Seluruh rombongan karyawan PT. RAA'ARA Kosmetik sudah berkumpul. Pagi ini mereka akan mulai acara kantor. Mereka semua akan merayakannya di atas puncak gunung.
Setelah mendapatkan arahan dari petugas pelaksana. Mereka satu persatu bersiap naik dengan perlengkapan yang sudah dibawa di punggung mereka.
Violin dan Lia sudah bersiap dan menggendong tas ransel milik mereka masing-masing. Violin mendapatkan tugas menjadi ketua regu tenda dan memandu teman-teman yang berada satu tenda dengannya. Satu tenda berisikan sepuluh karyawan. Karena tenda yang disediakan sangat besar.
"Sebelum naik gunung. Sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."
Violin memimpin doa sebelum kaki mereka melangkah menuju puncak gunung.
Selesai berdoa, mereka menyiapkan mental. Karena sebagian orang banyak yang belum pernah naik gunung. Sedangkan violin yang sudah beberapa kali naik gunung sudah siap mental.
Violin mendaki dengan sangat percaya dirinya. Ia yang sudah terbiasa naik gunung lebih paham dan lebih lihai dalam mendaki. Dia mampu membimbing beberapa teman-temannya yang merupakan satu rombongan dengannya.
"Awas jalanannya sedikit licin."biarin memberitahukan area jalan yang licin.
"Sudah jangan banyak bicara, cepat jalan saja." Bella meminta violin untuk berjalan lebih cepat.
Mereka berjalan bersama dengan cara berbaris ke belakang. Violin sebagai pemimpin mereka sangat bersemangat. Dia ingat bagaimana dulu dia pernah menaiki gunung bersama dengan beberapa sahabat lamanya.
"Hari ini aku kembali menginjakkan kaki di gunung ini lagi. Aku sangat merindukanmu Jun sahabatku. Jika memang benar pria itu adalah Jun sahabatku berarti kita hari ini sama-sama kembali menginjakkan kaki di gunung ini." violin bicara di dalam hatinya.
Dia mengingat beberapa kenangan saat bersama Jun menaiki gunung ini. Saat sedang asyik mengingat momen-momen indah itu. Violin tergelincir. Teman-teman yang melihatnya langsung berteriak memanggilnya. Namun, violin sudah jauh jatuh ke bawah.
"Violin."beberapa teman yang langsung mencari keberadaannya.
Satu jam telah berlalu dan violin belum juga diketemukan.
"Bagaimana ini? Bagaimana kalau violin tidak ketemu?" Lia sudah sangat khawatir.
Terlihat di wajah Lia kepanikan. Dia tidak bisa membayangkan jika sahabat terbaiknya harus pergi meninggalkannya begitu saja.
"Violin kalau kamu emang ada di bawah sana. Dengarlah ini, kami semua akan tetap mencari dirimu. Bertahanlah di bawah sana." Lia terus mengucapkan kata-kata meski ia tidak tahu apakah violin akan mendengarnya atau tidak.
Beberapa tim penyelamat kemudian datang dan langsung mencari di sekitar area terjatuhnya violin.
"Katanya pendaki handal, tapi kok bisa tergelincir?"
Seseorang yang sedikit julit terhadap violin seakan sedang menari di atas penderitaan violin.
"Pendaki seprofesional apapun. Bisa mengalami kecelakaan karena memang semua itu di luar kehendak kita manusia. Kecuali kalau ada orang yang sengaja memang ingin mencelakainya. itu lain ceritanya" Lia menatap intens kepada wanita itu.
Semua orang tahu kalau Bella sangat tidak menyukai violin. Kebetulan sekali mereka berdua memang berada di dalam satu rombongan.
"Eh orang tuh kurang kerajaan banget ya kalau sampai bikin violin celaka. Lo kira si violin itu siapa? anak konglomerat? bukanlah yang ada anak konglomelarat."Bella tertawa menyeringai.
Mendengar perkataan Bella dan melihat sikap bela yang sama sekali tidak memiliki rasa iba kepada violin membuat Lia geram.
