Chapter 3 - Sah!

''Jadi bagaimana?''

''Enggak! aku tetap enggak mau!'' keukeuh Yoona.

Warga desa menatap kesal pada gadis itu. Yang mereka anggap, sebagai gadis keras kepala

''Yoona, apa kau mengingat nomor teman-teman mu?'' tanya Arthan berbisik.

Yoona menggeleng dengan wajah cemberut, ia masih kesal pada Dosennya itu.

''Lalu nomor ponselmu?''

''Handphon ku mati, habis baterai dan lagi aku charger dikamar.''

Arthan mendengus, ia bingung harus melakukan apa lagi. Karena dia pun sudah berusaha mengajak mereka ke Villa tapi, mereka tidak ada yang mau.

''Jika kalian tetap menolak, maka kami akan mengambil langkah tegas. Kami akan mengarak kalian keliling kampung!''

''Setuju!'' seru semuanya.

Yoona semakin panik. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Melihat Arthan pun sepertinya dia juga bingung.

Namun, tiba-tiba seseorang datang dengan memakai jas hujan. Yoona ikut menoleh dan senyumnya pun terbit.

''Pak Bimo!'' Yoona berlari kearah Bimo, salasatu Dosennya juga. ''Pak tolong jelaskan pada mereka, kalau apa yang mereka tuduhkan itu tidak benar!'' lanjutnya menunjuk pada mereka yang menatap kearahnya.

Bimo terdiam, ia bingung karena dia sendiri tidak tahu apa-apa. Dia datang karena memang mang Ujang bilang kalau dia mendengar Yoona dan Arthan dibawa ke balai desa oleh warga.

Bimo melepaskan jass hujannya lalu menyampirkan-nya ke paku samping pintu. Berjalan mendekat ke mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

''Maaf Pak Kades. Saya Dosen dari kampus Gunadarma. Beliau juga Dosen di kampus kami, dan dia salasatu mahasiswa terbaik kami. Kalau boleh tahu, ada apa ini Pak?''

Pak Kades yang bernama Purnomo itu mengangguk sejenak, ternyata apa yang di katakan laki-laki itu benar, kalau mereka adalah Dosen dan Mahasiswa. Tapi tetap saja, apa yang warga desa lihat tidak bisa dielakan.

''Begini Pak?''

''Bimo.''

''Begini Pak Bimo, mereka didapati sedang berzinah ditengah hujan begini. Dan para warga lah yang memergokinya, bukan begitu?''

''Benar!'' sahut warga desa.

''Enggak pak, itu enggak benar!'' sela Yoona.

''Pak Kades, mohon maaf, saya menghormati Anda, tapi saya juga sangat mempercayai mereka. Namun, jika memang sudah tidak ada toleransi lagi, karena saya tahu peraturan berbagai macam tempat pasti berbeda. Kita diskusikan lagi, bagaimana baiknya?''

''Sesuai peraturan yang berlaku pak, siapa yang kedapatan melakukan hal-hal yang tidak senonoh, maka dengan terpaksa mereka harus dinikahkan sekarang juga demi mencegah bala yang akan menimpa desa ini, karena ulah tidak bermoral mereka.''

Bimo menghela nafasnya, dia bingung harus berkata apa lagi, karena memang berbagai macam desa pasti memiliki kepercayaan masing-masing. Walaupun memang mereka hanya mendapatkan tuduhan palsu sekalipun.

''Pak, saya mohon jangan paksa kami untuk menikah, karena memang kami tidak melakukan apa-apa. Ini buktinya.'' Tunjuk Yoona pada bajunya yang kotor dan ada luka lecet disiku dan lututnya.

''Ini bukti saya memang tadi terjatuh, bukan berzinah. Dan kebetulan Pak Arthan lah yang menyelamatkan saya.''

Yoona sudah terisak dia benar-benar tidak mau menikah dengan cara seperti ini terlebih lagi dengan dosen killernya yang dia benci. Lagi pula dia harus bagaimana bicara pada orang tuanya nanti. Orang tuanya yang tahu dia pergi untuk melakukan perjalanan dari kampus dan tiba-tiba dia malah mengabari mereka, akan menikah, apa tidak terkejut mereka nantinya.

''Sebentar bapak-bapak.'' Bimo menarik Arthan dan juga Yoona menjauh sedikit dari mereka.

''Pak Arthan, Yoona. Kalian harus menuruti apa yang mereka mau, kalau tidak, pasti akan berbuntut panjang,'' bisik Bimo memberikan usul.

''Tapi Pak, Ayah saya bagaimana?''

''Saya akan menjelaskannya. Mereka pasti mengerti,'' sahut Arthan dengan gentle, tanpa mau tahu perasaan Yoona padanya, yang memang sangat membencinya.

''Kalau begitu, aku yang akan menghubungi orang tua mu,'' timpal Bimo membuat Yoona membelalakkan matanya.

''Paak...'' Yoona sudah lemas, dia takut bagaimana reaksi Ayahnya nanti. Terlebih lagi sang Ayah yang memiliki penyakit jantung.

Mereka kembali bergabung pada warga desa, Bimo duduk didepan Pak Kades, dengan wajah berwibawa ia pun mulai membuka mulutnya.

''Pak Kades, kami menyetujui apa yang sudah menjadi ketentuan desa ini. Tapi bagaimanapun mahasiswa kami ini seorang wanita, yang pastinya membutuhkan seorang wali untuk menikah dan itu wajib bukan? jadi saya mohon kalian bisa menunggu orang tua Yoona terlebih dahulu.''

''Baik Pak, kami akan menunggu.''

Bimo dan Arthan kembali menjauh dari mereka meninggalkan Yoona yang masih duduk diantara para warga. Yoona melihat dari ujung matanya, kalau Arthan dan Bimo sedang menghubungi seseorang yang pasti dia sangat tahu kalau yang sedang dihubungi itu adalah orang tuanya.

Ia hanya bisa mendengus pasrah dan berdoa semoga orang tuanya tidak jantungan mendengar apa yang terjadi pada anaknya ini.

2 jam kemudian seorang pria paruh baya datang dengan mobil hitamnya. Dan segera masuk ke kantor balai desa menemui orang-orang termasuk salah satunya adalah anak gadisnya.

''Yoon!''

''Ayah!'' Yoona berdiri dan berlari kemudian memeluk ayahnya dengan erat bahkan terdengar suara isakan tangis dari gadis 22 tahun itu.

''Sudah! Ayah sudah mendengar penjelasan dosen kamu, jangan takut, hmm?'' Rahmat, sang Ayah. Menenangkan anaknya yang masih menangis di pelukannya.

Yoona mengangguk, ada setitik harapan. Ia berharap sang Ayah bisa membebaskannya dari tuduhan itu dan tidak jadi dinikahkan. Namun, ternyata ia salah besar. Sang ayah malah mengatakan siap untuk menjadi walinya.

Sungguh, mulai saat itu ia anggap masa depannya akan suram, se-suram kisah cinta pada crush nya yang belum juga ia dapati hatinya.

''Saya Arthan Mileer, Pak!'' Arthan mengulurkan tangannya dan Rahmat, ayah dari Yoona menyambut.

''Pak, bagaimana kabar Anda?'' Bimo pun ikut menyalami tangan Rahmat. Ya mereka sudah saling mengenal sejak lama.

''Baik nak Bimo.''

Mereka sudah bersiap untuk melakukan akad, dengan seorang penghulu kampung yang sudah duduk di depan mereka. Arthan menyambut tangannya dan menunggu penghulu itu menyelesaikan tuntunan akad yang akan ia ulangi nanti nya.

Namun, sebelum itu Arthan diminta mengeluarkan sesuatu untuk menjadi mahar sebagai mas kawin, yang akan diberikan untuk Yoona

Arthan pun merogoh sakunya, dan mendapati lima lembar uang yang ada di saku, dan dengan terpaksa juga dengan rasa malu, ia hanya sanggup memberikan uang lima ratus ribu itu sebagai mahar mas kawin untuk Yoona.

''Saya terima nikahnya dan kawinnya Yoona Navia binti Rahmat Wijaya, dengan mas kawin berupa uang senilai lima ratus ribu rupiah, dibayar tunai!''

Sah!

Yoona memejamkan mata dia berharap ini semua hanyalah mimpi, tapi harapannya itu hanyalah sia-sia karena apa yang terjadi benar adanya.

Pergi dari rumah masih menjadi gadis dan nanti pulang ke rumah sudah menjadi istri orang. Orang yang selama ini ia benci karena sikap arogannya. Namun ternyata orang itu malah menjadi suaminya.

Bulir air mata menetes begitu saja setelah doa-doa terpanjatkan dengan hikmat.

Bersambung...

HAPPY READING!!

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

masih mesih mending nikah dadakan Nemu uang d saku lima lembar seratus ribuan buat mahar daripada nemunya lima lembar sepuluh ribuan kan😁😁

2023-11-24

0

Nur Inayah

Nur Inayah

jodoh ga di sangka2,,, itu lah rahasia Allah

2023-04-26

1

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

makanya jangan terlalu banyak membenci jadinya ...ya gitukan 😂😂 yang di benci malah jadi misua ...

2023-03-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!