“Fay!!”
Lengkingan suara Kirani mengejutkan Fayandayu yang tengah menyetrika kemeja putihnya. Hari ini, dia ada wawancara kerja. Dua hari lalu iya di nyatakan lulus seleksi berkas di perusahaan FD Corp yang tersohor itu. Jadi, saat hari masih gelap dia sudah sibuk merapikan pakaian yang akan dia kenakan untuk wawancara.
“Iya, Mbak!!” Jawab gadis yang biasa di panggil Fay itu. Ia segera meletakkan setrika pada tatakan dan berlari menghampiri Mbakak iparnya di dalam kamar.
“Kenapa, Mbak?”
“Ini gak jadi kamu cuci, ya?” Ujar Kirani sambil menunjukkan sebuah gaun bermotif polkadot berwana hijau toska kepada Fayandayu.
“Udah Fay cuci, Mbak. kemaren sore.”
“Tapi kok masih kotor? Ini masih ada nodanya. Padahal aku rencananya mau pakai ini ke arisan.” Gerutu Kirani.
Sedikit kesal, tapi Faya diam saja saat sang kakak ipar menunjukkan noda samar yang ada di pakaiannya tepat di depan hidungnya.
“Sana, cuci lagi. Sampai bersih, ya. Awas kalau enggak.” Ancam kirani.
“Jadi Mbak Kiran gak jadi pakai ini ke arisan?”
“Ya gimana mau pakai, Fay?! Kan kotor?!” Suara kiran bahkan menggema ke seluruh rumah minimalis itu. Padahal, dengan berbicara pelan saja, Faya sudah pasti mendengarnya.
Gadis 25 tahun itu kembali diam. Malas pagi-pagi memulai keributan dengan Kirani. Terlebih, ia malas kalau Kirani sampai mengadu kepada suaminya, alias kakak Faya. Rayuan maut Kirani mampu membutakan mata Iwan bahkan sampai pria itu tega menampar Faya, adiknya sendiri.
Faya keluar dari kamar Kirani kemudian bersegera menyelesaikan setrikaannya. Baru setelah itu ia ke kamar mandi untuk mencuci baju Kirani yang katanya masih bernoda. Padahal, Faya tidak melihat ada noda disana.
Faya menggulung rambut panjangnya hingga menyerupai sanggul di belakang kepala. Menyingsingkan lengan baju sebelum berkecimpung di air yang dingin.
Sebenarnya ia sudah tidak betah tinggal di rumah itu. Tapi, ia masih belum cukup punya uang untuk menyewa kos sendiri. Dan Iwan, selalu melarangnya pindah dari rumah.
Alasannya karna tidak akan ada yang membantu dan menemani Kirani di rumah saat ia pergi bekerja. Iwan merupakan seorang sopir bis lintas Provinsi jurusan Jakarta-Medan. Karna itu ia jarang sekali ada di rumah.
Walaupun pernikahan Kirani dan Iwan sudah menginjak usia 6 tahun, tapi mereka belum di karuniai momongan. Dan saat kesal, Kirani akan melampiaskannya kepada Faya.
Faya tidak punya pilihan lain. Karna Iwan adalah satu-satunya keluarga yang ia punya setelah kematian orang tuanya 5 tahun silam dalam sebuah kecelakaan maut. Jadi, ia berusaha bertahan sekuat dan semampunya sebelum ia mendapatkan cara untuk pergi dan hidup mandiri.
Brakk!!
Saat hendak berdiri, tanpa sengaja siku Faya menyenggol tumpukan ember hingga ember-ember itu terjatuh dan menimbulkan suara berisik.
Kirani yang mendengar itu langsung berlari ke kamar mandi. Ia berkacak pinggang saat melihat ember yang berserakan. Sorot matanya begitu nyalang kepada Faya.
Perasaan Faya sudah tidak enak saat melihat sorot mata kemarahan di mata Kirani. Melihat itu, telinganya otomatis bersiap untuk menerima segala macam umpatan dan cacian yang pasti akan keluar dari mulut sang
kakak ipar.
“Jadi kamu marah aku suruh cuci bajuku?”
Benar saja. Ekspresi yang di tunjukkan oleh Kirani saat ini adalah ekspresi sebelum wanita itu meledak karna amarah.
“Aku gak sengaja, Mbak.”
“Bilang gak sengaja. Bilang aja kamu gak terima aku suruh cuci! Awas aja kalau sampai ada yang pecah, kamu harus ganti.”
Faya diam saja. Ia memilih membisukan mulutnya dan membungkuk untuk memunguti ember-ember itu dan menumpuknya kembali.
“Ya ampun!! Bajuku!” Pekik Kirani membuat Faya menoleh.
Kirani mengambil pakainnya yang tidak sengaja terinjak oleh Faya yang memang suka mengenakan sandal kayu. Mengetahui kesalahannya, Faya hanya bisa ternganga saja. Dan sudah pasti, kemarahan Kirani akan semakin menjadi. Karna Faya tau kalau baju itu merupakan baju kesayangan Kirani. Dan kini, Faya telah merusaknya.
Sial, batinnya.
“Astaga Faya!!!!! Kamu merusak bajuku!!” Pekik Kirani histeris.
“Ma-maaf, Mbak. Aku gak sengaja.”
“Aku gak mau tau. Kamu harus bayar baju ini.” Dengus Kirani sambil terus menatapi bajunya yang nampak robek karna tersangkut sandal Faya.
“Baju ini harganya 700 ribu. Aku gak mau tau, ya. Mana, sini.” Kirani mengacungkan tangannya kepada Faya.
“Tapi aku gak punya uang, Mbak. Kan Mbak tau sendiri kalau aku belum dapat pekerjaan.” Faya berusaha membela dirinya.
“Aku kasih kamu waktu seminggu buat bayar ini baju.” Dengus Kirani. Ia membanting bajunya yang rusak itu ke lantai kemudian pergi dengan membanting pintu kamar mandi dengan sangat keras.
Faya sempat berjingkat sedikit. Walaupun sudah sering, tapi ia masih kaget juga saat mendengar suara pintu di banting seperti itu.
Sudah kepalang tanggung, akhirnya Faya tidak jadi melanjutkan mencuci. Karna sudah basah, dia malah mandi sekalian.
Walaupun kesal, fikirannya harus tetap normal. Hari ini, adalah wawancara kerja. Dan Faya tidak mau merusak peluang terbaiknya itu.
Selesai mandi, Faya mengenakan atasan putih dan celana hitam terbaiknya. Tidak lupa, ia juga mengenakan jas hitam untuk menyempurnakan penampilannya. Menyisir dan mengikat rapi rambut panjangnya di belakang kepala. Terakhir, ia mematut dirinya di cermin.
“Astaga. Udah jam setengah delapan.” Pekik Faya pelan saat ia melirik jam dinding di kamarnya.
Faya harus segera berangkat. Karna jarak rumah dan kantor FD Corp sangatlah jauh. Sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum.
“Mau kemana, kamu?” Sinis suara Kirani bertanya. Wania itu sedang duduk di sofa sambil menontotn tv.
“Aku ada wawancara kerja, Mbak.”
“Terus sarapan aku, gimana?” Kirani hampir mengeluarkan khodamnya kembali.
“Udah selesai. Tinggal nunggu nasinya mateng aja. Aku udah hampir terlambat, Mbak. Aku pergi dulu.” Faya segera berlari sambil menjinjing sepatu pantofelnya keluar rumah.
Setelah menutup pintu, barulah Faya mengenakan sepatu itu kemudian berjalan ke arah halte bis yang ada di depan perumahan.
Dalam perjalanan, Faya memutuskan untuk memesan ojek online saja. Ia tidak ingin terlambat di hari penting ini. Kalau naik bis, apalagi di jam kerja begini, sudah pasti bis akan penuh sesak ditambah jalanan yang macet. Dan ia pasti akan terlambat.
Lima menit menunggu, ojek yang di pesan Faya datang juga. Dia segera naik setelah menerima helm dari pengemudi.
Faya ingin cepat sampai di kantor FD Corp. Dengan harapan besar yang terus ia lantunkan dalam hatinya. Semoga, kali ini ia bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan besar itu. Jadi pegawai rendahan juga tidak apa-apa.
Semoga pengalaman bekerja sebagai kasir minimarket selama dua tahun menjadi nilai lebih untuknya. Lagipula, sayang kalau ijazah s1 nya hanya di anggurkan tanpa mendapat pekerjaan yang setimpal.
Ahh, tidak seperti biasanya, udara kota Jakarta pagi ini terasa sejuk bagi hidung Faya. Setidaknya ia merasa akan mendapatkan kabar baik perihal pekerjaannya ini. Faya sangat percaya diri sekali. Padahal, itu hanyalah upaya untuk menyemangati diri sendiri dan mengusir fikiran buruk akan sebuah kegagalan.
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaa,,, harap dukung aku. jangan lupa kasih rate bintang 5nya juga...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
RahaYulia
bakal calon anaknya aja mungkin g mau singgah di rahim orang kya elu males gila punya ibu kandung rasa ibu tiri 😅😅😅😅
makanya bibit nya ngeloyor keluar lg aja g pernah ngendap🥴
2023-06-11
0
RahaYulia
klo udh dpt gaji mh mnding ngencar wae neng ngekost bayar dikit gpp yg pnting hidup tentram aman damai sentosa bilang aja mo mandiri atau biar lb dkt aja gt
2023-06-11
0
Lea Octa
ngeri banget Kaka iparnya....ga nyadar apa itu si Kirani dia bisa beli apa2 jg kan dr kakanya faya .. ikutan emosi jdnya
2023-06-11
0