Suara tangisan kesedihan, ratapan dan permohonan dari mulutnya Aluna Ariesta Wirawan sama sekali tidak dihiraukan oleh Fadlan Ibrahmi Nabhan. Fadlan semakin menikmati kegiatannya itu hingga kelelahan dan tidak mampu lagi untuk melanjutkannya barulah berhenti beraktifitas di tengah malam itu.
Malam yang begitu dingin, dengan petir,kilat menyambar serta angin yang begitu bertiup kencang dan hujan yang turun begitu lebatnya tak menyurutkan semangatnya Fadlan untuk memenuhi keinginannya itu yang sudah terpendam selama hampir beberapa tahun belakangan ini.
Bukan hanya sekali dua kali saja, hubungan gelap keduanya terjadi. Fadlan selalu meminta hal tersebut, jika keadaan rumah sepi. Arifah Ariesta yang mulai terbiasa dengan hal itu, lambat laun tidak bisa menolak setiap kali abangnya memintanya.
Hingga hubungan tersembunyi dan terlarang itu berlangsung dua bulan lebih. Satupun dari mereka tidak ada yang mengetahui ataupun mencurigai cinta dan kasih sayang mereka yang semakin tumbuh besar hingga detik ini.
Fadlan mendekap erat tubuhnya Arifah,"Arifah Ariesta, hingga akhir hayatnya Abang hanya kamu lah yang Abang sayangi, Abang akan membatalkan pernikahan Abang dengan Aprillia Yuswandari, demi kamu sayang, Abang tidak mungkin hidup dengan perempuan lain selain dirimu dan kamu tidak perlu khawatir karena Abang akan memperjuangkan cinta kita," ucapnya Fadlan ketika kegiatan mereka baru saja berlangsung.
Arifah tersenyum mendengar perkataan dari kekasihnya itu," Alina sangat bahagia dengarnya Abang, semoga Papa dan Mama merestui hubungan kita ini, apalagi Alina sudah hamil Abang," imbuhnya Arifah Ariesta sambil menyodorkan testpack ke dalam genggaman tangannya Fadlan Ibrahmi Nabhan.
Fadlan awalnya terkejut mendengar hal tersebut, tapi ia langsung bahagia karena mengetahui jika kekasihnya hamil. Kesempatan semakin terbuka lebar untuk hubungan mereka yang otomatis semakin besar peluangnya juga.
Fadlan memeluk tubuhnya Alina Ariesta yang hanya tertutup badcover itu, "Syukur Alhamdulillah, Abang sangat bahagia mendengarnya, jalan kita untuk bersatu semakin terbuka lebar jika kamu hamil sayang, Abang yakin papa dan mama akan merestui hubungan kita nantinya," ujarnya Fadlan yang tersenyum sumringah.
Perasaan mencintai dan menyayangi pun tumbuh juga di dalam hatinya Alina Ariesta. Ia diam-diam mulai merasakan cinta untuk abangnya itu, padahal jelas-jelas tinggal menghitung hari saja hari pernikahan kakaknya akan berlangsung dengan perempuan lain.
Malam itu Alina duduk di gazebo belakang rumahnya, ia meneteskan air matanya. Ia bahagia sekaligus sedih setelah mengetahui jika dirinya hamil. Sedangkan dua hari lagi, pernikahan kakak sulungnya sekaligus ayah dari jabang bayi yang di dalam kandungannya yang berusia dua bulan itu.
"Apa yang harus aku lakukan, Abang juga sudah berusaha sekuat tenaganya untuk meyakinkan papa dan mama, tapi mereka tetap bersikukuh untuk menikahkan Abang dengan Aprilia Yuswandari, sedangkan aku tidak mungkin menutupi kenyataan jika, aku hamil karena lambat laun perutku juga semakin membesar saja," gumamnya Alina Ariesta seraya sesekali menyeka air matanya itu.
Alina Ariesta menuruni undakan tangga rumahnya pagi itu, ia berniat untuk berangkat ke kampus. Walaupun akhir-akhir ini kondisi kesehatannya kurang fit disebabkan akan kehamilannya. Tetapi, dengan sekuat tenaga dan semampunya untuk beraktifitas normal seperti biasa, agar tidak ada yang curiga akan kehamilannya itu.
"Mbak Alina, hari ini aku enggak bisa antar Mbak soalnya mulai hari ini aku harus cepat datang ke sekolah karena minggu depan sudah mulai semester," imbuhnya Adinda yang sudah berdiri di samping kakak ketiganya itu dengan memakai seragam putih abu-abunya itu.
Adinda memang baru saja duduk di bangku sekolah menengah atas kelas sebelas,tapi kemampuannya mengemudikan motor patut diacungi jempol. Sedang, Alina sudah berapa kali diajarkan oleh kakak-kakaknya tapi, tetap tidak bisa karena terlalu takut untuk mengendarai motor.
Alina melirik ke arah Adinda," tidak apa-apa kok adek, Mbak bisa naik ojol kalau kamu tidak bisa, Mbak doakan semoga kamu berhasil dengan nilai yang terbaik," ucapnya Alina yang tersenyum tipis menanggapi perkataan dari adiknya itu.
"Alhamdulillah Mbak enggak marah dan memaklumi keadaanku,kalau gitu yuk kita ke dapur,papa sama Mama sudah lama menunggu kita," ajaknya Adinda Agustin Wirawan.
Mereka berjalan bergandengan tangan, layaknya kakak adik yang sangat saling menyayangi dan menghormati itu seperti biasanya, perasaan Alina dengan keluarga angkatnya sama sekali tidak pernah berubah ataupun pudar.
Baru saja Alina ingin mendudukkan bokongnya ke atas salah satu kursi meja makan, semua orang dikejutkan dengan sebuah benda kecil yang dilempar oleh Ibu Atikah ke hadapan keempat anak dan suaminya itu.
Mereka sama-sama saling bertatapan satu dengan lainnya, mereka bingung dengan benda itu. Sedang, Alina dan Fadlan mulai gemetar, panik dan ketakutan dengan penemuan testpack yang Alina dan Fadlan jelas-jelas mengetahui jika testpack itu miliknya.
"Bi Sumi! Bu Siti tolong kemari!" Teriaknya Bu Atiqah yang memanggil kedua asisten rumah tangganya itu.
Bu Sumi dan Bu Siti yang mendengar teriakannya nyonya besar mereka itu yang cukup menggelegar, melengking dan cempreng di pagi hari itu. Alina semakin ketakutan melihat reaksi dari Mama angkatnya itu. Tubuhnya gemetaran tangannya berkeringat dingin.
Fadhlan yang melihat dan menyadari akan hal itu segera memegang genggaman tangannya Alina agar bisa tenang dan tidak bereaksi aneh seperti sekarang ini. Fadlan tersenyum ke arahnya Alina sembari memberikan kode agar bisa lebih tenang.
Alina pun menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap langsung ke arah mamanya itu.
"Bibi katakan padaku, apa benda ini milik kalian?" Tanyanya Bu Atikah dengan tegas.
Bu Sumi dan Bi Siti saling bertatapan satu sama lainnya, mereka spontan saling menggelengkan kepalanya tanda bukan dia yang pemilik benda tersebut.
"Maaf Nya itu bukan milik kami, lagian gimana coba caranya kami hamil sedangkan nikah saja belum apa lagi untuk hamil," sanggahnya bi Siti.
Bu Atiqah mengarahkan pandangannya ke arah bi Sumi," saya juga Bu, tidak mungkin karena suamiku sudah hampir tiga bulan tidak balik dari Sumatera, saya juga masih kb," ujarnya Bi Sumi yang memelankan suaranya ketika berbicara tentang alat kontrasepsi yang dipakainya.
"Kalau benda ini bukan milik kalian, jadi siapa yang punya? Tidak mungkin saya pemiliknya," dengusnya Bu Atiqah yang mengarahkan tatapannya ke arah seluruh ruangan tersebut.
Hingga tatapannya tertuju pada Alina Ariesta yang tampak aneh, gugup dan raut wajahnya langsung pucat pasi.
"Kenapa putriku seperti itu sikapnya,apa dia mengetahui siapa pemiliknya apa jangan-jangan dia adalah… saya tidak boleh dzuzon putriku itu anak yang baik, bukan gadis yang nakal yang bergaul dengan orang yang tidak baik, aku tidak boleh memiliki pikiran yang jelek," batinnya Bu Atiqah.
"Mama, emangnya kamu dapatkan itu dari mana?" Tanyanya Pak Arsyad Hakim Wirawan sambil sesekali menyendokkan makanan ke dalam mulutnya itu.
"Mama dapat benda ini di tong sampah, jadi tidak mungkin orang luar yang membawa ke dalam rumah kita," sarkasnya Bu Atiqah sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tersebut dan menatap mereka satu persatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Dian Kurniasih
ada juga kejadian ini di dunia nyata ko🤣🤣🤣
2023-05-16
1
Amaira Singkil
lanjut suka
2023-03-21
1
Ilas Momnya Annisa
arifa atau alinaitu yang bener nya ka???
2023-03-16
4