NovelToon NovelToon

Keindahan Dibalik Kacamata Violin

Part 1 - Karyawan

Violin bekerja di sebuah pabrik Kosmetik terkenal. Dia salah satu karyawan packing yang cukup cekatan dalam bekerja.

"Lelah banget ya, Li." Violin duduk sambil menyeka keringat di keningnya.

"Iyah lah Vi. Namanya juga kerja, tidur terus ajah badan pegel apalagi kerja." Lia menimpali kata-kata teman satu perjuangannya.

Lia dan Violin bekerja di bagian packing dan drop ke gudang penyimpanan.

"Kita angkut yang udah di packing dulu ajah, Li. Habis itu baru deh lanjut packing." Violin menyusun kardus berisikan paket kosmetik ke atas troli.

Lia dan Violin mendorong masing-masing troli yang mereka gunakan untuk mengangkut.

"Li, selama kita bekerja di pabrik ini. Impian apa saja yang sudah kamu capai?" tanya Violin.

"Lumayan banyak. Ponsel, motor yang sekarang aku pakai meski masih menyicil. Kalau kamu sendiri?" tanya Lia.

"Aku, masih berusaha menyisihkan uangku. Kamu'kan tahu. Aku harus melunasi hutang Almarhum ayahku selama dirawat di rumah sakit. Setiap bulan pihak HRD memotong gajiku. Masih sekitar satu tahun lagi baru selesai." Violin mencebikkan bibirnya.

Bukan karena merasa kesal. Hanya dia merasa masih harus berjuang lebih lagi.

Violin yang menggunakan kaca mata tebal dan berambut ikal itu selalu berusaha semampunya agar bisa hidup lebih baik lagi dari orang tuanya.

Orang tua violin bukan dari golongan menengah. Mereka di desa hidup dengan serba pas-pasan. Dulu Violin bekerja di pabrik teh yang pemiliknya sama dengan perusahaan sekarang dia bekerja. Sebagian karyawan di pabrik teh yang cekatan dan memiliki prestasi yang bagus ditarik untuk bekerja di pabrik kosmetik yang ada di Jakarta.

"Kamu oper aku yang susun, Li." Violin menaiki tangga untuk menyusun kardus.

Satu persatu kardus naik dan tersusun rapih oleh Violin.

"Hati-hati Bi turunnya." Lia berseru.

Violin menuruni satu persatu anak tangga.

"Aaah." Violin berteriak karena tergelincir saat menuruni anak tangga terakhir.

"Vi. Hati-hati dong." Lia memegangi anak tangga agar temannya tidak terjatuh.

"Bete deh." Violin berdiri tegak di lantai sambil cemberut.

"Bete? kenapa? karena enggak jadi jatoh?" tanya Lia.

"Bukan!"

"Harusnya'kan ada pria tampan yang menangkap gue di bawah terus kita saling bertatapan." Lanjutnya sambil membayangkan tragedi yang tak sesuai dengan kenyataan.

"Ah, halu lu mah. Aneh deh gua. Lu mah kebanyakan halu, padahal semua gak sesuai kenyataan." Lia menertawakan Violin.

"Udah ah, ayok kerja lagi. Nanti nenek lampir marah lagi ke kita." Violin mendorong kembali troli yang tadi dia bawa.

Mereka berdua kembali ke dalam ruangan packing untuk kembali bekerja.

****************

"Kalian sudah mencari tahu dan mengumpulkan nama-nama karyawan yang memiliki kinerja paling bagus di pabrik?"  tanya seorang pria kepada bawahannya.

"Saya sudah mendapatkan list nama-nama karyawan yang memiliki kinerja paling bagus di perusahaan. Salah satunya karyawan dari bagian packing." Rian memberitahukan kepada bosnya.

Junior menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Kamu segera tentukan kemana akan mengirim mereka berlibur. Katakan kepada mereka kalau itu adalah hadiah dari perusahaan dan mereka tidak bisa menolaknya," kata Junior.

Rian segera melaksanakan perintah dari Junior. Rian keluar dari ruang kerja Junior.

Seorang pria mengenakan kemeja polos jas dan dasi berjalan menuju HRD pabrik.

Hentakan sepatu pantofel nya terdengar dari kejauhan, mereka yang mendengar langsung bersiap untuk menyambut kedatangannya.

Ryan sang asisten pribadi dari Junior memasuki ruangan HRD.

"Selamat pagi." Rian menyapa kepada beberapa karyawan yang sudah berdiri untuk menyambut kedatangannya.

"Selamat pagi, Pak Rian." Para karyawan menyapa.

Rian dijuluki sebagai bos kecil karena dia adalah tangan kanan dari bos besar mereka.

Maka dari itu kedatangan Ryan disambut oleh mereka semua seperti layaknya mereka menyambut bos besar yaitu Junior.

Sebenarnya Rian tidak ingin diperlakukan seperti itu namun Junior meminta seluruh karyawan perusahaan menghormati Rian selayaknya menghormati dirinya.

Rian adalah anak angkat dari keluarga Junior. dulu Rian adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan tempat di mana keluarga Junior menjadi donatur di sana. Melihat kegigihan, ketekunan dan kerajinan dari Rian. Membuat mereka memutuskan untuk mengangkat Rian menjadi bagian dari keluarga mereka dan bekerja di pabrik sebagai tangan kanan Junior.

"Kita akan mengadakan Staff Gathering. Seluruh karyawan akan ikut serta, tapi nama-nama yang ada di dalam list akan mendapatkan liburan tambahan. Mereka yang terpilih tidak bisa menolak dan wajib hadir. Kalian silahkan membentuk panitia yang terdiri dari sepuluh orang. Berikan datanya ke email saya untuk saya periksa." Rian kemudian langsung meninggalkan ruangan HRD.

Setelah kepergian Rian. Mereka bersorak sorai. Mereka akan berlibur selama tiga hari dua malam di puncak. Team sudah bekerja keras beberapa bulan ini untuk memenuhi target bahkan mereka bisa menjual lebih dari target. Maka dari itu bos mereka memberikan liburan untuk bonus dari hasil kerja keras mereka.

HRD segera mengirimkan pesan ke group karyawan dan para kepala dari setiap divisi membagikan kabar bahagia itu kepada staff divisi mereka masing-masing.

Lia dan Violin mendapatkan pesan tersebut. Mereka terkejut dan sangat bahagia sekali.

"Yeeeay. Akhirnya kita bisa liburan juga." Violin melompat kegirangan.

"Benar, Vi. Akhirnya kita bisa merasakan liburan ala-ala orang kaya juga. Aku akan buat konten saat sampai di sana. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini." Lia bicara sambil menyipitkan matanya.

"Heeeh. Dasar pembuat konten alay." Ejek Violin kepada temannya itu.

Lia sering membuat konten tentang tata rias. Dia sering meminta Violin untuk menjadi modelnya dan semua kontennya akan fyp ketika memakai Violin sebagai model.

Violin gadis yang memakan kaca mata tebal. Rambut yang selalu di cepol dan selalu menggunakan sepatu kets ketika bekerja itu sering di juluki si culun. Penampilannya yang culun memang memberikan kesan kental bahwa Violin adalah seorang wanita desa yang merantau ke kota untuk mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian.

Violin dan Lia selesai dengan pekerjaan mereka. Lia dan Violin mengabsen sebelum pulang kerja.

Mereka berjalan keluar pabrik. Saat Violin menoleh ke arah pintu keluar area kantor. Violin melihat seorang pria yang dia sangat kenal.

"Jun?" bisiknya ketika melihat pria yang dia kenal.

"Apaan sih Vi?" tanya Lia yang memperhatikan sikap temannya itu.

"Itu, pria itu kenalanku namanya Jun." Pekiknya.

"Jun? Nama yang unik sekali." Lia menahan tawanya.

"Benar itu Jun."  Violin kembali menyebut nama itu ketika sebuah mobil melintas dihadapannya.

"Maksudmu orang yang ada di dalam mobil itu?" tanya Lia.

Violin mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil hitam yang tadi melewatinya.

"Tidak mungkin. Kamu salah lihat kali. Masa temanmu itu pakai mobil. Kalau dia orang desa apa mungkin dia kemari dan menjadi pria kaya?" tanya Lia.

Violin tidak menjawab pertanyaan temannya itu.

Dia mengingat kembali kenangannya bersama Jun saat dia duduk di sekolah menengah atas.

***

Bersambung

***

Part 2 - Pertemuan yang tidak disengaja

Violin kembali bekerja. Dia kembali mendapatkan tugas untuk packing barang ke dalam kardus. Hari ini banyak sekali yang harus dia kerjakan, pesanan semakin membeludak jadi para team packing harus semakin cepat dan bekerja lembur.

"Banyak sekali Li," bisik Violin kepada teman satu perjuangannya itu.

"Udah kerjain ajah. Enggak perlu banyak mengeluh," kata Lia dengan lihat jawanya yang medok.

"Iyah ini juga di kerjain. Dikira di cemilin apa?" Violin bicara sambil tertawa.

Violin, Lia dan team packing yang lain sibuk untuk pengemasan lanjutan.

"Violin." Teriak sang suhu packing alias kepala divisi packing, Bu Alita.

Violin langsung menghampiri dengan wajah takut-takut karena biasanya dia dipanggil karena melakukan kesalahan.

"Antar ini ke lantai sepuluh. Ingat antar dan segera kembali ke kemari. Jangan keluyuran!" Tegas Bu Alita.

Violin mendapat tugas untuk mengantarkan satu produk yang sudah di kemas rapih untuk di bawa.

Violin mengambil satu kotak box kosmetik dari tangan Bu Alita dan langsung keluar ruangan untuk menuju lantai sepuluh sesuai arahan kepala divisi packing.

Violin tidak tahu siapa yang berada di lantai sepuluh itu. Dia juga lupa menanyakan dimana letak pasti ruangannya.

"Ah, aku harus kembali lagi atau terus berjalan dan mencarinya sendiri? Hadeuuuh kalau aku kembali dia pasti mengomel. Kalau aku mencari dan lama kembali pasti dia akan mengomel juga. Aduh! Gimana ini?"

Violin menjadi bingung. Dia akhirnya memilih pilihan kedua. Yaitu jalan terus dan mencarinya sendiri.

Violin naik lift sambil terus gelisah bagaimana cara tepat menyelesaikan kebingungannya ini.

Pintu lift terbuka dan Violin melangkah ke luar. saat dia sampai di depan pintu lift. Dia di sajikan pemandangan sangat indah. Lantai sepuluh ini ternyata berbeda dari lantai-lantai lainnya.

Di lantai sepuluh ini. Terdapat sebuah ruangan yang sangat cantik dengan design yang sangat unik.

"Waooow, bagus sekali. Ruangan apa sebenarnya ini?"

Karena terkesima dengan pemandangan yang menyejukkan matanya. Violin terus menyusuri setiap inci ruangan. Dia bahkan melupakan tugasnya untuk mengantar box yang ada di genggamannya saat ini.

"Apa ini ruangan yang penuh dengan miniatur kosmetik? Setiap sudutnya terlihat begitu mengesankan. Siapa pembuatnya? Dia benar-benar sangat kreatif."

Violin terus menikmati pemandangan yang tersaji didepannya. Dia bahkan tak berkedip sedikitpun demi mengagumi keindahan design ruangan.

" Apa ini? Pintu? Benar ini adalah pintu? Kenapa bentuknya seperti tempat bedak padat?"

Violin tiba di depan pintu yang kalau di lihat-lihat seperti Compact powder berbentuk persegi panjang.

Violin tidak menyangka kalau tempat ini begitu artistik. Tidak mungkin orang biasa yang memikirkan semua ini. Sudah pasti dia adalah orang genius yang mampu memikirkan design hebat seperti ini.

Jendela juga di buat seperti tempat eyeshadow. Lampunya di design mirip dengan tempat eyeliner. Banyak gantungan-gantungan yang tergantung di langit-langit ruangan.

Violin semakin terkagum-kagum dengan semuanya.

"Hem ... Hem." Seseorang menegurnya yang tak menyadari kedatangan seseorang.

Violin masih asik melihat-lihat sampai tak mendengar suara.

"Permisi. Anda cari siapa?" tanya seorang pria bertubuh tegap dengan setelah jas yang matching dengan sepatu dan dasi yang dipakai.

