Chapter 2 - Tuduhan Palsu

Arthan menggosokkan tangannya, karena rasa dingin yang mulai merasuk kepori-pori kulitnya, matanya melirik kesamping. Ia melihat Yoona yang sedang memeluk dirinya sendiri karena memang angin yang cukup kencang membuat rasa dingin itu menusuk hingga ketulang.

Merasa tidak tega akhirnya Arthan melepaskan jaketnya, berniat untuk memberikannya pada Yoona.

''Pakailah!'' ucap Arthan memakaikan jaket pada Yoona, tapi karena terkejut Yoona pun menghindar.

''Eehh! kenapa Pak?''

''Kamu kedinginan 'kan? pakai ini!'' Arthan dengan dingin dan ketus melemparkan jaketnya kepada Yoona.

Tapi karena tiba-tiba, Yoona pun panik dan berusaha meraih jaket itu. Namun, siapa sangka kakinya yang berpijak ditanah liat, terpeleset karena salah injak.

Aakkhhhh!!

Ehh!

Bruugghh

Yoona terhuyung dengan menarik kemeja Arthan, dan merekapun terjatuh bersama. Dengan Yoona yang berada di bawah dan Arthan yang menindihnya.

Beruntung Yoona terjatuh di rerumputan juga Arthan yang menaruh telapak tangannya dibawah kepala Yoona. Kalau tidak mungkin saja kepala Yoona akan terbentur.

Mata Yoona yang semula terpejam karena takut, perlahan terbuka karena ia tidak sama sekali merasakan sakit di kepalanya. Matanya menatap wajah tampan dosennya itu. Lalu turun hingga kedada yang terpampang jelas disana.

Ya, kancing kemeja Arthan lepas dan hanya menyisakan tiga kancing dari tengah kebawah. Beberapa saat mereka masih berada diposisi saling tindih. Namun, kemudian suara beberapa orang meneriaki mereka membuat keduanya tersentak.

''Waah!! kalian benar-benar tidak tahu malu!'' cercah seorang pria paruh baya dengan kumis yang lebat.

''Kalian tidak bermoral!'' timpal yang lain.

Yoona melihat kesekeliling, ada sekitar delapan orang bapak-bapak yang mengelilingi mereka dengan tatapan tajam.

Arthan yang masih berada di atas tubuh Yoona, segera bangkit dan membantu Yoona untuk berdiri dengan pakaian yang basah dan sangat kotor.

''Apa kalian pasangan suami istri ?! dan apa tidak ada tempat lain untuk menuntaskan hasrat setan kalian, hah!'' maki seorang bapak yang memakai jass hujan.

''Ehh? maaf, kalian salah paham—''

''Alah! enggak usah membela diri! kalian memang mau berbuat zinah 'kan?''

''Enggak! saya tadi itu kepleset,'' Yoona terus membela diri.

''Kepleset, lihat pakaian dia aja sudah setengah terbuka,'' cela bapak berkumis dengan mendelikkan mata pada kemeja Arthan yang terbuka.

''Ya benar!''

''Kita bawa saja dia ke balai desa!''

''Kalau perlu kita arak keliling kampung!''

''Setuju!''

Mereka terus berseru, mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka. Tanpa ingin mendengar penjelasan keduanya.

Yoona panik juga takut. Jantungnya serasa ingin lepas. Matanya melirik kesamping, melihat Arthan yang hanya diam dengan raut wajah datar.

Setenang itukah dia?

''Tidak sangka, yang terlihat berpendidikan ternyata tidak memiliki adab!''

Yoona memejamkan matanya, menerima hinaan seperti itu serasa sakitnya sampai ke ulu hati. Tapi dia patut menjelaskan yang sebenarnya terjadi, bukan?

''Bapak-bapak, kami tidak melakukan apa-apa, sungguh! kalian harus percaya,'' ucap Yoona memelas, agar mereka percaya, tapi sepertinya itu sia-sia. Karena apa yang mereka lihat, itulah yang mereka percayai.

''Maaf ya neng, kita enggak bakal percaya, karena kita juga udah liat buktinya,'' ucap seorang bapak yang memakai pakaian hansip.

''Buktinya? bukti apa? kita benar-benar kepleset tadi!'' Yoona tetap keukeuh menyangkalnya walaupun memang sangkalan Yoona benar, karena itu hanya sebuah ketidaksengajaan.

