Keindahan Dibalik Kacamata Violin
Violin bekerja di sebuah pabrik Kosmetik terkenal. Dia salah satu karyawan packing yang cukup cekatan dalam bekerja.
"Lelah banget ya, Li." Violin duduk sambil menyeka keringat di keningnya.
"Iyah lah Vi. Namanya juga kerja, tidur terus ajah badan pegel apalagi kerja." Lia menimpali kata-kata teman satu perjuangannya.
Lia dan Violin bekerja di bagian packing dan drop ke gudang penyimpanan.
"Kita angkut yang udah di packing dulu ajah, Li. Habis itu baru deh lanjut packing." Violin menyusun kardus berisikan paket kosmetik ke atas troli.
Lia dan Violin mendorong masing-masing troli yang mereka gunakan untuk mengangkut.
"Li, selama kita bekerja di pabrik ini. Impian apa saja yang sudah kamu capai?" tanya Violin.
"Lumayan banyak. Ponsel, motor yang sekarang aku pakai meski masih menyicil. Kalau kamu sendiri?" tanya Lia.
"Aku, masih berusaha menyisihkan uangku. Kamu'kan tahu. Aku harus melunasi hutang Almarhum ayahku selama dirawat di rumah sakit. Setiap bulan pihak HRD memotong gajiku. Masih sekitar satu tahun lagi baru selesai." Violin mencebikkan bibirnya.
Bukan karena merasa kesal. Hanya dia merasa masih harus berjuang lebih lagi.
Violin yang menggunakan kaca mata tebal dan berambut ikal itu selalu berusaha semampunya agar bisa hidup lebih baik lagi dari orang tuanya.
Orang tua violin bukan dari golongan menengah. Mereka di desa hidup dengan serba pas-pasan. Dulu Violin bekerja di pabrik teh yang pemiliknya sama dengan perusahaan sekarang dia bekerja. Sebagian karyawan di pabrik teh yang cekatan dan memiliki prestasi yang bagus ditarik untuk bekerja di pabrik kosmetik yang ada di Jakarta.
"Kamu oper aku yang susun, Li." Violin menaiki tangga untuk menyusun kardus.
Satu persatu kardus naik dan tersusun rapih oleh Violin.
"Hati-hati Bi turunnya." Lia berseru.
Violin menuruni satu persatu anak tangga.
"Aaah." Violin berteriak karena tergelincir saat menuruni anak tangga terakhir.
"Vi. Hati-hati dong." Lia memegangi anak tangga agar temannya tidak terjatuh.
"Bete deh." Violin berdiri tegak di lantai sambil cemberut.
"Bete? kenapa? karena enggak jadi jatoh?" tanya Lia.
"Bukan!"
"Harusnya'kan ada pria tampan yang menangkap gue di bawah terus kita saling bertatapan." Lanjutnya sambil membayangkan tragedi yang tak sesuai dengan kenyataan.
"Ah, halu lu mah. Aneh deh gua. Lu mah kebanyakan halu, padahal semua gak sesuai kenyataan." Lia menertawakan Violin.
"Udah ah, ayok kerja lagi. Nanti nenek lampir marah lagi ke kita." Violin mendorong kembali troli yang tadi dia bawa.
Mereka berdua kembali ke dalam ruangan packing untuk kembali bekerja.
****************
"Kalian sudah mencari tahu dan mengumpulkan nama-nama karyawan yang memiliki kinerja paling bagus di pabrik?" tanya seorang pria kepada bawahannya.
"Saya sudah mendapatkan list nama-nama karyawan yang memiliki kinerja paling bagus di perusahaan. Salah satunya karyawan dari bagian packing." Rian memberitahukan kepada bosnya.
Junior menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Kamu segera tentukan kemana akan mengirim mereka berlibur. Katakan kepada mereka kalau itu adalah hadiah dari perusahaan dan mereka tidak bisa menolaknya," kata Junior.
Rian segera melaksanakan perintah dari Junior. Rian keluar dari ruang kerja Junior.
Seorang pria mengenakan kemeja polos jas dan dasi berjalan menuju HRD pabrik.
Hentakan sepatu pantofel nya terdengar dari kejauhan, mereka yang mendengar langsung bersiap untuk menyambut kedatangannya.