"Ma ... Maaf. Saya ditugaskan mengantar box kosmetik ini ke lantai sepuluh, tapi saya lupa menanyakan dimana ruangan yang saya harus tuju." Violin bicara dengan terbata karena terpergok sedang berkeliling.

"Kalau begitu kamu bisa ikut saya ke ruangan di sebelah sana. Kamu tadi sudah melewatinya, tapi sepertinya kamu terlalu sibuk." Pria itu menunjukkan jalannya.

Violin hanya bisa melipat bibirnya karena malu dan merasa dia bukanlah karyawan yang baik. Bukannya mencari dimana letak ruangannya dia malah sibuk untuk menikmati dan mengagumi design di lantai sepuluh.

Pintu di buka oleh pria yang tadi memanggil Violin. Violin dipersilahkan masuk dan dia masuk ke dalam ruangan yang tadi dia kagumi dari luar.

Violin kembali menelisik setiap sudut ruangan. Dia tidak menyangka jika dilihat secara langsung dari dalam kemewahannya lebih terasa.

"Hem." Pria tadi kembali mengaburkan lamunan Violin.

"Maaf." Lagi-lagi Violin tertunduk malu.

"Permisi, saya di minta oleh Bu Alita untuk mengantar contoh box kosmetik agar bisa di lihat langsung oleh anda."

Violin menaikan wajahnya dan melihat pria yang duduk di belakang meja.

Violin mengedarkan pandangannya kepada pria itu. Dia benar-benar sangat familiar dengan pria yang duduk anteng di kursi.

"Simpan di atas meja." Pria itu menunjuk meja kerjanya.

Violin maju ke depan dan wajah pria itu semakin terlihat oleh dirinya. Violin semakin penasaran siapa pria itu yang wajahnya sangat dia kenal.

"Juju?" pekiknya hingga dua pria yang berada di dalam bersamanya tertegun dengan mata yang membulat sempurna.

Junior benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka bahwa ada orang lain yang mengetahui nama kecilnya itu.

"Siapa kamu?" tanya Junior dengan wajah penuh tanda tanya.

"Beneran Juju'kan?" Violin kembali menyebut nama yang sudah lama sekali dilupakan oleh pria itu.

"Maaf, kamu salah orang. Dia bukan Juju. Dan kami tidak tahu siapa itu Juju yang kamu maksud." Pria bertubuh tegap dan berjas itu menghampiri Violin.

"Enggak mungkin, Kamu pasti Juju. Kamu pasti ingat siapa aku? Aku Olin teman kecilmu." Violin memperkenalkan nama kecilnya.

Pria yang dikenal sebagai Junior itu kemudian mengerang kesakitan di kepalanya. Dia merasa pusing dan tidak nyaman.

"Maaf, tugas anda sudah selesai. Sekarang silahkan kembali atau saya akan bertindak tegas terhadap anda."

Pria yang awalnya terlihat ramah tiba-tiba berubah menjadi sosok yang penuh ancaman.

Violin langsung keluar ruangan itu dan dia masih terus meyakinkan dirinya kalau yang dia lihat tadi adalah sahabatnya di masa kecil. Dia tidak mungkin salah akan hal itu. Dia sangat hafal betul wajah sahabat masa kecilnya yang menghilang sejak kecelakaan yang menimpa kedua orang tua sahabatnya.

"Kamu Juju. Sahabatku Juju yang hilang dan selalu aku cari-cari selama ini. Aku mau ikut kerja di Jakarta hanya karena aku ingin mencarimu." Violin turun ke lantai lima dengan menggunakan lift.

Violin di dalam lift terus mengingat wajah pria yang tadi dia lihat.

"Kalau kamu buka Juju. Kenapa wajahnya mirip dan kenapa dia juga terlihat sangat sama dengan sahabatku. Sahabat yang terpisah saat kami duduk di sekolah menengah pertama."

Violin ke keluar lift dan dia mendapati seseorang sudah menunggunya di sana.

"Violin! Kamu kemana saja? Sudah satu jam sejak kepergianmu? Apa sejauh itu lantai sepuluh?" teriak Bu Alita dengan sangat keras dan membuat telinga Violin seakan-akan ingin pecah.

Violin langsung lari dan Bu Alita menjadi geram terhadap karyawannya yang suka ngeyel. Bu Alita tidak bisa memecat Violin karena memang dia memiliki kecekatan dan kecepatan dalam bekerja. Violin juga sangat teliti hanya saja dia sering mangkir jika di beri perintah.

Part 3 - Acara kantor

Perusahaan yang mempekerjakan Violin mengadakan sebuah acara office gathering. hari ini mereka akan berangkat dan temanya adalah berkemah.

biarin sudah siap dengan ransel di punggung. dia sudah membawa semua perlengkapan yang dia perlukan saat berada di luar rumah.

"semua sudah siap?"seorang pria berbicara di depan banyak karyawan.

"siap!" semua serentak menyerukan kesiapan mereka untuk berangkat.

seluruh karyawan berangkat menggunakan bus yang sudah disediakan. lima bus disediakan oleh pihak perusahaan.

Violin dan Lia berada di bus nomor 2. Selama perjalanan ada yang menikmati makanan ringan, ada yang menikmati hiburan lagu yang disetel dan ada juga yang bernyanyi sesuai dengan lagu yang ada di bus.

"Lin ayo dong nyanyi." iya yang sejak tadi bernyanyi di depan Bos meminta Violin untuk ikut bernyanyi bersamanya.

violin menggeleng. dia malu jika harus bernyanyi di depan banyak orang.

"ayo cepat maju ke depan."iya menarik tangan Violin hingga temannya itu berdiri di depan bersamanya.

"kita nyanyi apa nih Lin. lagu pop, lagu dangdut, atau kita mau koploan?"

akhirnya Violin dan Lia bernyanyi bersama. terdengar suara merdu dari bibir mungil Violin.

semua bersorak-sorai dan ikut bernyanyi ketika suara merdu Violin terdengar.

setiap kali bagian Violin bernyanyi mereka seperti sangat antusias dan seperti sedang menonton sebuah konser musik.

lihat tersenyum melihat sahabat yang mau ikut bernyanyi bersamanya. Violin memang jarang sekali ini bernyanyi. Dia memiliki pengalaman buruk ketika suatu hari dia bernyanyi di acara pentas seni di sekolahnya. memutuskan untuk tidak bernyanyi.

****************

perjalanan mereka menuju sebuah puncak cukuplah terjal dan curam. Violin dan teman-temannya sangat menikmati perjalanan mereka dan suasana yang terlihat di luar kaca bus.

"pemandangan indah sekali ya," ujar salah satu karyawan yang duduk di seberang violin.

"iya di sini tuh indah sekali. kebetulan saya ini orang sini loh asli." seseorang menyahut dan mengaku adalah orang asli daerah puncak.

"garut itu memang indah sekali. banyak tempat rekreasi di Garut yang indah dan murah." sahut yang lainnya.

mereka semua saling sahut menyahut dan saling bertukar cerita Selama perjalanan menuju puncak.

Violin hanya bisa diam saja karena dia memang bukan orang asli Garut. dia hanya tahu nama daerah Garut. Namun, dia belum sama sekali pergi ke sana. sesekali dia hanya menonton melalui siaran televisi yang meliput liputan tentang Garut.

"Lin kalau sesampainya di sana kita jangan terpisah ya." Lia seperti orang yang ketakutan.

"kita semua itu nggak akan terpisah. tenang aja aku yakin kita baik-baik saja di sini."

Dia sangat takut akan ketinggian. maka dari itu setiap kali mereka harus pergi ke gudang penyimpanan. maka Violin lah yang akan naik ke tangga dan menyusun kardus-kardus.

biarin mengerti sekali perasaan Lia. iya terlihat senang dengan suasana ini, tapi hatinya juga diliputi rasa gelisah.

Violin tapi tidak pernah mengetahui cerita dibalik paranoid sahabatnya itu. setiap kali Lia menaiki tangga maka kakinya akan bergetar, tangannya juga akan bergetar.

"sebaiknya kamu tidur saja, Li. masih lama juga sampainya. Aku juga mau tidur nih capek dari tadi hanya melulu sama kamu."