Arthan menghela nafasnya kesal, ia melirik kearah belakang Yoona, melihat seorang pria yang terlihat sebaya dengannya, mendekat pada Yoona. ''Lihat! sekasar itu dia, sampai celana gadis ini robek,'' ucapnya yang hampir saja menyentuh bagian paha Yoona kalau saja Arthan tidak cepat-cepat mendorong laki-laki itu.

''Jangan lancang Anda!'' cercah Arthan yang menatap tajam pada laki-laki yang sudah terjatuh itu.

Yoona tersentak, ia melihat kearah celananya yang memang ada sebuah robekan pada bagian paha belakang tepatnya dibawah bo-kongnya.

Dengan cepat Yoona menutupi robekan itu dengan telapak tangannya. Wajahnya benar-benar sudah memerah padam karena menahan rasa malu.

''Sudah-sudah kita bawa mereka saja, ke balai desa!'' lerai bapak yang sejak tadi hanya diam menonton.

''Pak Ar! jelaskan pada mereka, kalau kita memang tidak melakukan apa-apa!'' pekik Yoona dengan air mata yang berderai dan bercampur air hujan.

Tapi Arthan seolah tidak perduli dengan Yoona yang sudah menangis dengan frustasi. Ia tetap menatap tajam ke arah laki-laki yang juga menatapnya.

Mereka pun di bawa kesebuah kantor kepala desa yang mereka sebut Balai desa itu. Maka disinilah Yoona dan Arthan berada. Mereka berdua duduk ditengah-tengah para bapak-bapak yang mengelilinginya dengan tatapan hina, seolah benar kalau mereka berdua adalah pelaku zinah yang tertangkap basah.

''Jadi bagaimana? apa kalian akan mengakuinya atau enggak?!'' tanya seorang pria paruh baya dengan pakaian rapih yang penduduk desa panggil Pak Kades.

''Kita harus mengakui apa, pak? sedangkan apa yang mereka tuduhkan itu tidak benar!'' sahut Yoona.

''Tapi maaf neng, mereka pasti tidak akan salah tuduh, apalagi yang menyergap kalian bukan hanya satu atau dua orang saja.''

''Begini saja, saya ingin melihat kartu identitas kalian?''

Yoona menggeleng, karena memang kartu identitas dia tertinggal di Villa. Dan Arthan yang membawa kartu identitas nya segera mengeluarkan-nya dari dompet, lalu memberikan kepada Pak Kades.

''Lajang? itu berarti benar, kalian tidak memiliki ikatan pernikahan,'' ucap Pak Kades.

Yoona menghela nafasnya kasar. Dia kesal pada semua orang terlebih lagi pada Arthan yang tidak ada niatan untuk melontarkan pembelaan.

''Begini saja, kalian menikah sekarang juga!''

Yoona terbelalak, ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Menikah? dengan cara seperti ini?

Yoona menggeleng pelan, air matanya kembali menetes. Dia tidak mau, benar-benar tidak mau!

''Pak Ar! tolong bicara sesuatu!'' jerit Yoona yang sudah sangat tidak bisa lagi menahan diri.

Arthan melirik sejenak. Sungguh, bukan dia tidak mau melakukan pembelaan, karena menurutnya kalau ia menyangkal sekalipun mereka tidak akan percaya dan dia ataupun Yoona akan terlihat semakin salah dimata penduduk desa.

''Pak Kades, berikan saya waktu untuk menghubungi rombongan kampus. Kami menginap di Villa indah sana.'' Yoona mendengus karena Arthan baru saja membuka mulutnya sejak tadi.

''Baik kalau begitu.''

''Saya boleh pinjam telepon-nya?'' Seorang kepala desa mengangguk dan menggeser telepon yang ada diatas meja.

Arthan terdiam sejenak, ia bingung harus menghubungi siapa, karena dia sendiri tidak hafal dengan nomor salasatu dosen. Yang pada akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi nomornya sendiri, karena ponselnya memang tertinggal disana dan berharap ada yang menjawabnya.

Beberapa kali Arthan mencoba menghubungi nomornya sendiri, namun tidak sama sekali ada yang menjawabnya.

''Bagaimana?'' tanya Kepala Desa meminta kepastian.

**HAPPY READING

TBC**>>>

Terpopuler

Comments

suharyantik

suharyantik

kutunggu kelanjutan

2023-03-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!