurna.
100 BAB 99. Begitulah Cara Sekitar Kita bekerja.
101 BAB 100. Dua peran Untuk Dua Situasi.
102 BAB 101. Bentangan Paling Indah.
103 BAB 102. Sangat Menguras Tenaga.
104 BAB 103. Memang Sederhana. Tapi Sangat Berkesan.
105 BAB 104. Khawatir Tanda Sayang.
106 BAB 105. Komitmen Untuk Saling Percaya.
107 BAB 106. Ingin Menemukan Kepercayaan Yang Sama.
108 BAB 107. Berperang Sendirian.
109 BAB 108. Ibarat Padi Dan Rumput.
110 BAB 109. Keluarga Yang Di Penuhi Oleh Kehangatan.
111 BAB 110. Sudah Di Tentukan.
112 BAB 111. Sistem Tabur-Tuai. Karma Sudah Dibayar.
113 BAB 112. Sisi Wanitanya Terluka.
114 BAB 113. Satu-Satunya Teman.
115 BAB 114. Sejak Awal Memang Sudah Sendiri.
116 BAB 115. Peran Itu Kini Sudah Selesai.
117 BAB 116. Bahteranya Sudah Mulai Berlayar.
118 BAB 117. Bahagia Yang Mulai Datang.
119 BAB 118. Lelah Dan Semangat.
120 BAB 119. Diterima Dengan Hangat.
121 BAB 120. Sudah Bersemayam Di Hati Sejak Dulu.
122 BAB 121. Meminta Maaf Dengan Tulus.
123 BAB 122. Memaafkan Itu Membuat Hati Tenang.
124 BAB 123. Kabar Mengejutkan Dari Favita.
125 BAB 124. Bahagia Dalam Rengkuhan Kebahagiaan.
126 Tengkyu dari PiEl!
127 Novel baru!
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Pembukaan.
2
BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.
3
BAB 2. Berusaha Sampai Mencapai Titik Lelah.
4
BAB 3. Ternyata Takdir Belum Lupa. Tapi.....
5
BAB 4. Entah Apa Yang Ada Di Ujung Senyuman.
6
BAB 5. Perintah Pertama Untuk Sekretaris.
7
BAB 6. Hari Pertama Yang Buruk Dan Melelahkan.
8
BAB 7. BerlombaTekad Kuat.
9
BAB 8. Kesabarannya Terus Di Uji.
10
BAB 9. Semangat Untuk Diri Sendiri.
11
BAB 10. Niat Menolong Malah....
12
BAB 11. Hati, Tergores Sedikit Demi Sedikit.
13
BAB 12. Pergi. Untuk Berhenti Melukai Hati.
14
BAB 13. Ketakutan Yang Terbawa Sampai Ke Alam Bawah Sadar.
15
BAB 14. Menuntaskan Dendam Kesumat.
16
BAB 15. Menipisnya Rasa Sabar.
17
BAB 16. Takut Di Banting Lagi.
18
BAB 17. Yang Terlihat Di Mata Bukanlah Segalanya.
19
BAB 18. Hadirnya Teman Lama.
20
BAB 19. Canggung Luar Biasa.
21
BAB 20. Puncak Rasa Sakit.
22
BAB 21. Semua Di Awali Dengan Belajar.
23
BAB 22. Berfikir Positif, Agar Yang Terjadi Juga Positif.
24
BAB 23. Butuh Teman Untuk Mengalihkan Kesepian.
25
BAB 24. Diam Bukan Berarti Tidak Berani Melawan.
26
BAB 25. Mungkin Saja Dia Psicho.
27
BAB 26. Merampas Waktu Agar Tidak Berlarut Dalam Kesedihan.
28
BAB 27. Pekerjaan Gabungan.
29
BAB 28. Ingin Terlihat Tampan Untuk Seseorang.
30
BAB 29. Cemburu Samar-Samar.
31
BAB 30. Demi Apa Sampai Begitu?
32
BAB 31. Sedikit Perhatian.Semoga Bisa Membantu.
33
BAB 32. Perasaan Itu, Benar-Benar Sudah Tumbuh.
34
BAB 33. Batasan. Banyak Pertimbangan Jika Harus Melewatinya.
35
BAB 34. Sinyal Darurat Itu Mulai Muncul.
36
BAB 35. Mulai Ada Yang Mengganjal.
37
BAB 36. Rasa Nyaman Itu Sudah Mulai Muncul.
38
BAB 37. Pembalasan Yang Sempurna.
39
BAB 38. Menghina Orang Lain Itu Sama Saja Dengan Merendahkan Diri Sendiri.
40
BAB 39. Sibuk Memikirkan Sikap Manis.
41
BAB 40. Perubahan Ke Arah Yang Lebih Buruk.
42
BAB 41. Rasa Rindu Dan Tidak Tega.
43
BAB 42. Berfikir Jauh Untuk Masa Depan.
44
BAB 43. Waktu Begitu cepat Berlalu.
45
BAB 44. Desiran Semakin Menjadi-Jadi. Apa Sudah Terlambat?
46
BAB 45. Dahulukan Berfikir Yang Baik Sebelum Berprasangka Yang Buruk.
47
BAB 46. Melanggar Larangan Terbesar.
48
BAB 47. Tuntutan Atas Pertanggung Jawaban.
49
BAB 48. Mencoba Bertanya Dengan Hati-Hati.
50
BAB 49. Meyakini sesuatu Tapi Tidak Bisa Mengingatnya.
51
BAB 50. Jadi Terkesan Menghindar.
52
BAB 51. Di Sidang. Nyali Jadi Menciut.
53
BAB 52. Semakin Membuat Posisinya Sulit.
54
BAB 53. Semoga Tersinggung.
55
BAB 54. Berdesir Tak Tahu Malu.
56
BAB 55. Jadi, Suka Apa Tidak?
57
BAB 56. Terus Mengulur Waktu.
58
BAB 57. Judulnya Hari Ini Adalah, Pengganggu.
59
BAB 58. Membakar Hati Milik Musuh.
60
BAB 59. Hnacur Akbiat Angan-Angan Yang Di Bangun Sendiri.
61
BAB 60. Lihatlah, Betapa Putus Asanya Aku.
62
BAB 61. Bukan Perkara Harga Diri Yang Hancur.
63
BAB 62. Semua Itu Hanya Topeng.
64
BAB 63. Penghakiman Itu, Tidak Akan Mudah Untuk di rubah.
65
BAB 64. Tidak Punya Tempat Tujuan.
66
BAB 65. Perasaan Tidak Bisa Di Atur Sesuka Hati.
67
BAB 66. Niat Baik Saja Tidak Cukup.
68
BAB 67. Menghitung Waktu Dengan Tepat.
69
BAB 68. Sedang Butuh Penghiburan Dan Pengalihan.
70
BAB 69. Cerita Paling Asyik Di Dunia.
71
BAB 70. Hatinya Sudah Tertutup.
72
BAB 71. Ingin Jadi Rumah Untuknya.
73
BAB 72. Bukan Untuk Mendapatkan Pujian.
74
BAB 73. Memperjuangkan Maaf Dan Perasaan.
75
BAB 74. Tidak Bisa Kalau Hati Yang Patah.
76
BAB 75. Semoga Hasil Tidak Menghianati Usaha.
77
BAB 76. Hati, Selalu Tak Bisa Di Tebak Debarannya.
78
BAB 77. Masih Ada Sebuah Ragu.
79
BAB 78. Suasana Hati Sudah Terlewat Baik.
80
BAB 79. Bantu Aku Berubah.
81
BAB 80. Luka Akibat Penghianatan.
82
BAB 81. Benar-Benar Bersambut.
83
BAB 82. Padang Bunga Warna-Warni.
84
BAB 83. Perubahan Situasi Dan Status.
85
BAB 84. Terlalu Bersemangat.
86
BAB 85. Menjelma Menjadi Sosok Yang Berbeda.
87
BAB 86. Disesaki Oleh Rasa Bersalah.
88
BAB 87. Berharap Salah.
89
BAB 88. Karma Untuk Kirani.
90
BAB 89. Setiap Orang Punya Dua Topeng Atau Lebih.
91
BAB 90. Mencoba Menepis Kenyataan.
92
BAB 91. Sejatinya, Tidak Ada Yang Bisa Mengubah Masalalu.
93
BAB 92. Munculnya Rasa Takut.
94
BAB 93. Hanya Sebatas Bagian Dari Masa Lalu.
95
BAB 94. Untung Pandai Menyelamatkan Diri.
96
BAB 95. Sudah Menjadi Candu.
97
BAB 96. Silahkan Bahagia.
98
BAB 97. Tidak Baik Terburu-Buru.
99
BAB 98. Hati Yang Patah Belum Tersambung Lagi Dengan Sempurna.
100
BAB 99. Begitulah Cara Sekitar Kita bekerja.
101
BAB 100. Dua peran Untuk Dua Situasi.
102
BAB 101. Bentangan Paling Indah.
103
BAB 102. Sangat Menguras Tenaga.
104
BAB 103. Memang Sederhana. Tapi Sangat Berkesan.
105
BAB 104. Khawatir Tanda Sayang.
106
BAB 105. Komitmen Untuk Saling Percaya.
107
BAB 106. Ingin Menemukan Kepercayaan Yang Sama.
108
BAB 107. Berperang Sendirian.
109
BAB 108. Ibarat Padi Dan Rumput.
110
BAB 109. Keluarga Yang Di Penuhi Oleh Kehangatan.
111
BAB 110. Sudah Di Tentukan.
112
BAB 111. Sistem Tabur-Tuai. Karma Sudah Dibayar.
113
BAB 112. Sisi Wanitanya Terluka.
114
BAB 113. Satu-Satunya Teman.
115
BAB 114. Sejak Awal Memang Sudah Sendiri.
116
BAB 115. Peran Itu Kini Sudah Selesai.
117
BAB 116. Bahteranya Sudah Mulai Berlayar.
118
BAB 117. Bahagia Yang Mulai Datang.
119
BAB 118. Lelah Dan Semangat.
120
BAB 119. Diterima Dengan Hangat.
121
BAB 120. Sudah Bersemayam Di Hati Sejak Dulu.
122
BAB 121. Meminta Maaf Dengan Tulus.
123
BAB 122. Memaafkan Itu Membuat Hati Tenang.
124
BAB 123. Kabar Mengejutkan Dari Favita.
125
BAB 124. Bahagia Dalam Rengkuhan Kebahagiaan.
126
Tengkyu dari PiEl!
127
Novel baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!