Lia langsung menjamak rambut Bella. Beberapa orang yang melihatnya langsung melerai. Mereka tidak mau terjadi keributan. Satu masalah saja belum selesai. Jika timbul masalah lain sudah pasti sangat merepotkan.
"Denger ya lo Bella. Gue tau banget kalo lo itu sirik sama violin. Violin itu selalu aja di atas lo dalam segala hal. Mungkin dia bukan terlahir dari keluarga kaya tapi dia beruntung memiliki keluarga yang sangat perhatian kepadanya."Lia menuturkan segala yang dia tahu tentang Bella.
Bila memang sangat tidak suka dengan violin. Apalagi semenjak dia tahu kalau violin terlihat seperti orang yang sok kenal sok dekat Dengan junior yang merupakan bosnya.
Tim penyelamat lalu menemukan tubuh violin yang sudah penuh dengan luka dan tidak sadarkan diri.
"Target yang kita cari sudah ditemukan."teriak salah satu penyelamat.
Di atas panggung dan dipotong bersama oleh beberapa tim penyelamat yang turun ke bawah untuk mengambil tubuh yang sudah tak berdaya.
"Vi ... Violin bangun." Lia terus merengek meminta sahabatnya untuk bangun.
Violin sama sekali tak bergeming. Tubuhnya dingin, banyak lecet di tubuhnya dan juga kehilangan kesadaran.
Dia ikut pergi mendampingi violin yang akan dibawa ke klinik yang tidak jauh dari daerah pegunungan.
"Mereka pasti akan menyelamatkanmu. Jadi aku mohon kamu harus bertahan."dia menggenggam erat telapak tangan sahabatnya.
Lia terus mendampingi violin hingga selesai diperiksa oleh dokter.
"Teman anda tidak apa-apa. Hanya sedikit terpenting dan terkejut sehingga dia tidak sadarkan diri." Jelas dokter.
"Terima kasih Dokter atas bantuannya. Terima kasih juga telah menyelamatkan teman saya." Dia sangat bersyukur karena Violin tidak mengalami cedera yang berat.
"Permisi dengan Lia benar?"seorang pria menghampiri Lia.
"Benar Pak saya adalah Lia. Bapak dengan siapa ya?" Tanya Lia kepada pria tersebut.
"Saya utusan dari bapak Junior. Pemimpin PT. RAA'ARA kosmetik. Saya ingin bertanya tentang keadaan dari saudari Violin yang tergelincir saat pendakian."
"Untuk Violin sudah baik-baik saja hanya saja dia belum sadarkan diri. Dokter sudah memeriksanya dan memastikan bahwa tidak ada cedera yang serius." Lia menjelaskan kepada utusan bahwa kondisi Violin baik-baik saja.
"Kalau begitu saya akan sampaikan kepada Pak Junior. Bentuk biayanya akan ditanggung oleh perusahaan."
Dia merasa lega karena perusahaan ternyata mau bertanggung jawab dengan cara membayar seluruh perawatan violin.
Dia duduk di bangku panjang tempat para pengunjung menunggu antrian. Di sana Lia merenung sekaligus dia juga bersyukur karena sahabatnya baik-baik saja.
"Violin Aku tahu kamu bisa mendaki dengan lebih baik. Tapi yang aku bingung kenapa kamu bisa tergelincir seperti itu. Aku rasa ada sebab lain yang membuatmu bisa tergelincir."
Lia seakan mencurigai seseorang. Dia yang mengetahui semua cerita bahkan ada juga rekaman Violin yang dulu sering kali naik gunung dengan jalan yang cukup curam. Namun, Violin bisa mengendalikan dirinya.
Di sanalah ria semakin yakin kalau violin tidak terjatuh dengan sendirinya.
"Biasa aja nanti kalau sampai aku temukan sesuatu yang janggal. Dan kalau sampai terbukti, bahwa Nenek lampir itu yang membuat temanku menjadi kesakitan. Akan aku buat perhitungan kepadanya."
Dia *******-***** cuma harinya sendiri sangking geramnya membayangkan wajah pilek yang selalu membuat keributan dengan violin.
Memang selama ini bela kerap kali membuat hal yang merugikan untuk violin. Kalau dia mencurigai nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments