BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.

“Fay!!”

Lengkingan suara Kirani mengejutkan Fayandayu yang tengah menyetrika kemeja putihnya. Hari ini, dia ada wawancara kerja. Dua hari lalu iya di nyatakan lulus seleksi berkas di perusahaan FD Corp yang tersohor itu. Jadi, saat hari masih gelap dia sudah sibuk merapikan pakaian yang akan dia kenakan untuk wawancara.

“Iya, Mbak!!” Jawab gadis yang biasa di panggil Fay itu. Ia segera meletakkan setrika pada tatakan dan berlari menghampiri Mbakak iparnya di dalam kamar.

“Kenapa, Mbak?”

“Ini gak jadi kamu cuci, ya?” Ujar Kirani sambil menunjukkan sebuah gaun bermotif polkadot berwana hijau toska kepada Fayandayu.

“Udah Fay cuci, Mbak. kemaren sore.”

“Tapi kok masih kotor? Ini masih ada nodanya. Padahal aku rencananya mau pakai ini ke arisan.” Gerutu Kirani.

Sedikit kesal, tapi Faya diam saja saat sang kakak ipar menunjukkan noda samar yang ada di pakaiannya tepat di depan hidungnya.

“Sana, cuci lagi. Sampai bersih, ya. Awas kalau enggak.” Ancam kirani.

“Jadi Mbak Kiran gak jadi pakai ini ke arisan?”

“Ya gimana mau pakai, Fay?! Kan kotor?!” Suara kiran bahkan menggema ke seluruh rumah minimalis itu. Padahal, dengan berbicara pelan saja, Faya sudah pasti mendengarnya.

Gadis 25 tahun itu kembali diam. Malas pagi-pagi memulai keributan dengan Kirani. Terlebih, ia malas kalau Kirani sampai mengadu kepada suaminya, alias kakak Faya. Rayuan maut Kirani mampu membutakan mata Iwan bahkan sampai pria itu tega menampar Faya, adiknya sendiri.

Faya keluar dari kamar Kirani kemudian bersegera menyelesaikan setrikaannya. Baru setelah itu ia ke kamar mandi untuk mencuci baju Kirani yang katanya masih bernoda. Padahal, Faya tidak melihat ada noda disana.

Faya menggulung rambut panjangnya hingga menyerupai sanggul di belakang kepala. Menyingsingkan lengan baju sebelum berkecimpung di air yang dingin.

Sebenarnya ia sudah tidak betah tinggal di rumah itu. Tapi, ia masih belum cukup punya uang untuk menyewa kos sendiri. Dan Iwan, selalu melarangnya pindah dari rumah.

Alasannya karna tidak akan ada yang membantu dan menemani Kirani di rumah saat ia pergi bekerja. Iwan merupakan seorang sopir bis lintas Provinsi jurusan Jakarta-Medan. Karna itu ia jarang sekali ada di rumah.

Walaupun pernikahan Kirani dan Iwan sudah menginjak usia 6 tahun, tapi mereka belum di karuniai momongan. Dan saat kesal, Kirani akan melampiaskannya kepada Faya.

Faya tidak punya pilihan lain. Karna Iwan adalah satu-satunya keluarga yang ia punya setelah kematian orang tuanya 5 tahun silam dalam sebuah kecelakaan maut. Jadi, ia berusaha bertahan sekuat dan semampunya sebelum ia mendapatkan cara untuk pergi dan hidup mandiri.

Brakk!!

Saat hendak berdiri, tanpa sengaja siku Faya menyenggol tumpukan ember hingga ember-ember itu terjatuh dan menimbulkan suara berisik.

Kirani yang mendengar itu langsung berlari ke kamar mandi. Ia berkacak pinggang saat melihat ember yang berserakan. Sorot matanya begitu nyalang kepada Faya.

Perasaan Faya sudah tidak enak saat melihat sorot mata kemarahan di mata Kirani. Melihat itu, telinganya otomatis bersiap untuk menerima segala macam umpatan dan cacian yang pasti akan keluar dari mulut sang

kakak ipar.