Violin mulai memejamkan matanya. dia berharap dia juga ikut memejamkan mata.

****************

perjalanan cukup memakan waktu, tetapi mereka akhirnya sampai dengan selamat ditujuan.

satu persatu karyawan mulai menuruni bus yang mereka tumpangi. Violin turun terlebih dahulu dan disusul oleh Lia.

di sana beberapa tenda sudah didirikan. mereka akan berkemah dan tidur di dalam tenda.

"lihat li kita akan berkemah. aku senang sekali berkemah. dulu seorang teman selalu ikut denganku untuk berkemah."

Violin mengenang kembali masa-masa di mana Dia pernah berkemah. Violin pernah berkemah beberapa kali bersama dengan teman-temannya. teman-teman yang Masih berhubungan baik dengan dirinya. hanya satu orang yang harus berpisah dan tak pernah bertemu dengannya. hanya untuk sekedar menyapa saja mereka tidak pernah.

"Juju. hari ini aku kembali berkemah. Aku harap suatu hari Nanti bisa kembali menikmati udara pegunungan ini bersama denganmu."

Violin menarik nafas panjang menikmati udara yang tercampur dengan bau tanah dan daun-daunan.

"udara yang sangat segar." Violin membuka matanya dan menghembuskan nafas perlahan.

"sepertinya kamu sangat menikmati sekali." seseorang menghampiri violin.

"ah iya Bu. kebetulan sekali saya dulu suka berkemah bersama teman-teman." film menjawab dengan wajah yang masih berseri.

wanita itu menghampiri violin. dia mendekatkan tubuhnya lebih dekat lagi.

"aku dengar kemarin kamu masuk ke dalam ruangan Bos besar." wanita itu berbisik di telinga violin.

violin langsung terkejut. dia tidak tahu kalau Yola mengetahui akan hal itu.

"Dari mana  Bu yola tahu?" tanya violin

"tentu saja aku tahu. dengarkan Aku jangan pernah mendekati ruangan itu. dan aku juga memperingati untuk tidak dekat-dekat dengannya." meninggalkan Violin yang masih berpikir keras.

"Ada apa dengan dia? kenapa tiba-tiba mengancamku seperti itu? aku masak hal yang wajar jika aku masuk ke ruangan itu untuk memberikan box yang diperintahkan oleh atasanku. Kenapa dia seperti orang kebakaran jenggot?"

Yola dan violin adalah karyawan di perusahaan kosmetik itu. hanya bedanya Yola memiliki tingkat jabatan yang lebih tinggi daripada Violin yang hanya menjabat sebagai karyawan packing. Yola adalah seorang kepala bagian gudang.

seharusnya kemarin Yola lah yang harus mengantarkan box itu kepada bos besar. ya karena Yola pergi menemui seseorang dia tidak bisa mengantarnya dan bertemu dengan Junior.

Yola berjalan dan bergabung dengan teman-temannya. Yola memiliki kelompok tersendiri. untuk para atasan yang menurut Violin dan teman-temannya. adalah kelompok orang-orang tidak memiliki hati.

pernah sekali Violin melakukan kesalahan saat menaruh box di gudang penyimpanan.

Violin tengah dia semakin olehnya. hanya karena posisi kardus yang sedikit miring. Bagi Yola posisi kardus haruslah presisi dengan yang lainnya.

Violin yang merasa aneh dengan sikap yola tadi mulai menghiraukannya.

Violin mulai bergabung dengan Lia dan teman-teman lainnya yang akan tidur di satu tenda yang sama.

"Lin." panggil Lia

Violin dan Lia mengeluarkan barang-barang mereka yang akan digunakan untuk tidur. hari semakin gelap. kita semua sampai tepat di jam 08.00 malam.

dengan tubuh yang sudah lelah akibat perjalanan dan sedikit menguras emosi Violin karena ulah Yola.

Violin, Lia, dan teman lainnya yang tidur satu tenda. mulai satu persatu merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

malam membuat semua orang ingin terlelap. malam juga sangat dinantikan oleh orang-orang yang sudah lelah bekerja dari pagi sampai sore hari. malam membuat mereka terjaga dan menikmati kehidupan di alam mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!