Pukul 08.45, Faya sudah sampai di depan sebuah gedung kantor yang menjulang tinggi. Setelah membayar ongkos ojeknya, ia turun dan berjalan menuju ke arah loby. Ia melihat ada beberapa orang yang berpakaian sama dengannya. Bawahan hitam dan atasan putih.
Segera Faya mengikuti mereka dan berjalan masuk ke dalam gedung.
Bruk!
“Auh.” Pekik Faya saat tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang. Seorang pria yang sedang memegang sapu dan pel beserta embernya. Dan sontak, ember berisi air kotor itupun langsung tumpah ke lantai.
“Oh, ya ampun. Maaf. Saya gak sengaja.” Ujar Faya sambil membantu pria itu membereskan sapu dan pel.
Pria muda yang hanya mengenakan kaus oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna krem itu hanya diam saja. Dia kembali mengepel tumpahan air dengan pel dan memerasnya ke dalam wadah.
Sementara itu, beberapa pegawai OB wanita datang tergopoh-gopoh dan menghampiri mereka.
“Ya ampun. Sini biar saya yang bersihkan. Makanya, jangan ganggu orang kerja. Kena karma kan.” Gerutu wanita itu sambil meminta pel dari tangan si pria muda.
“Gak apa-apa, Nek. Cuma begini doang.”
Wanita pembersih yang di panggil ‘nek’ itu hanya menatap tidak enak melihat pria itu membersihkan lantai seorang diri.
“Kamu! Bukannya kamu mau wawancara? Cepat pergi nanti terlambat.” Desis pria itu kembali.
Walaupun bingung, Faya tetap menuruti peringatan pria itu. Ia tidak mau terlambat wawancara. Fayapun segera pergi dari sana dengan meminta maaf terlebih dahulu.
Ternyata, di dalam lobi, ada seorang karyawan yang mengarahkan mereka untuk naik ke lantai 3 dimana sesi wawancara akan di adakan.
Ada sekitar 50 orang yang ada di sebuah ruangan tunggu yang di sediakan untuk para calon pekerja. Dan Faya salah satunya.
Ting!
Ada pesan masuk ke ponselnya.
‘Semoga beruntung, Fay.’
Faya tersenyum membaca pesan itu. Itu adalah pesan dari sahabatnya, Eva. Segera saja ia membalasnya.
‘Semangatt!!’
Butuh waktu setengah jam untuk Faya di panggil. Ia bersama dengan tiga orang lainnya di persilahkan masuk ke dalam sebuah ruangan.
Disana, sudah duduk tiga orang pria berjas dan seorang wanita muda yang nampak anggun. Sepertinya mereka adalah para petinggi perusahaan. Tapi, ada satu kursi yang kosong.
“Silahkan duduk disini.” Pegawai wanita yang mengantarkan mereka mempersilahkan untuk duduk. Faya duduk di kursi paling pinggir.
“Silahkan perkenalkan diri kalian.” Ujar salah seorang pewawancara pria. Ia menunjuk pelamar pria yang duduk di ujung lainnya.
Selama sesi tanya jawab dari tiga orang yang duduk bersama Faya, jawaban mereka hampir sama saat di tanya mengapa mereka tertarik untuk bekerja di perusahaan FD Corp itu. Mereka dominan memuji perusahaan hingga terkesan menjilat.
Setelah menunggu lama, akhirnya giliran Faya tiba. Ia segera memperkenalkan dirinya.
“Nama saya Fayandayu. Saya lulusan sarjana manajemen di Universitas X. Saya sangat berharap dapat di terima di perusahaan ini.”
“Jadi, kenapa anda tertarik bekerja di perusahaan kami?”
Saat tiba di pertanyaan umum itu, Faya terdiam sejenak. Ia menatapi satu-persatu pewawancara yang ada di hadapannya. Kemudian ia menarik nafas dalam.
“Boleh saya menjawab jujur, Bu?”
“Oh, ya. Silahkan. Kami memang mengharapkan kejujuran anda.”
“Saya ingin bekerja disini karna saya harus menyambung hidup.”
Mendengar jawaban nyeleneh dari Faya, sontak semua orang menatap heran padanya. Termasuk pelamar yang lainnya.
Cari mati, fikir mereka.
“Saya butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup saya. Kalau ibu menerima saya bekerja disini, asalkan di bayar, saya pasti akan melakukan semua pekerjaan dengan sangat baik.”
Seketika suasana menjadi hening. Pewawancara wanita itu bahkan nampak ternganga dengan jawaban Faya. Sepertinya dia baru ini mendapati calon karyawan yang nyeleneh seperti Faya itu. Dan jawabannya sungguh di luar dugaan.
“Oooo ke. Ternyata motifasi anda adalah uang. Tidak apa-apa. Toh kita semua ada di sini memang karna menginginkan sejumlah uang. Terimakasih atas kejujuran anda. Kalian sudah boleh pergi.” Perintah wanita itu kembali kepada mereka.
Setelah keluar dari ruangan, Faya mengelus dadanya yang serasa hampir meledak. Sebenarnya ia sangat gugup saat di dalam tadi. Mengingat ekspresi pewawancara tadi, Faya jadi merasa menyesal karna sudah memilih jawaban itu.
Tapi semuanya sudah terlanjur. Tidak ada yang bisa Faya lakukan selain berharap dan berdoa semoga ia menjadi salah satu yang di terima.
Para pelamar kembali ke ruang tunggu. Mereka di beritahu untuk menunggu selama satu jam setelah semua selesai di wawancara. Karna hasilnya akan di umumkan nanti.
Selama dua jam berikutnya, Faya menanti dengan harap-harap cemas. Setiap detiknya ia merutuki mulutnya yang telah bebas berbicara lain dari yang lain.
Jeglek.
Semua mata tertuju pada pintu ruangan yang terbuka. Seorang pegawai nampak berjalan masuk sambil memegang beberapa lembar kertas.
“Mohon semuanya untuk tenang. Saya akan mengumumkan siapa-siapa saja yang lulus. Tolong di dengarkan baik-baik.”
Dan pegawai itu mulai menyebutkan satu-persatu nama yang lulus wawancara. Faya menggigiti kuku jarinya untuk mengusir rasa gugup yang menyerang. Tapi ternyata itu tidak berhasil membuatnya tenang.
Dan benar saja, sampai akhir namanya tak di sebut oleh pegawai itu.
“Selamat buat yang lulus. Nanti, kami akan menghubungi kalian masing-masing untuk memberitahu di divisi mana kalian akan di tempatkan. Dan yang belum lulus, silahkan dicoba kembali lain waktu siapa tau rezeki. Terimakasih atas perhatiannya.”
Pegawai itu melangkah keluar meninggalkan ruangan. Membawa seluruh rasa percaya diri Faya menghilang di balik pintu besar itu.
Ternyata hari ini tidak berjalan baik seperti yang di harapkan. Ini adalah kegagalan Faya yang ke 8.
Sudah 8 kali ia melamar di perusahaan selama dua tahun setelah ia lulus. Sambil bekerja di minimarket, Faya selalu mengambil kesempatan untuk mendaftar di perusahaan yang lebih besar. Yang tentunya gajinya juga lumayan.
Dan ternyata, kali ini juga dia belum berhasil mendapatkan pekerjaannya. Dia selalu gagal di sesi wawancara. Padahal sudah segala jenis jawaban ia utarakan. Dari yang formal, sampai yang tidak masuk akal. Tapi memang belum rezekinya. Mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa terus berusaha sampai mencapai titik lelahnya.
Ya, sebagian orang tidak pernah berhasil walaupun sudah berusaha mati-matian untuk mencapai tujuan. Dan Faya adalah salah satunya.
Faya berjalan gontai menuruni satu persatu anak tangga. Ia memilih menggunakan tangga karna tidak ingin kesedihannya di lihat oleh orang lain. Bahunya turun dan wajahnya tertunduk lesu. Ia kecewa. Tapi ia tidak tau kemana harus melampiaskan kekecewaannya itu.
Lutut Faya masih gemetar. Rasanya, ia tidak sanggup untuk melanjutkan melangkah. Memaksa kakinya untuk berjalan adalah bentuk dari penyiksaan diri sendiri. Setidaknya, ia harus menyayangi tubuhnya untuk melanjutkan perjuangannya mendapatkan pekerjaan.
Faya berhenti di tangga lantai dua. Ia duduk di keheningan itu. Duduk di tangga sambil menenggelamkan wajahnya di lutut. Ia ingin menangis, tapi airmatanya tidak mau keluar.
yo! jangan lupa dukungannya.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Lea Octa
sabar faya semoga kesedihan dan ke sialan mu akan berganti menjadi keberhasilan
2023-06-11
0
🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹
sedihh
2023-04-12
0
Conny Radiansyah
ikut sedih 😢
2023-04-05
0