“Jadi kamu marah aku suruh cuci bajuku?”

Benar saja. Ekspresi yang di tunjukkan oleh Kirani saat ini adalah ekspresi sebelum wanita itu meledak karna amarah.

“Aku gak sengaja, Mbak.”

“Bilang gak sengaja. Bilang aja kamu gak terima aku suruh cuci! Awas aja kalau sampai ada yang pecah, kamu harus ganti.”

Faya diam saja. Ia memilih membisukan mulutnya dan membungkuk untuk memunguti ember-ember itu dan menumpuknya kembali.

“Ya ampun!! Bajuku!” Pekik Kirani membuat Faya menoleh.

Kirani mengambil pakainnya yang tidak sengaja terinjak oleh Faya yang memang suka mengenakan sandal kayu. Mengetahui kesalahannya, Faya hanya bisa ternganga saja. Dan sudah pasti, kemarahan Kirani akan semakin menjadi. Karna Faya tau kalau baju itu merupakan baju kesayangan Kirani. Dan kini, Faya telah merusaknya.

Sial, batinnya.

“Astaga Faya!!!!! Kamu merusak bajuku!!” Pekik Kirani histeris.

“Ma-maaf, Mbak. Aku gak sengaja.”

“Aku gak mau tau. Kamu harus bayar baju ini.” Dengus Kirani sambil terus menatapi bajunya yang nampak robek karna tersangkut sandal Faya.

“Baju ini harganya 700 ribu. Aku gak mau tau, ya. Mana, sini.” Kirani mengacungkan tangannya kepada Faya.

“Tapi aku gak punya uang, Mbak. Kan Mbak tau sendiri kalau aku belum dapat pekerjaan.” Faya berusaha membela dirinya.

“Aku kasih kamu waktu seminggu buat bayar ini baju.” Dengus Kirani. Ia membanting bajunya yang rusak itu ke lantai kemudian pergi dengan membanting pintu kamar mandi dengan sangat keras.

Faya sempat berjingkat sedikit. Walaupun sudah sering, tapi ia masih kaget juga saat mendengar suara pintu di banting seperti itu.

Sudah kepalang tanggung, akhirnya Faya tidak jadi melanjutkan mencuci. Karna sudah basah, dia malah mandi sekalian.

Walaupun kesal, fikirannya harus tetap normal. Hari ini, adalah wawancara kerja. Dan Faya tidak mau merusak peluang terbaiknya itu.

Selesai mandi, Faya mengenakan atasan putih dan celana hitam terbaiknya. Tidak lupa, ia juga mengenakan jas hitam untuk menyempurnakan penampilannya. Menyisir dan mengikat rapi rambut panjangnya di belakang kepala. Terakhir, ia mematut dirinya di cermin.

“Astaga. Udah jam setengah delapan.” Pekik Faya pelan saat ia melirik jam dinding di kamarnya.

Faya harus segera berangkat. Karna jarak rumah dan kantor FD Corp sangatlah jauh. Sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum.

“Mau kemana, kamu?” Sinis suara Kirani bertanya. Wania itu sedang duduk di sofa sambil menontotn tv.

“Aku ada wawancara kerja, Mbak.”

“Terus sarapan aku, gimana?” Kirani hampir mengeluarkan khodamnya kembali.

“Udah selesai. Tinggal nunggu nasinya mateng aja. Aku udah hampir terlambat, Mbak. Aku pergi dulu.” Faya segera berlari sambil menjinjing sepatu pantofelnya keluar rumah.

Setelah menutup pintu, barulah Faya mengenakan sepatu itu kemudian berjalan ke arah halte bis yang ada di depan perumahan.

Dalam perjalanan, Faya memutuskan untuk memesan ojek online saja. Ia tidak ingin terlambat di hari penting ini. Kalau naik bis, apalagi di jam kerja begini, sudah pasti bis akan penuh sesak ditambah jalanan yang macet. Dan ia pasti akan terlambat.

Lima menit menunggu, ojek yang di pesan Faya datang juga. Dia segera naik setelah menerima helm dari pengemudi.

Faya ingin cepat sampai di kantor FD Corp. Dengan harapan besar yang terus ia lantunkan dalam hatinya. Semoga, kali ini ia bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan besar itu. Jadi pegawai rendahan juga tidak apa-apa.

Semoga pengalaman bekerja sebagai kasir minimarket selama dua tahun menjadi nilai lebih untuknya. Lagipula, sayang kalau ijazah s1 nya hanya di anggurkan tanpa mendapat pekerjaan yang setimpal.

Ahh, tidak seperti biasanya, udara kota Jakarta pagi ini terasa sejuk bagi hidung Faya. Setidaknya ia merasa akan mendapatkan kabar baik perihal pekerjaannya ini. Faya sangat percaya diri sekali. Padahal, itu hanyalah upaya untuk menyemangati diri sendiri dan mengusir fikiran buruk akan sebuah kegagalan.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaa,,, harap dukung aku. jangan lupa kasih rate bintang 5nya juga...

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

bakal calon anaknya aja mungkin g mau singgah di rahim orang kya elu males gila punya ibu kandung rasa ibu tiri 😅😅😅😅
makanya bibit nya ngeloyor keluar lg aja g pernah ngendap🥴

2023-06-11

0

RahaYulia

RahaYulia

klo udh dpt gaji mh mnding ngencar wae neng ngekost bayar dikit gpp yg pnting hidup tentram aman damai sentosa bilang aja mo mandiri atau biar lb dkt aja gt

2023-06-11

0

Lea Octa

Lea Octa

ngeri banget Kaka iparnya....ga nyadar apa itu si Kirani dia bisa beli apa2 jg kan dr kakanya faya .. ikutan emosi jdnya

2023-06-11

0

lihat semua
Episodes
1 Pembukaan.
2 BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.
3 BAB 2. Berusaha Sampai Mencapai Titik Lelah.
4 BAB 3. Ternyata Takdir Belum Lupa. Tapi.....
5 BAB 4. Entah Apa Yang Ada Di Ujung Senyuman.
6 BAB 5. Perintah Pertama Untuk Sekretaris.
7 BAB 6. Hari Pertama Yang Buruk Dan Melelahkan.
8 BAB 7. BerlombaTekad Kuat.
9 BAB 8. Kesabarannya Terus Di Uji.
10 BAB 9. Semangat Untuk Diri Sendiri.
11 BAB 10. Niat Menolong Malah....
12 BAB 11. Hati, Tergores Sedikit Demi Sedikit.
13 BAB 12. Pergi. Untuk Berhenti Melukai Hati.
14 BAB 13. Ketakutan Yang Terbawa Sampai Ke Alam Bawah Sadar.
15 BAB 14. Menuntaskan Dendam Kesumat.
16 BAB 15. Menipisnya Rasa Sabar.
17 BAB 16. Takut Di Banting Lagi.
18 BAB 17. Yang Terlihat Di Mata Bukanlah Segalanya.
19 BAB 18. Hadirnya Teman Lama.
20 BAB 19. Canggung Luar Biasa.
21 BAB 20. Puncak Rasa Sakit.
22 BAB 21. Semua Di Awali Dengan Belajar.
23 BAB 22. Berfikir Positif, Agar Yang Terjadi Juga Positif.
24 BAB 23. Butuh Teman Untuk Mengalihkan Kesepian.
25 BAB 24. Diam Bukan Berarti Tidak Berani Melawan.
26 BAB 25. Mungkin Saja Dia Psicho.
27 BAB 26. Merampas Waktu Agar Tidak Berlarut Dalam Kesedihan.
28 BAB 27. Pekerjaan Gabungan.
29 BAB 28. Ingin Terlihat Tampan Untuk Seseorang.
30 BAB 29. Cemburu Samar-Samar.
31 BAB 30. Demi Apa Sampai Begitu?
32 BAB 31. Sedikit Perhatian.Semoga Bisa Membantu.
33 BAB 32. Perasaan Itu, Benar-Benar Sudah Tumbuh.
34 BAB 33. Batasan. Banyak Pertimbangan Jika Harus Melewatinya.
35 BAB 34. Sinyal Darurat Itu Mulai Muncul.
36 BAB 35. Mulai Ada Yang Mengganjal.
37 BAB 36. Rasa Nyaman Itu Sudah Mulai Muncul.
38 BAB 37. Pembalasan Yang Sempurna.
39 BAB 38. Menghina Orang Lain Itu Sama Saja Dengan Merendahkan Diri Sendiri.
40 BAB 39. Sibuk Memikirkan Sikap Manis.
41 BAB 40. Perubahan Ke Arah Yang Lebih Buruk.
42 BAB 41. Rasa Rindu Dan Tidak Tega.
43 BAB 42. Berfikir Jauh Untuk Masa Depan.
44 BAB 43. Waktu Begitu cepat Berlalu.
45 BAB 44. Desiran Semakin Menjadi-Jadi. Apa Sudah Terlambat?
46 BAB 45. Dahulukan Berfikir Yang Baik Sebelum Berprasangka Yang Buruk.
47 BAB 46. Melanggar Larangan Terbesar.
48 BAB 47. Tuntutan Atas Pertanggung Jawaban.
49 BAB 48. Mencoba Bertanya Dengan Hati-Hati.
50 BAB 49. Meyakini sesuatu Tapi Tidak Bisa Mengingatnya.
51 BAB 50. Jadi Terkesan Menghindar.
52 BAB 51. Di Sidang. Nyali Jadi Menciut.
53 BAB 52. Semakin Membuat Posisinya Sulit.
54 BAB 53. Semoga Tersinggung.
55 BAB 54. Berdesir Tak Tahu Malu.
56 BAB 55. Jadi, Suka Apa Tidak?
57 BAB 56. Terus Mengulur Waktu.
58 BAB 57. Judulnya Hari Ini Adalah, Pengganggu.
59 BAB 58. Membakar Hati Milik Musuh.
60 BAB 59. Hnacur Akbiat Angan-Angan Yang Di Bangun Sendiri.
61 BAB 60. Lihatlah, Betapa Putus Asanya Aku.
62 BAB 61. Bukan Perkara Harga Diri Yang Hancur.
63 BAB 62. Semua Itu Hanya Topeng.
64 BAB 63. Penghakiman Itu, Tidak Akan Mudah Untuk di rubah.
65 BAB 64. Tidak Punya Tempat Tujuan.
66 BAB 65. Perasaan Tidak Bisa Di Atur Sesuka Hati.
67 BAB 66. Niat Baik Saja Tidak Cukup.
68 BAB 67. Menghitung Waktu Dengan Tepat.
69 BAB 68. Sedang Butuh Penghiburan Dan Pengalihan.
70 BAB 69. Cerita Paling Asyik Di Dunia.
71 BAB 70. Hatinya Sudah Tertutup.
72 BAB 71. Ingin Jadi Rumah Untuknya.
73 BAB 72. Bukan Untuk Mendapatkan Pujian.
74 BAB 73. Memperjuangkan Maaf Dan Perasaan.
75 BAB 74. Tidak Bisa Kalau Hati Yang Patah.
76 BAB 75. Semoga Hasil Tidak Menghianati Usaha.
77 BAB 76. Hati, Selalu Tak Bisa Di Tebak Debarannya.
78 BAB 77. Masih Ada Sebuah Ragu.
79 BAB 78. Suasana Hati Sudah Terlewat Baik.
80 BAB 79. Bantu Aku Berubah.
81 BAB 80. Luka Akibat Penghianatan.
82 BAB 81. Benar-Benar Bersambut.
83 BAB 82. Padang Bunga Warna-Warni.
84 BAB 83. Perubahan Situasi Dan Status.
85 BAB 84. Terlalu Bersemangat.
86 BAB 85. Menjelma Menjadi Sosok Yang Berbeda.
87 BAB 86. Disesaki Oleh Rasa Bersalah.
88 BAB 87. Berharap Salah.
89 BAB 88. Karma Untuk Kirani.
90 BAB 89. Setiap Orang Punya Dua Topeng Atau Lebih.
91 BAB 90. Mencoba Menepis Kenyataan.
92 BAB 91. Sejatinya, Tidak Ada Yang Bisa Mengubah Masalalu.
93 BAB 92. Munculnya Rasa Takut.
94 BAB 93. Hanya Sebatas Bagian Dari Masa Lalu.
95 BAB 94. Untung Pandai Menyelamatkan Diri.
96 BAB 95. Sudah Menjadi Candu.
97 BAB 96. Silahkan Bahagia.
98 BAB 97. Tidak Baik Terburu-Buru.
99 BAB 98. Hati Yang Patah Belum Tersambung Lagi Dengan Sempurna.
100 BAB 99. Begitulah Cara Sekitar Kita bekerja.
101 BAB 100. Dua peran Untuk Dua Situasi.
102 BAB 101. Bentangan Paling Indah.
103 BAB 102. Sangat Menguras Tenaga.
104 BAB 103. Memang Sederhana. Tapi Sangat Berkesan.
105 BAB 104. Khawatir Tanda Sayang.
106 BAB 105. Komitmen Untuk Saling Percaya.
107 BAB 106. Ingin Menemukan Kepercayaan Yang Sama.
108 BAB 107. Berperang Sendirian.
109 BAB 108. Ibarat Padi Dan Rumput.
110 BAB 109. Keluarga Yang Di Penuhi Oleh Kehangatan.
111 BAB 110. Sudah Di Tentukan.
112 BAB 111. Sistem Tabur-Tuai. Karma Sudah Dibayar.
113 BAB 112. Sisi Wanitanya Terluka.
114 BAB 113. Satu-Satunya Teman.
115 BAB 114. Sejak Awal Memang Sudah Sendiri.
116 BAB 115. Peran Itu Kini Sudah Selesai.
117 BAB 116. Bahteranya Sudah Mulai Berlayar.
118 BAB 117. Bahagia Yang Mulai Datang.
119 BAB 118. Lelah Dan Semangat.
120 BAB 119. Diterima Dengan Hangat.
121 BAB 120. Sudah Bersemayam Di Hati Sejak Dulu.
122 BAB 121. Meminta Maaf Dengan Tulus.
123 BAB 122. Memaafkan Itu Membuat Hati Tenang.
124 BAB 123. Kabar Mengejutkan Dari Favita.
125 BAB 124. Bahagia Dalam Rengkuhan Kebahagiaan.
126 Tengkyu dari PiEl!
127 Novel baru!
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Pembukaan.
2
BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.
3
BAB 2. Berusaha Sampai Mencapai Titik Lelah.
4
BAB 3. Ternyata Takdir Belum Lupa. Tapi.....
5
BAB 4. Entah Apa Yang Ada Di Ujung Senyuman.
6
BAB 5. Perintah Pertama Untuk Sekretaris.
7
BAB 6. Hari Pertama Yang Buruk Dan Melelahkan.
8
BAB 7. BerlombaTekad Kuat.
9
BAB 8. Kesabarannya Terus Di Uji.
10
BAB 9. Semangat Untuk Diri Sendiri.
11
BAB 10. Niat Menolong Malah....
12
BAB 11. Hati, Tergores Sedikit Demi Sedikit.
13
BAB 12. Pergi. Untuk Berhenti Melukai Hati.
14
BAB 13. Ketakutan Yang Terbawa Sampai Ke Alam Bawah Sadar.
15
BAB 14. Menuntaskan Dendam Kesumat.
16
BAB 15. Menipisnya Rasa Sabar.
17
BAB 16. Takut Di Banting Lagi.
18
BAB 17. Yang Terlihat Di Mata Bukanlah Segalanya.
19
BAB 18. Hadirnya Teman Lama.
20
BAB 19. Canggung Luar Biasa.
21
BAB 20. Puncak Rasa Sakit.
22
BAB 21. Semua Di Awali Dengan Belajar.
23
BAB 22. Berfikir Positif, Agar Yang Terjadi Juga Positif.
24
BAB 23. Butuh Teman Untuk Mengalihkan Kesepian.
25
BAB 24. Diam Bukan Berarti Tidak Berani Melawan.
26
BAB 25. Mungkin Saja Dia Psicho.
27
BAB 26. Merampas Waktu Agar Tidak Berlarut Dalam Kesedihan.
28
BAB 27. Pekerjaan Gabungan.
29
BAB 28. Ingin Terlihat Tampan Untuk Seseorang.
30
BAB 29. Cemburu Samar-Samar.
31
BAB 30. Demi Apa Sampai Begitu?
32
BAB 31. Sedikit Perhatian.Semoga Bisa Membantu.
33
BAB 32. Perasaan Itu, Benar-Benar Sudah Tumbuh.
34
BAB 33. Batasan. Banyak Pertimbangan Jika Harus Melewatinya.
35
BAB 34. Sinyal Darurat Itu Mulai Muncul.
36
BAB 35. Mulai Ada Yang Mengganjal.
37
BAB 36. Rasa Nyaman Itu Sudah Mulai Muncul.
38
BAB 37. Pembalasan Yang Sempurna.
39
BAB 38. Menghina Orang Lain Itu Sama Saja Dengan Merendahkan Diri Sendiri.
40
BAB 39. Sibuk Memikirkan Sikap Manis.
41
BAB 40. Perubahan Ke Arah Yang Lebih Buruk.
42
BAB 41. Rasa Rindu Dan Tidak Tega.
43
BAB 42. Berfikir Jauh Untuk Masa Depan.
44
BAB 43. Waktu Begitu cepat Berlalu.
45
BAB 44. Desiran Semakin Menjadi-Jadi. Apa Sudah Terlambat?
46
BAB 45. Dahulukan Berfikir Yang Baik Sebelum Berprasangka Yang Buruk.
47
BAB 46. Melanggar Larangan Terbesar.
48
BAB 47. Tuntutan Atas Pertanggung Jawaban.
49
BAB 48. Mencoba Bertanya Dengan Hati-Hati.
50
BAB 49. Meyakini sesuatu Tapi Tidak Bisa Mengingatnya.
51
BAB 50. Jadi Terkesan Menghindar.
52
BAB 51. Di Sidang. Nyali Jadi Menciut.
53
BAB 52. Semakin Membuat Posisinya Sulit.
54
BAB 53. Semoga Tersinggung.
55
BAB 54. Berdesir Tak Tahu Malu.
56
BAB 55. Jadi, Suka Apa Tidak?
57
BAB 56. Terus Mengulur Waktu.
58
BAB 57. Judulnya Hari Ini Adalah, Pengganggu.
59
BAB 58. Membakar Hati Milik Musuh.
60
BAB 59. Hnacur Akbiat Angan-Angan Yang Di Bangun Sendiri.
61
BAB 60. Lihatlah, Betapa Putus Asanya Aku.
62
BAB 61. Bukan Perkara Harga Diri Yang Hancur.
63
BAB 62. Semua Itu Hanya Topeng.
64
BAB 63. Penghakiman Itu, Tidak Akan Mudah Untuk di rubah.
65
BAB 64. Tidak Punya Tempat Tujuan.
66
BAB 65. Perasaan Tidak Bisa Di Atur Sesuka Hati.
67
BAB 66. Niat Baik Saja Tidak Cukup.
68
BAB 67. Menghitung Waktu Dengan Tepat.
69
BAB 68. Sedang Butuh Penghiburan Dan Pengalihan.
70
BAB 69. Cerita Paling Asyik Di Dunia.
71
BAB 70. Hatinya Sudah Tertutup.
72
BAB 71. Ingin Jadi Rumah Untuknya.
73
BAB 72. Bukan Untuk Mendapatkan Pujian.
74
BAB 73. Memperjuangkan Maaf Dan Perasaan.
75
BAB 74. Tidak Bisa Kalau Hati Yang Patah.
76
BAB 75. Semoga Hasil Tidak Menghianati Usaha.
77
BAB 76. Hati, Selalu Tak Bisa Di Tebak Debarannya.
78
BAB 77. Masih Ada Sebuah Ragu.
79
BAB 78. Suasana Hati Sudah Terlewat Baik.
80
BAB 79. Bantu Aku Berubah.
81
BAB 80. Luka Akibat Penghianatan.
82
BAB 81. Benar-Benar Bersambut.
83
BAB 82. Padang Bunga Warna-Warni.
84
BAB 83. Perubahan Situasi Dan Status.
85
BAB 84. Terlalu Bersemangat.
86
BAB 85. Menjelma Menjadi Sosok Yang Berbeda.
87
BAB 86. Disesaki Oleh Rasa Bersalah.
88
BAB 87. Berharap Salah.
89
BAB 88. Karma Untuk Kirani.
90
BAB 89. Setiap Orang Punya Dua Topeng Atau Lebih.
91
BAB 90. Mencoba Menepis Kenyataan.
92
BAB 91. Sejatinya, Tidak Ada Yang Bisa Mengubah Masalalu.
93
BAB 92. Munculnya Rasa Takut.
94
BAB 93. Hanya Sebatas Bagian Dari Masa Lalu.
95
BAB 94. Untung Pandai Menyelamatkan Diri.
96
BAB 95. Sudah Menjadi Candu.
97
BAB 96. Silahkan Bahagia.
98
BAB 97. Tidak Baik Terburu-Buru.
99
BAB 98. Hati Yang Patah Belum Tersambung Lagi Dengan Sempurna.
100
BAB 99. Begitulah Cara Sekitar Kita bekerja.
101
BAB 100. Dua peran Untuk Dua Situasi.
102
BAB 101. Bentangan Paling Indah.
103
BAB 102. Sangat Menguras Tenaga.
104
BAB 103. Memang Sederhana. Tapi Sangat Berkesan.
105
BAB 104. Khawatir Tanda Sayang.
106
BAB 105. Komitmen Untuk Saling Percaya.
107
BAB 106. Ingin Menemukan Kepercayaan Yang Sama.
108
BAB 107. Berperang Sendirian.
109
BAB 108. Ibarat Padi Dan Rumput.
110
BAB 109. Keluarga Yang Di Penuhi Oleh Kehangatan.
111
BAB 110. Sudah Di Tentukan.
112
BAB 111. Sistem Tabur-Tuai. Karma Sudah Dibayar.
113
BAB 112. Sisi Wanitanya Terluka.
114
BAB 113. Satu-Satunya Teman.
115
BAB 114. Sejak Awal Memang Sudah Sendiri.
116
BAB 115. Peran Itu Kini Sudah Selesai.
117
BAB 116. Bahteranya Sudah Mulai Berlayar.
118
BAB 117. Bahagia Yang Mulai Datang.
119
BAB 118. Lelah Dan Semangat.
120
BAB 119. Diterima Dengan Hangat.
121
BAB 120. Sudah Bersemayam Di Hati Sejak Dulu.
122
BAB 121. Meminta Maaf Dengan Tulus.
123
BAB 122. Memaafkan Itu Membuat Hati Tenang.
124
BAB 123. Kabar Mengejutkan Dari Favita.
125
BAB 124. Bahagia Dalam Rengkuhan Kebahagiaan.
126
Tengkyu dari PiEl!
127
Novel baru!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!