Alina Ariesta yang hendak menyendok nasi goreng seafood buatan Bu Sumi itu, karena tidak tahan mencium wangi bumbu masakan tersebut langsung mual-mual.
"Oek… owek…"
Alina sudah sekuat tenaga menahan rasa mualnya itu, tapi semakin ia tahan semakin ingin keluar juga. Alina segera berlari menuju wastafel yang tidak terlalu jauh dari meja makan. Bi Sumi dan Bi Siti saling bertatapan satu sama lainnya. Walaupun mereka sudah mengetahui apa yang terjadi, tapi mereka lebih memilih untuk bungkam seribu bahasa.
"Alina apa yang terjadi padamu Nak?" Tanyanya Bu Atiqah yang sangat mengkhawatirkan keadaannya Alina.
Sedangkan yang ditanya malah hanya menitikkan air matanya dalam tangisannya itu. Alina segera memeluk tubuh dari mamanya itu.
"Mama, maafkan saya Ma, Alina yang punya benda itu," ucapnya sendu Alina Ariesta yang tubuhnya sudah bersimpuh di hadapan mamanya itu.
Jedar.. der.. dar.. dur…
Bagaikan petir di siang bolong, perkataan yang dikatakan oleh Alina mampu menggoyahkan keyakinannya Bu Atiqah selama ini terhadap putri angkatnya itu. Sedangkan yang lainnya juga dibuat shock, terpukul dan marah sekaligus kaget dengan fakta baru terungkap itu. Sedangkan Fadlan raut wajahnya pun terlihat dan tersirat raut ketakutan jika, mereka akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari anggota keluarganya itu setelah kenyataan yang beberapa hari ini ia tutupi.
Alina Ariesta Wirawan bersimpuh di hadapan Mama angkatnya itu tepat di kakinya, "Maafkan saya Ma, itu punyaku Alina," ujarnya Alina Ariesta yang tersedu-sedu dalam tangisnya.
Semua orang yang hadir di dalam ruangan dapur itu terkejut mendengar perkataan dari Alina, Pak Arsyad Hakim Wirawan menatap tajam ke arah anak angkatnya itu yang sama sekali tidak pernah dianggap anak adopsi sedikitpun.
Beliau berjalan ke arah istrinya itu kemudian membantu putrinya untuk berdiri," sayang putrinya Papa,apa yang kamu katakan sebenarnya? Katakan pada Papa jika perkataanmu itu hanya bercanda saja dan Papa mohon tarik semua perkataanmu barusan," harapnya Pak Arsyad Hakim dengan penuh kasih sayang.
Alina Ariesta tak mampu menatap ke dalam kedua bola matanya Papa angkatnya itu, hanya air matanya yang mampu menjelaskan kebenaran yang ada. Alina tergugu dalam tangisnya, ia menutup mulutnya rapat-rapat saking tidak kuasanya untuk berterus terang kepada Pak Arsyad Hakim Wirawan.
"Alina Mama bertanya padamu, katakanlah yang sejujurnya pada Mama siapa pria yang telah menghamilinya Mama akan memaksa ia bertanggung jawab atas perbuatannya ini, Mama tidak…." Ucapannya Bu Atikah Aminah berhenti seketika karena asisten rumah tangganya menyela pembicaraannya itu.
Adinda Agustin dengan kakak keduanya Fatur Arfat Wirawan hanya terdiam dan menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya mereka dengan sendok dan garpu masih setia berada di dalam genggaman tangannya itu.
Bi Sumi membungkuk sedikit tubuhnya, "Nyonya besar Pak Hendra Winata Papanya Nona Aprilia Yuswandari dengan istrinya Bu Dewi Ayu berada di depan," tuturnya bi Sumi yang menatap ke arah bi Siti seolah meminta penjelasan apa yang terjadi di dalam sana.
Bi Siti hanya mengangkat bahunya itu yang tanda tidak mengerti dengan maksud dari tatapan matanya bi Sumi.
"Alina kembali ke dalam kamarmu, kalian bertiga lanjutkan makannya kalian kemudian lanjutkan aktifitas kalian," perintahnya Bu Atiqah.
"Alina sepulang Papa dari kantor, Papa mohon jelaskan apa yang terjadi sebenarnya padamu Nak," ujarnya Pak Arsyad Hakim Wirawan dengan penuh kelembutan.
Alina hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan permintaan dari papanya itu. Bu Atiqah menatap ke arah putra sulungnya itu yang mulai nampak gelisah dan ketakutan.
"Kenapa Abang Fadlan sama sekali tidak membantuku untuk berbicara dengan Mama dan papa padahal janjinya akan memperjuangkan cinta dan hubungan kami berdua," batinnya Alina Ariesta yang berjalan menaiki undakan tangga seraya sesekali menatap ke arah Fadlan Ibrahmi Nabhan.
Air matanya tak hentinya menetes membasahi pipinya itu,ia tidak menduga jika perjuangan cintanya hanya dia seorang diri yang berusaha untuk berjuang bertaruh masa depannya.
Alina Ariesta hanya duduk dan balkon kamarnya,ia mengunci rapat pintu kamarnya itu. Rembulan malam itu begitu cantiknya menghiasi langit dengan cahayanya yang berkilauan, dengan taburan bintang-bintang menambah keindahan malam bulan purnama.
"Andai aku bisa meraih bintang akan aku petik satu untuk menemaniku malam ini," gumamnya Alina.
Pintu kamarnya berderit, dan masuklah seseorang dari arah luar kamarnya Alina.
"Alina Ariesta, katakan sebenarnya siapa pria yang telah menghamilimu nak?" Tanyanya ketika sudah berada tepat di belakang punggungnya Alina Ariesta.
Alina Ariesta tersentak terkejut mendengar perkataan dari seseorang yang sama sekali tidak disadarinya kedatangan orang itu di dalam kamarnya.
Alina segera menyeka air matanya itu," Mama," cicitnya Alina kemudian langsung menundukkan kepalanya tidak berani bertatapan langsung dengan perempuan yang sudah berjasa besar dalam kehidupannya itu.
Bu Atiqah duduk di samping anaknya itu," sayang jangan takut katakan saja yang sebenarnya pada Mama, insya Allah… mama akan bantu kamu untuk menyelesaikan semuanya dengan baik," tutur Ibu Atiqah Aminah yang berusaha untuk membujuk putri angkatnya itu.
"Mama pria itu adalah Abang Fadlan," lirihnya Alina Ariesta yang semakin mengeraskan suara tangisnya itu.
Jedar… der…
Bagaikan petir di siang bolong, ucapannya Aliena mampu membuatnya Bu Atiqah shock dan kaget setengah mati.
"Alina jangan sekali-kali berbohong pada Mama, Nak katakan jika apa yang kamu barusan ucapkan adalah kebohongan besar," ujarnya bu Atiqah sembari memegang kedua pundaknya Alina.
"A-ku ti-dak berbohong Mama, kami saling mencintai," pungkasnya Alina.
"Apa!? Itu tidak boleh terjadi sayang kalian itu saudara mana ada adik kakak saling mencintai?!" Kesalnya Bu Atiqah.
Alina seolah tersudut dengan apa yang terjadi padanya, ia tidak tahu harus berbicara dan berbuat apa lagi.
"Saya tidak bohong ataupun menipu Mama dan memanipulasi kenyataan yang ada, saya hamil putra sulung Anda sudah jalan tiga bulan," ungkap Alina dengan mantap.
Bu Atiqah sebenarnya sudah mencurigai gerak-gerik kedua anaknya itu, tapi ia tidak ingin suudzon terhadap putra putrinya itu.
"Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan, kalian tidak mungkin bersatu karena, kalian saudara…,"
Alina segera menyela ucapan Mama angkatnya itu dengan memotong pembicaraannya.
"Kami bukanlah saudara kandung iya kan Mama, saya dengan Abang Fadhlan hanya saudara angkat jadi apa salahnya kami saling mencintai dan menyayangi satu sama lainnya," tukasnya Alina.
Kedua matanya Bu Atiqah terbelalak mendengar perkataan dari putri sulungnya itu sekaligus anak ketiganya.
"Alina katakan pada Mama siapa yang mengatakan semua berita bohong ini, kamu adalah anaknya mama anak ketiganya mama dan papa Nak," imbuh Bu Atikah yang ikut bersedih juga.
Alina tidak berani memandang wajah mamanya, "Iya memang kami saudara Mama tapi,bukan saudara kandung dan sampai kapanpun kenyataan itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun Mama, saya tetap anak adopsi mama dan papa." Sanggahnya Alina Ariesta yang baru kali ini menentang semua perkataannya Bu Atiqah.
"Ya Allah… apa kurangnya mama selama ini Nak, apa karena rasa sayangnya mama padamu itu kurang, atau banyak kekeliruan dari perhatian dan kasih sayang yang mama curahkan dan berikan untukmu?" Tanyanya Bu Atikah Aminah sembari menangkupkan kedua tangannya di dagunya Alina Ariesta.
"Mama sama sekali tidak punya kekurangan bahkan karena kebaikan mama sehingga Alina bisa hidup sampai detik ini, tanpa mama mungkin Alina sudah mati, Alina sangat malu dengan kelakuan Alina tapi, aku tidak mungkin bisa berhenti untuk mencintai Abang Fadlan putra sulungnya Mama hingga akhir waktuku Ma di dunia ini," imbuhnya Alina.
Mereka kemudian terdiam sesaat dan merenungi semuanya yang terjadi begitu cepat dalam kehidupan keluarga mereka.
"Tapi, Nak abangmu itu akan menikah dengan perempuan pilihan Mama, kalau kita membatalkan pernikahan mereka maka perusahaan papa yang baru bisa bangkit dari kekurangan dana bisa kembali hancur dalam sekejap mata, Papa Aprilia Yuswandari itu pria yang sedikit kejam dan keras kepala Nak," ucapnya Ibu Atikah yang menangis tersedu-sedu meratapi nasib anaknya itu.
Ibu Atikah sama sekali tidak mempermasalahkan hubungan keduanya, jika semuanya ketahuan sebelum perjodohan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Dian Kurniasih
gimana nasib Alina klu hujungsn nya dg perusahaan yg akan bangkrut
2023-05-16
0
Uneh Wee
kasian yah alina ...
2023-03-16
1
Utari boa
kok pergi padahal mereka engga ngusir Alina
2023-03-02
2