Ryan sang asisten pribadi dari Junior memasuki ruangan HRD.
"Selamat pagi." Rian menyapa kepada beberapa karyawan yang sudah berdiri untuk menyambut kedatangannya.
"Selamat pagi, Pak Rian." Para karyawan menyapa.
Rian dijuluki sebagai bos kecil karena dia adalah tangan kanan dari bos besar mereka.
Maka dari itu kedatangan Ryan disambut oleh mereka semua seperti layaknya mereka menyambut bos besar yaitu Junior.
Sebenarnya Rian tidak ingin diperlakukan seperti itu namun Junior meminta seluruh karyawan perusahaan menghormati Rian selayaknya menghormati dirinya.
Rian adalah anak angkat dari keluarga Junior. dulu Rian adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan tempat di mana keluarga Junior menjadi donatur di sana. Melihat kegigihan, ketekunan dan kerajinan dari Rian. Membuat mereka memutuskan untuk mengangkat Rian menjadi bagian dari keluarga mereka dan bekerja di pabrik sebagai tangan kanan Junior.
"Kita akan mengadakan Staff Gathering. Seluruh karyawan akan ikut serta, tapi nama-nama yang ada di dalam list akan mendapatkan liburan tambahan. Mereka yang terpilih tidak bisa menolak dan wajib hadir. Kalian silahkan membentuk panitia yang terdiri dari sepuluh orang. Berikan datanya ke email saya untuk saya periksa." Rian kemudian langsung meninggalkan ruangan HRD.
Setelah kepergian Rian. Mereka bersorak sorai. Mereka akan berlibur selama tiga hari dua malam di puncak. Team sudah bekerja keras beberapa bulan ini untuk memenuhi target bahkan mereka bisa menjual lebih dari target. Maka dari itu bos mereka memberikan liburan untuk bonus dari hasil kerja keras mereka.
HRD segera mengirimkan pesan ke group karyawan dan para kepala dari setiap divisi membagikan kabar bahagia itu kepada staff divisi mereka masing-masing.
Lia dan Violin mendapatkan pesan tersebut. Mereka terkejut dan sangat bahagia sekali.
"Yeeeay. Akhirnya kita bisa liburan juga." Violin melompat kegirangan.
"Benar, Vi. Akhirnya kita bisa merasakan liburan ala-ala orang kaya juga. Aku akan buat konten saat sampai di sana. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini." Lia bicara sambil menyipitkan matanya.
"Heeeh. Dasar pembuat konten alay." Ejek Violin kepada temannya itu.
Lia sering membuat konten tentang tata rias. Dia sering meminta Violin untuk menjadi modelnya dan semua kontennya akan fyp ketika memakai Violin sebagai model.
Violin gadis yang memakan kaca mata tebal. Rambut yang selalu di cepol dan selalu menggunakan sepatu kets ketika bekerja itu sering di juluki si culun. Penampilannya yang culun memang memberikan kesan kental bahwa Violin adalah seorang wanita desa yang merantau ke kota untuk mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian.
Violin dan Lia selesai dengan pekerjaan mereka. Lia dan Violin mengabsen sebelum pulang kerja.
Mereka berjalan keluar pabrik. Saat Violin menoleh ke arah pintu keluar area kantor. Violin melihat seorang pria yang dia sangat kenal.
"Jun?" bisiknya ketika melihat pria yang dia kenal.
"Apaan sih Vi?" tanya Lia yang memperhatikan sikap temannya itu.
"Itu, pria itu kenalanku namanya Jun." Pekiknya.
"Jun? Nama yang unik sekali." Lia menahan tawanya.
"Benar itu Jun." Violin kembali menyebut nama itu ketika sebuah mobil melintas dihadapannya.
"Maksudmu orang yang ada di dalam mobil itu?" tanya Lia.
Violin mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil hitam yang tadi melewatinya.
"Tidak mungkin. Kamu salah lihat kali. Masa temanmu itu pakai mobil. Kalau dia orang desa apa mungkin dia kemari dan menjadi pria kaya?" tanya Lia.
Violin tidak menjawab pertanyaan temannya itu.
Dia mengingat kembali kenangannya bersama Jun saat dia duduk di sekolah menengah atas.
***
Bersambung
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments